kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wasno ingin ekspor dan punya merek sendiri (3)


Rabu, 30 November 2011 / 13:07 WIB
Wasno ingin ekspor dan punya merek sendiri (3)
ILUSTRASI. Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). IHSG menguat, asing memburu saham-saham ini, Selasa (5/1).


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Tri Adi

Wasno adalah tipe orang yang selalu ingin bertambah maju. Ia belum puas meski usaha pembuatan bonekanya telah menghasilkan omzet ratusan juta rupiah per bulan. Dia juga sudah punya toko. Namun Wasno tetap ingin memperluas pasar bonekanya hingga ke seberang lautan alias ekspor.

Meski usaha boneka milik Wasno semakin melar, tapi dia merasa usahanya belum sampai pada cita-cita yang dia idamkan. Wasno mengaku ingin sekali menjadi eksportir boneka. Namun keinginan ini belum juga kesampaian.

Saat ini, penjualan boneka yang ia produksi di Cikampek, Karawang, Jawa Barat itu baru bisa melayani pasar domestik. Keinginan Wasno untuk mengekspor boneka miliknya itu belum terwujud karena tidak mengetahui prosedurnya.

Agar bisa mengekspor boneka itu, Wasno sebenarnya sudah belajar kepada temannya yang menjadi perajin boneka di Bandung. Boneka buatan si teman ini sudah lebih dulu menjelajah pasar mancanegara. Selain belajar cara menjadi eksportir, "Saya juga membantu mengerjakan pesanan boneka jika teman saya itu tidak bisa layani seluruh pesanan," terang Wasno.

Menurut Wasno, temannya itu sering kewalahan untuk melayani permintaan ekspor boneka ke Vietnam dan Thailand. Permintaan boneka dari kedua negara anggota ASEAN itu masing-masing 3.000 unit dan 2.500 unit per bulan.

Jumlah pesanan itu terkadang membengkak terutama saat perayaan Hari Valentine dan Tahun Baru. "Permintaan boneka itu banyak sekali, cuma saya belum mengetahui cara untuk mendapatkan pesanan itu," keluh Wasno.

Namun pantang bagi Wasno untuk patah arang. Dia bertekad ingin mewujudkan keinginan itu dengan mengekspor sendiri. Ia berencana membuka pasar ekspor bersama seorang sahabatnya. "Tahun depan akan kami realisasikan," target Wasno.

Nah, salah satu persiapan ekspor itu, Wasno kini sudah melakukan perluasan bengkel pembuatan boneka. Dia juga berencana menambah jumlah karyawannya sebagai antisipasi atas membeludaknya jumlah pesanan boneka.

Dari 50 karyawan yang ia miliki sekarang ini, Wasno berencana menambah 10 hingga 20 karyawan lagi di awal tahun depan. Sedangkan untuk kapasitas produksi, ia akan menaikkan dari 250 unit per hari menjadi 400 unit per hari.

Sebelumnya, Wasno sudah melakukan beragam cara agar bisa menjadi eksportir boneka. Mulai dari mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh pemerintah hingga pameran mandiri.

Namun dari pameran ke pameran itu, Wasno tak kunjung mendapatkan pembeli dari luar negeri. "Selesai pameran tidak ada follow up. Boneka yang laku hanya yang ada selama pameran," jelas dia.

Bahkan saat hendak ikut pameran Wasno pernah ditipu oleh oknum pemerintah daerah. Ketika itu, ia diajak ikut pameran namun dengan syarat, Wasno harus mengirimkan sampel boneka terlebih dahulu. Rencananya, boneka sampel itu akan dipajang di booth milik pemerintah daerah.

Setelah boneka untuk sampel telah dikirimkan, tapi pameran yang ditunggu-tunggu tak pernah ada. Hingga akhirnya Wasno menyadari ia telah ditipu, sejumlah bonekanya raib digondol oleh penipu tersebut.

Dari peristiwa itu, Wasno mengaku mengalami kerugian puluhan juta rupiah. Sejak saat itulah, Wasno mengaku kapok mengikuti segala bentuk pameran promosi produk terutama yang diselenggarakan pemerintah.

Selain berambisi untuk melakukan ekspor, Wasno juga berambisi untuk memiliki merek boneka sendiri. Ia berharap suatu saat merek bonekanya bisa terpampang di pusat perbelanjaan di Jakarta.

Menurutnya, dengan memiliki merek sendiri, produknya akan memiliki nilai jual lebih tinggi. Tapi untuk membuat merek boneka sendiri itu ternyata juga tak gampang bagi Wasno. Ia mengaku tak mengerti cara dan prosedur pembuatan merek. "Selain merek tentu ada hak cipta, dan saya tidak mengerti bagaimana membuatnya," ungkap Wasno.

Menurut Wasno, dengan memiliki merek dan hak cipta boneka sendiri, maka produk boneka yang ia hasilkan bisa dilindungi Undang-undang. Jika ada pihak lain yang menirunya maka pihak itu bisa terkena sanksi. "Saat ini banyak yang meniru desain boneka saya," jelas Wasno.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×