kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.951.000   23.000   1,19%
  • USD/IDR 16.230   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.204   -18,09   -0,25%
  • KOMPAS100 1.050   -5,82   -0,55%
  • LQ45 808   -2,58   -0,32%
  • ISSI 232   -0,90   -0,38%
  • IDX30 419   -2,36   -0,56%
  • IDXHIDIV20 491   -2,76   -0,56%
  • IDX80 118   -0,50   -0,42%
  • IDXV30 119   -1,87   -1,54%
  • IDXQ30 135   -0,26   -0,19%

Unjuk gigi sapu lidi made in Ciamis


Senin, 27 Februari 2012 / 15:40 WIB
Unjuk gigi sapu lidi made in Ciamis
ILUSTRASI. Ilustrasi Reksadana Panin Asset management di Jakarta.


Reporter: Noverius Laoli, Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Halaman rumah yang kotor sudah pasti membuat pemandangan menjadi tidak sedap. Untuk membersihkannya tentu dibutuhkan sejenis sapu lidi atau sapu ijuk. Makanya, hampir setiap rumah tangga pasti membutuhkan sapu yang terbuat dari lidi atau tulang daun kelapa itu.

Dari sapu lidi ini pula, dapur Erwin Mardiana, produsen sapu lidi dari Ciamis, Jawa Barat mengepul. Dari usaha pembuatan sapu lidi tersebut, ia bisa meraup omzet hingga Rp 36 juta per bulan. "Laba bersih saya sekitar 50% sampai 60% dari omzet," kata Erwin.

Omzet tersebut didapat dari rata-rata penjualan bulanan sebanyak 10.000 hingga 12.000 ikat sapu lidi. Penjualan sebanyak itu bukan hasil produksinya semua. Sebagian juga hasil produksi para perajin lain. Kebetulan, hampir seluruh warga desa di tempat Erwin bermukim juga berprofesi sebagai perajin sapu lidi.

Untuk harga jual, Erwin membanderolnya antara Rp 2.800-Rp 3.000 per ikat. Harga tersebut termasuk murah karena dijual tanpa gagang. Sapu dijual tanpa gagang karena mencari kayu atau bambu untuk dijadikan gagang sapu lidi kian sulit.

Selain wilayah Jawa Barat, ia juga memasarkan sapu lidi ke wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jabodetabek, dan Banten. "Terakhir saya mendapat pesanan dari Surabaya," ujar Erwin.

Saking banyaknya pesanan, ia mengaku kerap kewalahan memenuhinya. Makanya, ia menganjurkan kepada para pelanggan yang memesan lebih dari seribu ikat, agar melakukan pemesanan sebulan sebelumnya. "Supaya kami ada waktu untuk mengerjakannya," ujarnya.

Pemain lain yang juga sukses berbisnis sapu lidi adalah Lucia, pemilik PD Omah Resik di Magelang, Jawa Tengah. Demi melancarkan usahanya, Lucia menggandeng puluhan perajin sapu lidi di wilayah Magelang.

Selain di Magelang, ia juga memasarkan produknya hingga Yogyakarta dan Semarang. "Pelanggan saya kebanyakan distributor alat-alat kebersihan," ujarnya.

Berbeda dengan Erwin, sapu lidi yang dipasarkannya sudah diberi gagang bambu. Makanya, harga sapu lidinya lebih mahal, yakni Rp 7.500 per buah. Dalam sebulan, ia bisa memenuhi pesanan hingga 1.500 sapu lidi, dengan omzet Rp 10 juta per bulan. Dari omzet itu, laba bersihnya sekitar 20%-30%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×