Reporter: Sri Sayekti | Editor: Tri Adi
Setiap ibu tentu ingin menyajikan masakan bagi keluarganya. Hanya, tidak semua ibu memiliki waktu yang cukup, atau keterampilan di dapur yang memadai. Dilema semacam inilah yang menginspirasi Siti Aminatuz’zuhria, 28 tahun, memproduksi adonan, yang juga populer disebut tepung premix, untuk berbagai jenis kue dan camilan lain.
Ide itu sendiri hinggap di benak Siti secara tidak sengaja. Satu waktu, ia membuat es krim sendiri, dan mengunggah foto hasil karyanya ke akun Facebook. Tanggapan pun mengalir. Banyak teman Siti yang menginginkan resep es krim.
Siti pun tergerak membuat adonan ice cream yang sudah siap dimasak. Usahanya bergulir hingga ia mengibarkan bendera Han Han untuk tepung premix buatannya, Juni 2011.
Jika melihat perkembangan Han Han, pasar adonan siap masak terus tumbuh. Dalam waktu dua tahun saja, Han Han sudah memiliki 24 varian. Sekadar mencontohkan, Han Han kini menawarkan adonan siap masak untuk martabak, piza, kue unyil, kue cubit donat, dorayaki, takoyaki, bolu kukus, pancake, bakpao, es krim, dan nastar.
Pembeli tepung premix juga bervariasi. Itu sebabnya, Siti menawarkan hingga 6 ukuran kemasan untuk setiap macam tepung siap sajinya. Kemasan itu ia namakan mini yang berukuran kurang dari 200 gram (gr) dan mini spesial. Lalu, medium yang berukuran kurang dari 300 gr dan medium spesial; serta big (600 gr) dan big spesial (1.000 gr).
Dalam waktu dekat, Siti juga bermaksud memperluas pasar produknya dengan mengeluarkan kemasan yang membidik para pebisnis kue. “Berat ke-masannya 5 kg, dan akan beredar sesudah Lebaran,” ujar dia.
Lezatnya pasar tepung adonan juga terlihat dari pertumbuhan nilai omzet Han Han. Di saat awal berbisnis, Siti mengaku omzetnya Rp 1 juta per bulan. Kini, nilai omzetnya tumbuh menjadi Rp 20 juta per bulan.
Catatan saja, harga jual termurah tepung premix Han Han adalah Rp 8.000 per bungkus untuk kemasan mini, Rp 15.000 per bungkus untuk ukuran tanggung, serta Rp 28.000 per bungkus untuk kemasan besar.
Selaku produsen Siti pun mengaku bisa mengambil keuntungan bersih dengan leluasa. “Keuntungan bersih paling sedikit 50%. Besarnya tergantung dari bahan baku yang digunakan,” jelas Siti.
Usaha yang dilakoni Siti tampak semakin lezat karena tingkat keuntungannya terbilang besar. “Keuntungan bersih paling kecil 50%. Besar pastinya bergantung pada bahan baku yang digunakan,” ujar dia.
Raih sertifikat
Jika tertarik menggeluti usaha pembuatan adonan siap masak, Anda bisa memulai dari skala kecil. Untuk menghemat modal awal, Anda bisa mengikuti pengalaman Siti, yang membuka daftar pesanan terlebih dahulu, baru memproduksi.
Modal utama untuk memulai bisnis ini tentunya kemampuan dan kegemaran memasak. Modal peralatan dan fasilitas bisa ditekan karena usaha ini bisa dimulai dari skala rumahan. Han Han hingga kini diproduksi di kediaman Siti, Perumahan Regency, Bekasi Timur.
Tenaga kerja pun masih ditangani Siti beserta suami dan kedua orangtuanya. “Sebenarnya saya mencari karyawan. Tapi karena masih mampu ditangani, ya, dikerjakan sendiri dahulu,” tutur dia.
