kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,41   -5,94   -0.64%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspadai dominasi asing terhadap perusahaan startup di Indonesia


Senin, 26 Agustus 2019 / 19:29 WIB
Waspadai dominasi asing terhadap perusahaan startup di Indonesia
CEO PT Duta Sukses Dunia Yudi Candra


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan perusahaan rintisan teknologi (startup) di tengah melejitnay era digital di Indonesia perlu diwasapdai. Pasalnya, sejumlah perusahaan rintisanyang sudah skala besar, sahamnya sudah banyak dikuasai asing.

Besarnya pangsa pasar di Indonesia menjadikan bisnis startup tumbuh subur di Indonesia dan diminati asing. Sementara  respon pemerintah tampak sedikit lamban menjadikan bisnis start up didominasi asing.

Baca Juga: Pendataan ekonomi digital terganjal rendahnya partisipasi pelaku usaha

CEO PT Duta Sukses Dunia, Yudi Candra mengatakan, usaha startup tanah air kian makin naik daun bahkan pertumbuhannya sangat pesat hanya saja startup sekelas unicorn yang memiliki valuasi di atas US$1 miliar seperti GoJek dan Tokopedia saham mayoritasnya sudah dikuasai asing.

“Artinya keuntungan yang didapat dari bisnis startup ini di masa depan tentu saja ikut ke luar,  itu yang patut diwaspadai,” kata Yudi seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (26/8).

Di samping keuntungan yang lari ke luar, untuk start up yang dikuasai asing juga membuka ruang untuk menguasai ekosistem bisnis digital. Apalagi market kita sangat besar, ini yang menjadikan Indonesia menjadi berkembangnya platform platform digital.'

“Di pasar online kompetisi harga sangat tinggi, konsumen tidak lagi melihat barang secara langsung.  Masyarakat hanya melihat price, tidak mau tahu itu barang lokal maupun produk luar yang penting murah dibeli. Tentu saja ini yang menjadikan gempuran barang impor kian merangkak naik,” ujarnya yang juga pengamat ekonomi digital.

Selain keuntungan, dan masuknya barang impor, hal lain yang patut di waspadai di tengah hiruk pikuk era digital yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), mengingat, kata Yudi lagi, SDM atau tenaga ahli digital kita masih terbatas.

Padahal kebutuhan tenaga kerja digital ratusan ribu, dan baru bisa terpenuhi sekitar 60% itu pun tenaga sisanya menggunakan Tenaga Kerja Asing (TKA).

Baca Juga: Wah, valuasi unicorns global sudah setara PDB Indonesia

“Negara lain sudah mempersiapkan tenaga kerja digital sejak dini, seperti di Singapura anak usia dini sudah belajar coding. Di Indonesia lulusan perguruan tinggi tenaga IT pun masih terbatas yang mampu untuk bekerja secara kompetitif. Itulah yang harus segera disiapkan jika ingin peluang kerja juga diambil TKA,” tuturnya.

Oleh karenanya Yudi berharap di bawah pemerintah Jokowi yang ke dua nanti, platfom ekonomi digital lebih dimatangkan mulai dari investasi, produk , maupun SDM dapat dipersiapkan matang mulai dari aturan, pembatasan, maupun penyiapan SDM.

“Untuk investasi ada aturan yang lebih menguntungkan perusahaan lokal,  produk harapannya ada batasan agar produk UMKM kita juga bisa bersaing dengan produk luar, dan SDM bisa disiapkan lebih dini mulai dari sekarang,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×