Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Waralaba memang menjadi cara cespleng bagi pebisnis kedai kopi untuk memperluas pasar. Ini bisa dilihat dari hasil yang diraih Kopi Kulo. Semenjak menawarkan waralaba pada akhir 2017, jumlah gerai Kopi Kulo hingga kini sudah mencapai 220 gerai. Lokasi gerai juga menyebar di kota-kota besar, yang ada di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya.
Adapun modal yang perlu calon mitra keluarkan untuk bisa menjadi terwaralaba Kopi Kulo adalah sekitar Rp 200 juta sampai Rp 300 juta. Jumlah tersebut sudah termasuk franchise fee selama selama tiga tahun sebesar Rp 100 juta.
Baca Juga: Meneguk keuntungan dari kopi alpokat
Setelah para mitra menanamkan modalnya, giliran menjadi tugas manajemen Kopi Kulo untuk bisa merealisasikan simulasi usaha yang terpatri. Artinya, pengelola Kopi Kulo harus bisa memastikan omzet gerai para mitra bisa sesuai dengan harapan. Ini penting supaya hasil akhirnya, yakni lama balik modal atau break event point (BEP) bisa sesuai dengan target.
Andreas Tony, Co Founder Kopi Kulo mengakui tanggung jawab yang harus dipikul sebagai pewaralaba untuk memastikan semua langkah usaha berjalan sesuai semestinya. Meski ia akui itu merupakan tantangan tersendiri.
Misalnya menjaga kualitas layanan dan bahan baku tetap terjaga di seluruh gerai Kopi Kulo yang ada untuk memastikan penjualan di setiap gerai sudah sesuai dengan target.
Caranya adalah dengan membuat aplikasi yang memantau laju usaha setiap gerai Keda Kulo. "Jadi kami membuat sistem lewat aplikasi dan bisa memantau penjualan di setiap gerai mitra, kondisi keuangannya, stok barang yang ada termasuk juga update menu dan harga. Dan kami jalankan secara digital," kata Tony kepada KONTAN.
Baca Juga: Seruput peluang tawaran kemitraan Mao Kopi Kopi Pasir dengan investasi Rp 15 juta
Upaya lain lainnya adalah dengan membuat grup percakapan (WhatsApp) antara pihak Kopi Kuli dan para mitra bisnis. Tujuannya adalah supaya komunikasi di antara pihak pusat dan mitra tetap terjalin. Dalam grup percakapan tersbut, pihak pusat juga menerima keluhan serta kendala yang dihadapi mitra. Dan di saat bersamaan, manajemen Kopi Kulo langsung memberikan solusi dari setiap kendala yang dihadapi mitra.
Konsultan bisnis dan waralaba dari DK Consulting, Djoko Kurniawan menyoroti soal kontrol kualitas dari kedai kopi para mitra. Apalagi lokasi gerai si mitra berjauhan dengan pihak pusat. Maka pihak pusat harus punya strategi untuk mengakali kondisi tersebut. Jika gagal, tidak cuma soal pendapatan yang jeblok, tapi juga reputasi. "Quality control ini penting sekali dan menjadi tanggung jawab pihak pusat," katanya.
Sebenarnya ada lagi model ekspansi bisnis yang lebih cepat dari waralaba yakni dengan bantuan dana modal ventura. Tapi biasanya target bisnis jadi kian ketat.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News