Reporter: Nisa Dwiresya Putri, Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Bisnis waralaba atau franchise diprediksikan terus berkibar pada tahun 2017. Tingginya tingkat konsumsi dalam negeri menjadi salah satu alasan bisnis ini masih bertahan dan semakin berkembang.
Hal ini dibuktikan oleh jumlah pelaku bisnis waralaba yang terus bertambah setiap tahun. Hal itu terlihat dari tingginya animo peserta pameran International Franchise, License, and Business Concept (IFRA) ke-15 yang digelar selama dua hari pada 19-21 Mei 2017 di Jakarta Convention Center (JCC).
Pameran waralaba yang diselenggarakan oleh Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) ini turut diramaikan 150 perusahaan dengan mengusung 350 merek usaha. “Selain di Jakarta kami juga menggelar roadshow ke daerah-daerah,” kata Ketua AFI, Anang Sukandar saat ditemui di sela-sela pameran.
Rencananya, roadshow waralaba ini akan digelar di Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Manado, Banjarmasin, Medan, Palembang dan Batam. AFI melihat, konsumsi masyarakat di daerah-daerah itu cukup tinggi, sehingga menjanikan bisnis waralaba bisa berkembang.
Menurut Anang, dari ratusan sektor usaha waralaba, kini hanya 10 sektor yang menjanjikan di dalam negeri. Sektor tersebut meliputi kuliner, edukasi, retail dan perdagangan umum, salon dan spa, cleaning service dan binatu, kurir pengiriman, pertanian atau agribisnis, perbengkelan, perhotelan dan properti. Dari 10 sektor tersebut, kuliner masih mendominasi.
“Sesuai yang paling dibutuhkan sehari-hari, yaitu makanan dan minuman, lebih dari 50% ada di bidang ini,” ujar Anang.
Menurut Anang, waralaba kuliner tidak hanya berkembang di Indonesia, tapi juga di beberapa negara lain, seperti Singapura, Jepang dan Korea.
I Wayan Dipta, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM juga berpendapat sama. Ia melihat, sektor kuliner memiliki prospek yang bagus ke depannya. Selain kuliner, bisnis lain seperti jasa binatu juga tidak kalah menjanjikan. “Sekarang sampai desa pun laundry bisa lebih dari 5 outlet,” tutur dia.
Wisnu Sampurna, Franchise Manager Aqua Nano mengakui prospek usaha laundry masih sangat bagus. Alasannya, semakin padatnya aktivitas masyarakat membuat mereka memilih menggunakan jasa laundry untuk mencuci pakaian.
Usaha ini bakal menjadi tren dan bisa menjadi pilihan investasi bagi para pemilik modal. "Lagipula sektor ini tidak sama dengan kuliner yang butuh tenaga kerja ahli, kalau kami cukup pekerja buat menjaga gerai.," katanya saat mengikuti mengikuti pameran IFRA
Sementara itu, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Tjahya Widayanti melihat sektor agribisnis juga memiliki peluang bagus untuk berkembang karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News