kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ungkit pamor minuman fermentasi khas lokal (bagian 1)


Jumat, 28 Juni 2019 / 10:45 WIB
Ungkit pamor minuman fermentasi khas lokal (bagian 1)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa daerah di Indonesia, ada yang memproduksi minuman fermentasi. Misalnya di Sulawesi Utara atau Bali. Malah minuman dengan bahan dasar air nira dari pohon lontar tersebut menjadi bagian budaya dari masyarakat di sana. Tak heran beberapa produk minuman fermentasi bisa dijumpai di daerah tersebut.

Kondisi ini membuat usaha minuman fermentasi hingga kini terus tumbuh. Meski mengandung alkohol, minuman fermentasi khas lokal tersebut ternyata sudah mendapat legalitas dari pemerintah setempat. Tujuannya adalah untuk meminimalisir minuman fermentasi yang ilegal.

Beruntung bagi Cap Tikus 1978. Minuman fermentasi asal Minahasa, Sulawesi Utara tersebut sudah mengantongi izin beredar dari pemerintah setempat. "Kami satu-satunya produsen minuman fermentasi yang mendapat izin dari pemerintah daerah," kata Mario Baraputra, Kepala Pemasaran Cap Tikus 1978 kepada KONTAN di sela-sela acara Pesona Minuman Fermentasi Nusantara, Selasa (25/6).

Meski baru meluncur akhir 2018, laju usaha Cap Tikus 1978 terbilang positif. Tak cuma menyasar pasar di Sulawesi Utara saja, minuman dengan kandungan alkohol 45% tersebut juga sudah merambah pasar di luar Sulawesi Utara mulai Februari 2019 yakni Papua. Setiap bulan, Cap Tikus 1978 sanggup memasok sekitar dua kontainer hingga tiga kontainer ke Papua.

Adapun dalam satu hari Cap Tikus 1978 sanggup memproduksi 5.000 botol atau sekitar 150.00 botol per bulan. Dari total produksi tersebut sekitar 12.000 karton (satu karton isi 12 botol) dipasok ke daerah sekitar Sulawesi Utara.

Dalam memproduksi minuman tradisional tersebut, Mario mendapatkan bahan baku nira dari para petani nira. "Jadi 100% bahan baku berasal dari petani nira dan kami ingin membantunya karena sudah menjadi mata pencaharian masyarakat Minahasa," jelasnya.

Potensi minuman fermentasi lokal juga diikuti Dapur Bali Mula. Seperti Minahasa, Bali juga punya minuman fermentasi tradisional bernama arak Bali. Nah, ada salah satu desa di Pulau Dewata yang menjadi sentra pembuatan arak Bali yakni Desa Les Buleleng. Di sinilah Dapur Bali Mula berada.

Sama seperti Cap Tikus, bahan baku arak Bali dari Dapur Bali Mula juga berasal dari air nira. Bedanya, segala proses produksi masih secara tradisional yakni dengan menggunakan peralatan bambu. "Maka warna arak menjadi kuning," kata Nyoman Nadiana, pegawai Dapur Bali Mula kepada KONTAN.

Bedanya, hingga kini Dapur Bali Mula belum mendapat perizinan edar dari pemerintah setempat. Menurut Nadiana, kini tengah melengkapi persyaratan perizinan usaha seperti izin lokasi dan lainnya agar memenuhi standar sehingga sementara ini, peredaran arak Dapur Bali Mula masih berada di sekitar pulau dewata saja.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×