kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Upaya Evoware memproduksi massal kemasan yang bisa dimakan


Sabtu, 16 Maret 2019 / 15:05 WIB
Upaya Evoware memproduksi massal kemasan yang bisa dimakan


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Polemik ribetnya pengelolaan sampah plastik saat ini justru menjadi potensi bisnis yang menjanjikan bagi Evoware. Start up ini menawarkan alternatif plastik untuk produk kemasan, menggunakan bahan dasar rumput laut.

Sang pendiri, David Christian, tertarik mendirikan usaha rintisan tersebut pada April 2016. Ia melihat kondisi sampah plastik yang memprihatinkan di ibukota. Akhirnya tercetus gagasan di benak David untuk membuat kemasan pengganti plastik dengan bahan dasar rumput laut yang banyak tersedia di seluruh Tanah Air.

Ada dua produk dia hasilkan: Pertama, Seaweed-Based Packaging yang digagas oleh salah satu pendiri Evoware yang lain yakni Noryawati Mulyono. Kemasan ini bisa dipakai untuk menyajikan kopi, mi instan dan makanan lainnya. Kedua Ello Jello yakni gelas plastik sekali pakai yang bisa dimakan karena berbahan dasar rumput laut.

Bahan dasar rumput laut sendiri ia dapatkan langsung dari petani rumput laut di Makassar Sulawesi Seltan, tanpa lewat tangan tengkulak. Karena itu, ia bisa mendapatkan harga miring.

Kreasi kemasan rumput laut itupun menuai hasil positif. Hingga kini, sudah lebih dari 500 perusahaan dari 51 negara yang memakai produk Evoware. Tapi sayangnya, sekitar 80% dari pengguna produk start up tersebut justru berasal dari luar negeri.

David mengakui, masih belum banyak perusahaan lokal yang peduli terhadap kelestarian lingkungan. Tidak seperti perusahan luar negeri yang kini makin peduli dengan lingkungan hidup, terutama sampah plastik Padahal, ia berharap produknya bisa dipakai perusahaan dalam negeri.

Meski begitu, peminat produk kemasan Evoware terus tumbuh meskipun belum semua bisa dipenuhi. Pasalnya, kapasitas produksi perusahaan rintisan ini masih terbatas. Yakni baru 100 lembar sampai 120 lembar kemasan saja per harinya.

"Kami masih kesulitan untuk produksi massal karena keterbatasan dana, tenaga kerja, dan mesin produksi, meski permintaan terus berdatangan," katanya kepada KONTAN.

Faktor ini pula yang membuat harga kemasan Evoware dibanding kemasan plastik bisa 20 kali lipat lebih mahal. Dengan menggeber produksi secara masal, ia berharap bisa mempersempit jurang harga dengan kemasan plastik. Meskipun ia akui tidak mungkin harga jual bisa menyamai harga kemasan plastik.

David sendiri menargetkan ke depan bisa membuat produksi kemasan rumput laut itu dengan massal, menghasilkan ratusan ribu kemasan per harinya. Sayang, ia tidak merinci waktu persis realisasi rencana bisnis tersebut. Yang jelas, saat ini pihaknya tengah negosiasi suntikan dana dengan sebuah investor untuk bisa merealisasikan target tersebut.

Tak lupa, Evoware juga terus promosi produk ramah lingkungan. Seperti program Rethink Kit yang menjajakan produk ramah lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×