kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Usaha pembuatan log jamur makin mengembang


Kamis, 19 Mei 2011 / 14:41 WIB
Usaha pembuatan log jamur makin mengembang
ILUSTRASI. Ilustrasi panjat pinang


Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Makanan berbahan baku jamur makin diminati masyarakat. Itulah sebabnya pembudidaya jamur semakin berkembang, sehingga meningkatkan kebutuhan media tanam atau log jamur. Sejak awal tahun lalu, produsen log mengalami peningkatan 20% penjualan.

Semakin diminatinya makanan berbahan baku jamur membuat bisnis pembuatan media tanam jamur mengembang. Media tanam jamur atau sering disebut log dibuat dari bahan baku serbuk gergaji. Log nantinya menjadi tempat tumbuh bibit jamur yang dikenal dengan sebutan F1, F2 dan F3.

Salah satu tempat produksi log jamur ada di Cisarua, Jawa Barat. Log produksi Cisarua terkenal karena memiliki kualitas baik. "Kami menjaga kualitas sesuai standar dan steril sehingga jamur tumbuh tanpa cacat," terang Ujang, Staf Pemasaran Citi Mandiri Agritech yang memproduksi log jamur di Cisarua.

Setiap hari, Citi Mandiri Agritech yang memiliki 30 pegawai mampu membuat 4.000 log dengan tinggi 35 cm dan beratnya 1,8 kg. "Kira-kira beratnya 1 ton log tiap hari," terang Ujang. Tiap bungkus log dijual dengan harga Rp 2.500.

Selain Ujang, ada juga Masturi Ade yang pembuat log jamur perseorangan. Ia setiap hari mampu memproduksi sekitar 3 kuintal log jamur. Hasil produksinya kemudian dijual seharga Rp 2.000 per bungkus yang rata-rata memiliki berat 1,8 kg tiap satuannya.

Tak hanya untuk dijual, Masturi juga memakai log hasil buatannya untuk memproduksi jamur sendiri. "Saya juga petani jamur," katanya. Jumlah yang dijual hanya separuh produksi karena hampir separuhnya dipakai sendiri.

Baik Ujang maupun Masturi mengakui kalau sejak awal tahun permintaan log jamur mengalami peningkatan. "Peningkatan sekitar 20%. Banyak orang yang tertarik membudidayakan jamur," kata Ujang.

Setiap dua hari sekali ujang mengirimkan log ke Garut, Cipanas, Kuningan dan Cianjur. "Kalau ke Lampung, Dumai dan Kalimantan setiap sebulan sekali," tuturnya. Walau pesanan meningkat, namun karena terkendala tenaga kerja dan modal, pihaknya sampai saat ini belum akan meningkatkan produksi.

Untuk membuat log jamur, serbuk gergaji dicampur dengan jagung yang telah ditumbuk. Selain itu juga dicampurkan dedak, abu dengan tambahan air. Campuran itu kemudian diayak dan dibungkus dalam plastik.

Dalam proses pengepakan ini, harus benar-benar diperhatikan steril tidaknya kantong plastik. Jika tutup kantong plastik kurang rapat maka biasanya media tanam akan rusak dan tidak bisa ditumbuhi bibit jamur dengan baik.

Setelah dikemas, log kemudian dikukus selama 12 jam. Pengukusan dengan boiler mencapai suhu 90-100 derajat celcius. Itu dilakukan agar bakteri yang tak berguna mati.

Setelah dikukus, log kemudian didinginkan. Cara mendinginkannya dengan mengangin-anginkan dalam ruang tertutup berventilasi udara.

Setelah didinginkan satu hari, barulah log siap diberi bibit F1, F2 dan F3. "Semua proses harus steril," tambah Ujang. Agar sterilisasi bisa terjaga, pekerja dibagi tiap bagian meliputi pengadukan, pengukusan hingga pembibitan.

Menurut Masturi untuk mendapatkan log berkualitas juga tergantung dari cuaca dan iklim. "Kalau cuaca tak menentu seperti ini, log yang kami buat sering rusak," terangnya. Perlu cuaca yang mendukung agar bisa membuat log yang bagus, yakni cuaca tidak boleh terlalu panas dan terlalu dingin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×