kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Untung berlipat budidaya benih patin (1)


Rabu, 26 Juni 2013 / 18:08 WIB
Untung berlipat budidaya benih patin (1)
ILUSTRASI. ARNA targetkan Utilisasi Plant Mendekati 100% Hingga Akhir Tahun


Sumber: Kontan 26/6/2013 | Editor: Havid Vebri

Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer di Tanah Air. Ikan yang memiliki nama latin Pangasius pangasius ini ini diminati karena memiliki daging yang lezat dan gurih.

Deny Rusmawan, seorang pebudidaya ikan patin dari Sukabumi, Jawa Barat bilang, budidaya ikan patin lumayan menguntungkan. Selain ukuran siap konsumsi, ia juga menjual bibit ikan patin.

Dibandingkan patin konsumsi, Deny kebanyakan menjual bibit ikan patin. "Margin pendapatan benih ikan patin jauh lebih besar dibanding margin pendapatan ikan patin konsumsi," kata pemilik usaha Dejee Fish ini.  

Untuk ikan patin konsumsi, Deny bisa mengambil margin 20% dari total pendapatan. Sementara laba margin pendapatan dari benih patin bisa mencapai 80%.

Keuntungan memelihara patin konsumsi lebih sedikit karena butuh waktu agak lama buat memeliharanya. "Butuh waktu sekitar empat bulan," jelasnya. Sementara benih patin hanya memerlukan waktu sebulan sudah bisa dijual ke pasar. "Benih ikan patin itu sudah berukuran 1 inci," ujar pria 39 tahun ini.

Media budidaya benih patin dan patin konsumsi juga berbeda. Untuk benih patin cukup dikembangkan diakurium. Sementara patin konsumsi harus dibesarkan di kolam.

Deny mengaku, memiliki 100 akuarium yang masing-masing berukuran 45 x 80 x 40 centimeter (cm) untuk proses pembenihan ikan patin. Sementara kolam pembesaran ada dua berukuran 500 meter persegi.

Dalam waktu-waktu tertentu, kadang ia juga  menerima pesanan benih dalam tahap pendederan. Ukurannnya sudah lebih besar sedikit dari benih biasa. "Kadang banyak juga yang menginginkan benih ikan patin lebih panjang dari 1 inci," ujarnya.

Deny mengaku, memasarkan benih patin mulai harga Rp 90 per ekor. Sementara patin konsumsi mencapai Rp 13.500 per kilogram (kg). Dari budidaya ikan patin, ia mengaku bisa meraup omzet minimal Rp 30 juta per bulan.

Pebudidaya lainnya adalah Retno Kintoko di Subang, Jawa Barat. Ia sudah membudidayakan patin sejak tahun 2007 lalu. Sama halnya dengan Deny, ia juga menyediakan patin, baik untuk benih maupun untuk konsumsi.

Retno mengaku memiliki 12 kolam untuk pembenihan.  Masing-masing kolam berukuran 2,5x1 meter (m). Sementara  kolam pembesaran untuk patin konsumsi ada 10, dengan ukuran variasi mulai dari 5x2 m, 3x4 m, 3x2 m dan 10x3 m.

Retno menyediakan benih patin mulai ukuran  2 inci,  yang dihargai Rp 180 per ekor. Benih patin paling besar tersedia mulai ukuran 6 inci yang dihargai Rp 650 per ekor. Sedangkan patin konsumsi dibanderol seharga Rp 15.000 hingga Rp 17.000 per kg-nya. "Saya menjamin kondisi ikan masih segar dan hidup," ujarnya.

Jika kondisi ikan sudah mati, ia menjual dengan harga murah yakni Rp 14.250 per kg. "Harga ikan patin memang naik turun," ujar Retno. Sayangnya, Retno enggan blak-blakan menyebut omzet yang didapatnya dari usaha ini.                     

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×