Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Tri Adi
Berawal dari kecintaannya terhadap lingkungan, Vania Santoso mendaur ulang limbah kantung semen menjadi produk fesyen bernilai ekonomis. Lewat bendera heySTARTIC, Vania memproduksi tas, dompet, dan produk eco-fashion lainnya. Dari bisnis ini, Vania bisa meraup omzet Rp 50 juta per bulan.
Sebagian dari kita mungkin tidak menyadari, barang bekas atau yang dianggap sebagai sampah, justru bisa menghasilkan uang dan menjadi ladang usaha.
Tengok saja usaha yang dirintis Vania Santoso. Melalui bendera usahanya heySTARTIC, wanita berusia 23 tahun itu mendaur ulang sampah kantung atau sak semen menjadi barang-barang eco-fashion seperti tas, dompet, dan ikat pinggang.
Berdirinya heySTARTIC tak lepas dari kegiatan sosial Vania sebagai Duta Lingkungan Hidup Asia Pasifik. Tugas itu diemban Vania setelah bersama sang kakak, yakni Agnes Santoso, membentuk klub lingkungan bernama AV Peduli pada tahun 2005.
Di komunitas itu, jiwa Vania mulai terasah untuk mencintai lingkungan. Dus, merasa prihatin atas penumpukan limbah, ia mendapatkan ide untuk mendaur ulang sampah menjadi barang-barang berguna, fashionable dan membuat orang bangga memakai produk tersebut.
Kantung semen dipilih menjadi bahan dasar produk berbahan dasar limbah. Alasannya, selama pembangunan properti dan infrastruktur tumbuh, sak semen mudah dicari. Apalagi, tekstur sak semen terbilang kuat seperti bahan kulit.
Menurut Vania, proses mendaur ulang kantung semen menjadi produk fesyen butuh beberapa tahapan. Pada tahap awal, kantung semen harus dibersihkan untuk menjamin kehigienisan produk.
Selanjutnya, bahan kantung semen diberi proses pewarnaan. Lalu dipola sesuai bentuk yang diinginkan. Setelah itu, bahan sak semen yang sudah dipola dijahit dan diberi pelapis finishing agar mengkilap dan tahan air.
Dalam memproduksi kerajinan dari limbah kantung semen, Vania menggandeng masyarakat di sekitar tempat tinggalnya untuk menjadi perajin di heystartic. "Kami desain produknya, berkreasi, dan eksperimen hasil ide bersama dengan masyarakat binaan," ujar Vania, yang merupakan lulusan Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur.
Ia membanderol harga jual produk heystartic dari Rp 80.000-200.000. Tapi, untuk produk dengan variasi etnik atau kulit, harganya bisa mencapai Rp 300.000.
Dalam sebulan, Vania bisa menjual sekitar 100 unit-300 unit produk fesyen HeySTARTIC. Dengan penjualan sebanyak itu, Vania mengklaim bisa meraup omzet berkisar Rp 50 juta per bulan.
Kini, produk heySTARTIC telah menyebar luas di pasaran dalam negeri seperti di Mirota, Galeri Bandara Juanda Terminal 1 dan even pameran lainnya. Untuk penjualan, mayoritas masih berasal dari luar pulau Jawa difasilitasi lewat resellers.
Selain itu, Vania juga kebanjiran order dari luar negeri, seperti Belanda, Australia, Inggris, Amerika Serikat, dan Swedia. Target pasar yang dibidik adalah para profesional muda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News