Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi
Ide menjadi seorang pengusaha bawang goreng kemasan di benak Yossa Setiadi tercetus ketika dia ingin menjadi pengusaha kuliner. Lewat merek Bawang Goreng Soy, Yossa kini bisa memproduksi sebanyak 200 kg bawang merah per hari.
Cermat mencari peluang bisnis menjadi jalan sukses Yossa Setiadi membangun usaha bawang goreng kemasan. Dia menjalankan usaha bawang goreng instan di tahun 2006 dari nol. Yossa kala itu mencari ide berbisnis kuliner. Alih-alih memilih berbisnis soto ayam atau sop kambing yang sudah jamak, tercetus ide membuat produk yang dibutuhkan oleh para pelaku kuliner tersebut, yaitu bawang goreng kemasan. Kala itu pelaku bawang goreng kemasan masih jarang. Ini yang melecut Yossa untuk berani menjalankan usaha yang dia beri merek Bawang Goreng Soy.
Bermula dari usaha rumahan, kini Bawang Goreng Soy telah berada di bawah CV Setiadi Brother. Dengan dibantu 13 karyawan, Yossa bisa memproduksi 100 kg−200 kg bawang goreng per hari. Setiap bulan dia bisa menghabiskan 2,4 ton−3,6 ton bawang merah mentah untuk produksi.
Untuk kebutuhan bahan baku menggunakan bawang merah asal Sumenep, Madura. Bawang merah dari Sumenep memiliki rasa yang lebih gurih dibandingkan bawang dari daerah lain. Bahan baku dipasok oleh pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.
Bawang Goreng Soy menawarkan empat varian rasa yakni bawang goreng original, rasa asin, pedas dan manis. Yossa membagi menjadi kemasan stoples berbeda ukuran yakni ukuran 100 gram, 125 gram dan 250 gram. Harga jual produk mulai Rp 30.000 hingga Rp 185.000 per stoples, tergantung ukuran dan varian rasa.
Awalnya Yossa memproduksi Bawang Goreng Soy di tempat tinggalnya di Tangerang. Namun, seiring berkembangnya usaha, proses produksi membutuhkan tempat yang lebih luas, sehingga produksi dipindahkan ke Bandung.
Yossa memberdayakan ibu-ibu PKK yang tidak bekerja di Bandung dalam kegiatan produksi. Sementara tempat di Tangerang hanya untuk tempat persediaan barang.
Kerja keras dan ketekunannya mengantarkan lelaki lulusan public relation dari Universitas Pelita Harapan sukses mengekspor bawang merah goreng hingga ke beberapa negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Australia. Sekali pengiriman ke luar negeri Yossa bisa mengirim sekitar 1.000 stoples.
Sedangkan pemasaran di Indonesia, Yossa banyak menyasar penjualan ke toko ritel. Dia memiliki ratusan reseller yang menjual Bawang Goreng Soy ke seluruh Indonesia dan memasok ke sejumlah mal, seperti Lippo Mall Puri, Jakarta. Seiring berjalannya waktu, Bawang Goreng Soy pun makin dikenal dan memiliki jaringan bisnis luas mulai dari memasok berbagai restoran, hotel, maskapai penerbangan, perusahaan katering, bahkan sampai pedagang makanan di kaki lima. "Semua testimoni yang ada, bawang goreng buatannya enak dan selalu segar," kata dia.
Yossa mengaku, rata-rata omzetnya saat ini bisa mencapai Rp 166 juta per bulan. Penjualan bisa meningkat hingga lima kali lipat ketika masuk musim nikah seperti sekarang. Dia bilang, mulai September sampai Februari, biasanya ia harus menambah pegawai karena permintaan melonjak. Darisitu, omzetnya pun otomatis ikut terkerek naik.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News