Untuk mendapat adonan yang pas, tidak cukup hanya memiliki resep. Siti mengaku melakukan ujicoba sebanyak tiga kali demi mendapatkan formula premix yang tepat.
Agar bisa memenuhi selera pasar, Siti menempuh jalan sederhana, yaitu membandingkan tepung premix buatan pabrik dengan buatannya. “Saat ini tepung premix buatan rumahan jarang,” tutur dia.
Anda juga jangan melupakan inovasi untuk bertahan di bisnis ini. Kembali menyimak pengalaman Siti, keunggulan yang ditawarkan Han Han tidak cuma bebas bahan pengawet. Siti menyebut, sebagian produknya itu memungkinkan konsumen membuat sajian tanpa menggunakan mikser, cukup menggunakan sendok garpu. Ia mencontohkan tepung premix untuk kue kering nastar, martabak, piza, donat, dan roti unyil.
Dengan menggunakan tepung premix, konsumen tinggal menambahkan bahan baku lain, seperti telur atau margarin. “Konsumen bisa bikin kue dengan mudah, praktis, enak dan tanpa pengawet,” ujar dia.
Mengingat tepung adonan ini termasuk bahan makanan, jangan lupa untuk mendapatkan sertifikat dari institusi resmi. Keberadaan sertifikat penting agar Anda bisa meyakinkan pembeli tentang produk Anda, dari segi higienis dan kehalalan.
Han Han, yang terbilang produk rumahan pun, sudah mengantongi sertifikat dari Dinas Kesehatan. Memang, “Proses mengurusnya lumayan panjang, sekitar enam bulan,” tutur Siti.
Dia juga mengikuti pelatihan olahan pangan selama dua hari di Dinas Kesehatan Bekasi. Nah, sejak mendapat sertifikat itu, tepung premix Han Han tidak lagi memakai bahan susu dan olahan susu. “Aturannya begitu, karena dikhawatirkan produknya justru tidak steril,” jelas Siti. Akibat perubahan bahan baku, Siti pun mengulang proses uji coba produk.
Siti juga mengikuti pelatihan di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) selama tiga hari. Ia boleh berbangga, tepung premix Han Han termasuk dalam 20 usaha kecil dan menengah yang mendapatkan sertifikasi halal dari MUI.
Untuk jalur pemasaran, Anda bisa menggabungkan cara konvensional dan online. Tawarkan produk secara langsung ke mereka yang berminat menjadi agen atau reseller, dan mencari pembeli via media sosial.
Siti sendiri punya jurus promosi online yang bisa menjadi inspirasi. Ia selalu mengunggah hasil kue buatannya ke Facebook fan page serta di blog.
Batasi jumlah reseller
Sejak awal merintis bisnis pembuatan tepung premix, Siti Aminatuz’zuhria sudah mengandalkan reseller untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Saat ini, Han Han, produk tepung milik Siti memiliki 50 orang reseller di seluruh Indonesia.
Mereka tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, kawasan Jabodetabek, Makassar, Riau, Palembang, Medan, Balikpapan, dan Kendari. Ada juga satu reseller di Doha, Qatar. Untuk menjaga persaingan antar-reseller, Siti membatasi hanya ada satu reseller di setiap kecamatan.
Ia tidak memasang syarat yang rumit untuk menjadi reseller. Untuk menyandang status itu, cukup melakukan order pertama sebanyak 50 bungkus aneka tepung premix. Pembelian kedua sebanyak 25 bungkus dan pembelian ketiga minimal 5 kg. Setiap reseller Han Han mengantongi keuntungan 30% dari selisih harga jual.
Seorang reseller Han Han, Ayuning Mazasupa, kini memiliki omzet sekitar Rp 4 juta per bulan. Dalam pengamatan Ayuning yang menjual Han Han di Malang, produk yang paling laku adalah tepung premix yang bisa dibuat dengan alat-alat sederhana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News