kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   -27.000   -1,39%
  • USD/IDR 16.830   -10,00   -0,06%
  • IDX 6.400   -41,63   -0,65%
  • KOMPAS100 918   -5,59   -0,61%
  • LQ45 717   -5,96   -0,82%
  • ISSI 202   0,24   0,12%
  • IDX30 374   -3,30   -0,87%
  • IDXHIDIV20 454   -4,95   -1,08%
  • IDX80 104   -0,73   -0,70%
  • IDXV30 110   -1,18   -1,06%
  • IDXQ30 123   -1,18   -0,95%

Warna-warni tawaran usaha Batagor Pelangi


Senin, 08 Juli 2013 / 13:32 WIB
ILUSTRASI. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada Rabu (2/2). IHSG terkerek 1,15% ke level 6.707,65.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Baso tahu goreng alias batagor sudah akrab di lidah masyarakat kita. Maka, banyak orang yang tertarik menjajal bisnis panganan asal Bandung, Jawa Barat ini. Apalagi pasarnya terbuka lebar, karena bukan termasuk makanan musiman.

Peluang inilah yang dilirik Didit Jakso Tranggono sehingga membuka usaha Batagor Pelangi di Depok, pada Maret 2012. Nama yang unik ini ternyata menggambarkan penyajian batagor khas miliknya yang berbeda dengan batagor pada umumnya.

“Kalau kita lihat, batagor biasanya hanya berwarna cokelat karena bumbunya. Sedangkan, kami pakai sayur bayam dan wortel sebagai pewarna batagor, sehingga kami punya dua produk yaitu batagor hijau dan batagor oranye,” ujar Didit.

Inovasi itu juga muncul setelah Didit melihat banyak batagor di depan sekolah-sekolah tidak menyajikan batagor sehat. Makanya, ia berinovasi mencampurkan sayuran pada adonan batagor. Selain sehat, sayuran juga memberikan warna alami yang cantik pada batagor.

Satu porsi kecil Batagor Pelangi (empat bakso) dijual Rp 7.000, sedangkan porsi besar (tujuh bakso) Rp 11.000.

Setelah memenangkan Juara 1 Kompetisi Wirausaha Inovatif dan Kreatif yang digelar Hemaviton pada Oktober 2012, Didit mendapat penayangan iklan gratis di stasiun televisi nasional pada bulan itu. Sejak itulah, ia optimistis mengembangkan usahanya, dengan membuka tawaran kemitraan Batagor Pelangi.

Didit mengemas dua paket kemitraan, yakni paket Rp 5 juta dan Rp 6 juta. Calon mitra berhak mendapatkan perlengkapan memasak dan bahan baku awal. Mitra paket Rp 5 juta juga mendapat gerai aluminium, sedangkan mitra paket yang lebih mahal mendapat gerobak kayu. "Dengan gerobak kayu, jualan bisa pindah-pindah tempat," paparnya.

Didit memperkirakan, mitra bisa meraih omzet Rp 2,8 juta sebulan. Dengan target keuntungan bersih sekitar 30%, diharapkan bisa balik modal dalam waktu enam bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×