kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

UMKM Lombok mulai bangkit pasca gempa (bagian 2)


Sabtu, 02 November 2019 / 09:45 WIB
UMKM Lombok mulai bangkit pasca gempa (bagian 2)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - LOMBOK. Bangkit dari keterpurukan setelah bencana memang tidak mudah. Bermodalkan optimisme, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mulai bangkit pasca gempa dasyat melanda Lombok pada 2018 lalu.

Perlahan tapi pasti, satu per satu pelaku UMKM mulai memperbaiki kondisi usahanya. Salah satunya adalah Mustaan, produsen gula aren dan gula semut Bukit Tuan asal Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. "Alhamdulillah, sekarang sudah mulai membaik, omzet sudah 70% kembali," katanya kepada KONTAN.

Namun upaya tersebut tidak mudah Mustaan lakukan. Ia harus mencari pasar lagi karena banyak pelanggan yang lama sudah tidak lagi beroperasi pasca bencana tersebut. Ia pun optimistis, bencana gempa hanya bersifat situasional dan pasti bisa pulih dalam dua atau tiga tahun.

Baca Juga: Pemerintah beri keringanan KUR korban gempa Lombok

Sebelum gempa, ia memasok ke 11 toko di sekitar Lombok, baik toko-toko kecil maupun gerai buah tangan. Setelah gempa, beberapa toko langganan sudah tidak beroperasi lagi. Dan kini hanya tersisa 4 toko yang bisa digunakannya untuk distribusi produk dari Bukit Tuan. "Padahal dulu saya banyak memasok untuk toko oleh-oleh, begitu banyak yang tutup, saya harus cari pasar lagi," tuturnya.

Dan saat ini, ia sudah bisa memasukkan ragam produk buatannya ke toko-toko yang kecil. Memang diakui pasar yang didapat tidak sebagus sebelum kejadian gempa. "Modal saya juga baru balik 50% pasca gempa," sahutnya.

Selain produk gula semut, Bukit Tuan juga memproduksi kopi bubuk khas Lombok dan gula aren padat. Gula semut kemasan 500 gram dijual Rp 20.000, kopi gula aren bubuk khas Lombok dia banderol Rp 15.000 – Rp 20.000, dan gula aren padat Rp 15.000. Mustaan memulai usahanya tersebut sejak tahun 2009.

Sedangkan Laely Farida, pemilik penginapan Rinjani Garden baru bisa berbenah mulai awal tahun ini. Gempa susulan yang kerap datang silih berganti membuat usaha penginapannya belum bisa pulih seperti sedia kala.

Pasalnya, sebagian besar pasar Rinjani Garden adalah para pendaki yang hendak ke Rinjani. "Baru empat bulan belakangan mulai pulih. Awal tahun ini pendaki baru mulai berani naik ke Rinjani. Tahun kemarin, sama sekali tidak ada yang menginap karena tidak ada yang berani," katanya.

Baca Juga: Pastikan recovery on the track, Menpar akan kunjungi Lombok sebulan sekali

Mulai awal tahun ini, Laely gencar mempromosikan penginapannya yang ada di kaki Gunung Rinjani tersebut lewat Google My Bisnis dan sosial media. Ia aktif meng-unggah foto-foto di sekitar Rinjani Garden untuk menarik lagi minat pengunjung. Tak lupa, menambah fasilitas penginapan, seperti menyediakan air panas, arena berkemah khusus, serta Wi-Fi.

Nah, saat ini  kondisinya sudah lebih baik dibanding saat kejadian gempa yang lalu. "Saya optimistis kondisi ini hanya sementara saja. Sekarang pelan-pelan okupansinya membaik, meski masih belum kembali seperti sebelum gempa," tuturnya.

Untuk lebih memikat pengunjung, ia berencana membangun sebuah kafe sederhana dengan latar belakang pemandangan Gunung Rinjani di kawasan Rinjani Garden. Supaya tempat tersebut tidak cuma dinikmati pendaki saja tapi juga turis.          

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×