kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usaha pisang goreng sulit digoreng


Rabu, 22 Februari 2012 / 13:09 WIB
Usaha pisang goreng sulit digoreng
ILUSTRASI. Berantas cheater, Garena banned lebih dari 1 juta akun Free Fire dua minggu terakhir


Reporter: Noverius Laoli, Fahriyadi, Eka Saputra | Editor: Tri Adi

Pisang goreng sudah menjadi makanan sejuta umat. Sangat gampang menemukan para penjual pisang goreng ini. Semua penjual gorengan pasti juga menjajakan pisang goreng. Saking populernya, banyak pula pengusaha yang khusus membuka usaha pisang goreng.

Saat masih jaya-jayanya, pebisnis pisang goreng pun menjamur. Bahkan tak sedikit pula yang menawarkan usaha ini dengan sistem waralaba. Belakangan pasar mulai jenuh. Bisnis pisang goreng pun perlahan surut, terlebih pemain bisnis ini juga semakin berjibun. Tak sedikit pula yang kemudian tumbang.

Indikasi ini setidaknya terlihat dari sejumlah waralaba pisang goreng yang dihubungi KONTAN. Mereka mengakui sejumlah mitranya memilih memutuskan kerja sama karena mengalami penurunan omzet tajam. Tapi, ada pula pewaralaba yang masih yakin dengan prospek bisnis ini.

Nah, seperti apa perkembangan usaha pisang goreng ini sekarang? Berikut ulasan beberapa kemitraan pisang goreng, seperti Ta B'nana, Mr. Piss, dan Banana Kriuk;


• Ta B'nana

Ta B'nana berdiri di Jakarta pada 2005 dan membuka tawaran kemitraan di tahun yang sama. Saat KONTAN mengulas kemitraan milik Erry Ashok ini, pada Februari 2008 lalu, Ta B'nana sudah memiliki 30 gerai.

Ta B'nana menawarkan dua kemitraan yakni kios dan gerobak dengan paket investasi masing-masing Rp 17,5 juta dan Rp 7,5 juta. Kala itu, harga jual pisang goreng buatan Erry ini dipatok Rp 2.500-Rp 4.000 per buah. Dengan omzet Rp 300.000-Rp 450.000 per hari, Ta B'nana waktu itu menjanjikan mitra bisa balik modal sekitar tiga bulan.

Kini, setelah empat tahun berlalu, bisnis Erry ini meredup dan tinggal menyisakan lima gerai milik mitra dan satu gerai milik Erry sendiri. Erry mengatakan, mitranya yang masih bertahan ada Jakarta, Padang, Yogyakarta, dan Malinau, Kalimantan Timur.

Toh, Erry masih ogah menutup usahanya ini. Ia bilang, paket kemitraan tetap dibuka jika ada yang berminat. Cuma promosinya tak segencar empat silam. Selain itu, ia juga telah menghapus paket gerobak dan hanya mempertahankan paket kios yang kini dibanderol Rp 23,5 juta.

Dari nilai investasi tersebut, Erry memperkirakan mitra bisa balik modal dalam lima bulan. Syaratnya, omzet harian sebesar Rp 500.000. "Saya belum berniat menutup kemitraan ini, karena terbukti selama enam tahun terakhir gerai masih eksis," ujarnya.

Meski memudar, Erry yakin pisang goreng masih menjadi makanan favorit masyarakat. Maka itu, selain masih membuka pintu kemitraan, Erry juga menawarkan kerja sama dalam bentuk lain bagi pengusaha yang ingin berbisnis pisang goreng.

Yakni, bagi yang ingin membuka usaha pisang goreng, bisa membeli bahan baku dari Erry tanpa harus membeli paket kemitraan. "Cara ini ditempuh untuk membantu banyak orang yang ingin membuka usaha ini," ujarnya.


• Mr. Piss

Ketika KONTAN mengulas bisnis waralaba Mr. Piss, Agustus 2010 silam, usaha yang bermarkas di Yogyakarta ini, memiliki tujuh mitra. Saat itu, Mr. Piss menawarkan paket kemitraan senilai Rp 6 juta. Omzet bulanannya bisa mencapai Rp 4,2 juta, dengan laba sekitar 50% dan balik modal di bulan keenam.

Namun saat ini, usaha pisang goreng ini sudah mandek. Eko Yulianto, pemilik Mr. Piss yang berada di bawah bendera usaha CV Effa Indoboga itu, memilih mengistirahatkan tawaran waralaba bisnis Mr. Piss. "Kami mengalami kesulitan terutama dalam mencari ukuran pisang yang sesuai dan bahan perasa pengisi pisang," keluhnya.

Maklum, bahan baku pisang goreng Mr. Piss memang harus berukuran besar. Bukan cuma itu, bahan filling (pengisi) pisang goreng seperti untuk rasa durian atau stroberi, harus dibeli dari Jakarta.

Eko bilang, sebetulnya pada 2011 lalu, jumlah mitranya sudah bertambah menjadi delapan mitra. Mereka tersebar di Yogyakarta, Denpasar, Sragen, Solo, dan Makassar. Tapi, omzet para mitra itu terus menurun. Jadilah sejak September 2011, Mr. Piss diistirahatkan.

Kendati sudah mati suri, Eko juga masih yakin bisnis pisang goreng bisa bangkit lagi. Dus, Eko pun tidak menutup kemungkinan menghidupkan lagi kemitraan Mr. Piss. Saat ini pihaknya tengah melakukan pengembangan dan sejumlah inovasi produk agar produk pisang goreng buatannya kembali menyita perhatian konsumen. “Inovasinya seperti apa, saya belum bisa cerita, yang jelas terutama soal rasa,” tuturnya.


• Banana Kriuk

Banana Kriuk adalah salah satu usaha makanan yang menawarkan pisang goreng sebagai menu utamanya. Banana Kriuk menawarkan pisang molen, pisang goreng aneka rasa, dan pisang kriuk kepada para konsumen.

Pada Juni 2011 lalu, KONTAN sudah menulis tawaran waralaba dari Banana Kriuk. Waktu waralaba asal Cirebon, Jawa Barat itu, sudah memiliki 14 mitra, sejak dibuka pada awal tahun 2011. Nah, beda dengan dua kemitraan di atas, usaha Banana Kriuk justru berkembang.

Sekarang, Banana Kriuk sudah memiliki 20 mitra yang tersebar di sejumlah kota seperti Cirebon, Medan, Pekanbaru, Batam, Palembang, Jakarta, Bekasi, Denpasar, Pontianak, Ambon, Makassar, Yogyakarta, dan Mamuju.

Apik S. RIjal, Franchise Manager Banana Kriuk, mengatakan bahwa tahun ini pihaknya menargetkan pertambahan mitra lebih banyak dari tahun lalu. "Kami optimistis bisa menambah mitra sebanyak 50 sampai akhir tahun nanti," ungkapnya.

Guna menarik minat pelanggan dan calon mitra, Banana Kriuk segera mengeluarkan menu baru pada bulan Maret nanti. Banana Kriuk juga belum mengubah paket investasi yang ditawarkan yakni paket booth senilai Rp 10 juta dan paket master franchise senilai Rp 36 juta.

Adapun target omzet, sebesar Rp 300.000 hingga Rp 400.000 per hari untuk paket booth. Adapun paket master franchise target omzet sebesar Rp 700.000 hingga Rp 800.000 per hari. Untuk meringankan mitra, Banana Kriuk tetap tidak menerima royalti fee dari mitra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×