kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Warna-warni dunia fesyen, undang minat kaum muda


Minggu, 30 September 2018 / 07:15 WIB
Warna-warni dunia fesyen, undang minat kaum muda


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Fesyen kian menarik untuk diselami. Khususnya, fesyen yang terkait dengan pakaian. Bahan dan desain yang terus berkembang mengundang banyak minat kaum muda untuk ikut terjun ke dalamnya. Tak sedikit dari mereka yang kemudian bercita-cita menjadi desainer fesyen.

Maklum, pasar fesyen juga terus bertumbuh seiring kondisi ekonomi yang lebih baik. Tren mode yang dengan cepat berganti juga ikut menyemarakkan industri fesyen.

Fenomena inilah yang mendorong bisnis lembaga  kursus mode di tanah air. Kursus mode kian diburu oleh orang-orang muda.

Meriza Rachelin, desainer asal Malang, Jawa Timur sekaligus pemilik Merachel Art and Fashion Course mengaku, sejak lima tahun terakhir ini kelas mode terus meningkat.

Kondisi ini pula yang mendorong banyak perguruan tinggi juga membuka kelas mode. Dan, prediksinya,  bisnis seputar pendidikan fesyen masih akan populer sampai tiga tahun kedepan.

Namun, menurut Meriza,  konsumen lebih cenderung untuk mengambil kursus mode daripada sekolah mode di perguran tinggi. Sebab, kursus mode lebih fokus dengan hal-hal yang  diinginkan siswa.

Sekarang, Meriza mempunyai tujuh pengajar profesional yang membantunya. Sementara, ada 33 siswa yang kini tengah menimba ilmu di Merachel Art and Fashion Course.  

Hampir 80% dari seluruh siswanya mengambil kelas privat. "Karena siswa dapat mengatur jadwalnya sendiri dan lebih fokus dengan tujuannya," katanya pada KONTAN.

Tarifnya pun dipatok mulai dari Rp 250.000 sampai Rp 500.000 per pertemuan. Rata-rata dalam sebulan ada 12 kali pertemuan.

Kebanyakan para siswa menghabiskan waktu tiga bulan untuk menjadi mahir membuat desain, pola, dan menjahit. Tapi, untuk mereka yang ingin menjadi seorang prefesional dan membuka bisnis akan menghabiskan waktu lebih lama.

Meriza juga membuka kelas enterpreneur. Disini, siswa tidak hanya diajarkan ketrampilan desain dan menjahit tapi kiat membuka pasar dan berbisnis.

Meski kursusnya berada di Malang, Jawa Timur siswanya banyak yang berasal dari luar kota dan pulau seperti Lombok, Sumatera, Kalimantan, Lamongan, dan lainnya.

Pemain lainnya adalah Novalita Mandalasari. Dia membuka Da Moda di Depok, Jawa Barat. Dia pun menilai peminat kursus mode ini terus meningkat  saban tahunnya.

Tiap bulan, dia dibantu dua orang pengajar melatih ketrampilan desain, pola, jahit, dan lainnya ke puluhan siswa. Sama dengan kelas Meriza, para siswa lebih banyak memilih kelas privat dan workshop. Sebab, siswa dapat fokus pada ilmu dan ketrampilan yang diinginkan.

Siswanya tak hanya berasal dari sekitar Depok tapi juga Bandung, Bogor, Jakarta dan Tangerang. Biaya jasa kursus mode ini mulai dari Rp 450.000 sampai Rp 7 juta.    

Racik berbagai program untuk menarik minat konsumen                 

Ada gula ada semut. Peribahasa ini pas untuk menggambarkan fenomena bisnis fesyen tanah air. Menjanjikan cuan yang manis dengan besarnya potensi pasar, mendorong munculnya kelas atau sekolah mode.

Pertumbuhan kursus mode dan sekolah mode (universitas) terus meningkat. Peminatnya terus mengalir, mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang dewasa.

Faktor pendorongnya adalah ingin menjadi perempuan mandiri dengan membuka usaha fesyen, persiapan masuk sekolah mode, sampai bercita-cita menjadi seorang desainer.

Efeknya, persaingan di bidang bisnis ini cukup ketat. Tidak hanya di kota besar tapi juga kota kecil dan daerah lainnya.

Meriza Rachelin, desainer sekaligus pemilik Merachel Art and Fashion Course di Malang, mengamini hal tersebut. Menjaga kualitas pengajar dan memberikan program yang baru (tidak ada di kursus lain) menjadi senjatanya untuk bertahan. "Pertimbangan masyarakat bukanlah harga tapi fasilitas atau program apa yang kita miliki dan tidak ada di lembaga kursus lainnya," jelas Meriza.  

Selain itu, perempuan berusia 28 tahun ini juga rajin melakukan promosi lewat media sosial seperti Instagram dan Facebook. Dia bersama tim juga mengagendakan kunjungan ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan tempat kursus mode miliknya.

Disisi lain, kendala bisnis yang dihadapinya adalah memberikan pengertian kepada siswa yang hanya terpaku dengan tren. Meriza pun memberi wawasan lebih luas kepada para siswanya agar dapat menciptakan desain sesuai dengan karakter diri serta keinginan pasar.

Novalita Mandalasari, desainer sekaligus pemilik Da Moda asal Depok, Jawa Barat bilang kendala yang dihadapinya adalah menyakinkan calon konsumen bila mereka mengajarkan desain, pola, jahit, dan lainnya dari tingkat dasar. Sebab, "Banyak calon siswa yang takut dan kurang percaya diri karena tidak bisa menggambar," jelasnya.

Meski persaingan sudah terasa ketat, perempuan yang lebih akrab disapa Nova ini tetap santai menjalankan bisnisnya. Jurus andalannya untuk bertahan adalah menciptakan program yang tidak dimiliki oleh tempat kursus mode lainnya.

Contohnya, dia membuka kelas mode singkat, workshop sehari. Temanya pun dibuat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan target konsumen. Ada workshop untuk para pemula yang mengajarkan cara menggambar orang, busana, mewarnai, sampai membuat pola dengan benar.

Selain itu, dia mengandalkan media sosial Instagram untuk menggiring perhatian calon konsumen.  
Sekedar info, usaha ini sudah dimulai sejak tahun 2011 lalu di Bandung. Namun, sekitar dua tahun belakangan, dia memindahkan tempat kursus modenya ke Depok karena mengikuti suami.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×