Reporter: J. Ani Kristanti | Editor: Tri Adi
Semangat dan kerja keras menjadi modal Tjia Anastasia membangun bisnis ekspedisi 21Express. Dari Surabaya, dia merintis usahanya dengan melayani pengiriman pintu ke pintu (door to door) hingga pelabuhan (port to port). Kini, 21Express sudah punya lebih dari 40 cabang dan agen di seluruh Indonesia.
Awalnya Vivi, panggilan akrab Tjia, menjalani bisnis travel. Saat itulah, dia melihat ada peluang berbisnis jasa pengiriman. Kebetulan, dia juga berteman baik dengan orang-orang yang bekerja di maskapai. Vivi pun memberanikan diri membuka jasa ini di Kota Pahlawan pada tahun 1991.
Dengan dua karyawan, 21Express memberikan layanan pengiriman dokumen. “Saya handel sendiri jualannya. Masuk ke Astra, Samudera Indonesia dan kantor-kantor bank,” kata Vivi. Karena dokumen tak butuh banyak ruang, dia hanya mengandalkan motor sebagai armada pengiriman. “Diangkut pakai karung, ditaruh di depan dan belakang lalu diantar ke Juanda,” kenang Vivi.
Vivi menggunakan armada sepeda motor, karena lebih mengutamakan menambah cabang baru ketimbang membeli mobil. Seiring banyaknya pengiriman dokumen, Vivi pun menyewa Angguna, sebutan untuk angkutan umum di Surabaya yang menyerupai mobil dobel kabin.
Pada saat itu, 21Express kebanyakan menangani pengiriman dokumen perbankan. Vivi mengingat, sebuah bank bisa mengirim hingga 50 dokumen setiap hari. “Itu dokumen penting semua,” ujar dia.
Dengan cepat Vivi berekspansi ke pengiriman kargo lewat udara. Awalnya, dia diberi kesempatan oleh Mandala Air untuk menjadi agen. Lantas, dia menawarkan jasa kargo ini ke perusahan ekspedisi seperti DHL, TIKI dan menerima komisi dari airline. “Karena belum ada kantor, saya hanya pakai tas kresek (plastik), menawarkan air way bill,” jelas dia.
Setelah membuka kantor di gudang Bandara Juanda, bisnis kargo ini makin luas. Karena menjadi agen port to port pula, dengan sendirinya bisnis pengiriman dari pintu ke pintu bertambah lancar.
Berubah jadi batu
Kepercayaan dan komitmen menjadi kunci penting bagi Vivi dalam mengembangkan bisnis pengiriman barang. Apalagi, saat itu belum ada asuransi, tentu konsumen akan was-was jika barangnya hilang dalam pengiriman. Oleh karena itu, Vivi memberikan ganti rugi 100% untuk setiap barang yang hilang. “Saya jadi pelopor garansi 100% ini,” kata dia.
Seperti saat cek milik bank bank swasta senilai Rp 300 juta hilang dalam pengiriman dari Surabaya ke Jakarta. Sebagai bentuk tanggungjawab, Vivi membayar bunga keterlambatan sebelum cek diterbitkan kembali. “Dari situ, bank lebih percaya lagi,” ujar dia.
Setelah membuka kantor di Jakarta, jasa pengiriman yang diterima 21Express semakin beragam. Saat penggunaan komputer merambah dunia kerja, dia pun menerima banyak keuntungan. Itu juga berkat promosi dari mulut ke mulut. “Ada distributor besar yang mempercayakan pengiriman komputer pada kami, setelah mendapat rekomendasi dari konsumen,” kata Vivi.
Dari pengiriman komputer itu, saat tren pemakaian telelpon seluler (handphone) mewabah di Indonesia, 21Express pun kembali menuai berkahnya. Beberapa vendor besar mempercayakan pengiriman handphone pada Vivi.
Meski begitu, pengalaman pahit juga pernah dialaminya. Dalam sebuah pengiriman, isi kardus kemasan handphone itu berubah menjadi batu. “Satu peti isinya batu semua, padahal kardus dan petinya utuh,” seru Vivi. Tanpa takut, dia menemui pemilik barang itu untuk memberi penjelasan dan penggantian semua barang yang hilang. “Saya ingat banget peristiwa ini, karena nilainya Rp 19 juta, jumlah yang besar pada tahun 1997,” kata Vivi.
Berbagai pengalaman ini terus menempa Vivi. Kejadian demi kejadian, dia hadapi untuk menjaga komitmen dan tanggungjawabnya, termasuk keberaniannya berhadapan dengan jajaran direksi sebuah maskapai swasta. “Direksi tak terima karena saya memenjarakan salah satu karyawan maskapai tersebut,” cetus Vivi.
Saat itu, hampir setiap tiga minggu sekali, dia kehilangan satu koli. Bersama timnya, Vivi melakukan investigasi dan menemukan oknum nakal dari maskapai tersebut. Lantas, Vivi melaporkannya ke polisi.
Selain tak ingin merugi, Vivi sadar harus melakukan semua ini demi menjaga kepercayaan pada para pelanggannya. “Tak mengapa saya yang pontang-panting, yang penting mereka bisa tidur nyenyak,” kata Vivi.
Kehandalan Vivi menangani berbagai persoalan membuahkan rekam jejak yang baik pada perusahaan. Hingga akhirnya, 21Express pun menjadi kurir andalan bagi sejumlah distributor barang-barang elektronik. “Dari mulut ke mulut mereka tahu, kalau mau aman pakai kami,” kata dia.
Seiring dengan pertumbuhan bisnis di berbagai daerah, Vivi terus membuka cabang baru. Mulanya hanya agen, namun dia mengembangkannya menjadi kantor cabang untuk memudahkan pengelolaan, terutama jika ada komplain.
Kini, 21Express juga terus memperbesar pasar ritel melalui kerjasama dengan sejumlah e-commerce. Lantaran fokus pada pengiriman korporasi, Vivi terlambat menyadari besarnya pasar ritel ini. Tak mau ketinggalan, dia pun membangun aplikasi mobile untuk masuk ke pasar ritel ini. “Sekarang saya harus berlari kencang. Kami menjadi jasa kurir pertama yang menggunakan aplikasi mobile,” ujar dia.
Tak hanya itu, untuk memberikan layanan cepat pada konsumennya, Vivi juga menambah kantor dan gudangnya di beberapa wilayah Jakarta. Sebut saja, di Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Utara. “Ketepatan waktu itu penting dalam bisnis ini,” ujar Vivi yang kini mempekerjakan 800 karyawan untuk menangani ribuan pengiriman setiap hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News