kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Yuk, belajar budaya Betawi di Setu Babakan (3)


Sabtu, 21 April 2018 / 10:15 WIB
Yuk, belajar budaya Betawi di Setu Babakan (3)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Perkembangan kehidupan sekitar Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan mengubah cara berpikir warga setempat. Para orang tua mulai mendorong anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Alhasil, banyak warga yang kini menjadi pegawai, dokter, konsultan, sampai arsitek.

Namun, pendidikan tinggi tak membuat mereka lupa  budaya Betawi. Sanggar tari masih aktif sampai sekarang. Begitu juga, tempat untuk belajar silat dan berpantun. Pertunjukan rutin pun selalu terselenggara. Saat menjelang ulang tahun Jakarta, order naik pentas juga membanjir dari pengelola hotel maupun pusat belanja.  

Disisi lain, ada juga adat yang mulai hilang atau digantikan dengan gaya baru. Misalnya, seperti kebo andilan yaitu memotong kerbau hasil iuran warga menjelang hari raya Idul Fitri. "Sekarang makan daging hampir setiap hari jadi adat ini sudah tidak lagi dilakukan," jelas Indra Sutisna, Kepala Pengelola Setu Babakan.

Adat tenongan yang ada  dalam acara pernikahan kini digantikan dengan roti buaya. Indra menjelaskan budaya roti buaya merupakan adat Betawi tengah yang kini mulai banyak dilakukan oleh warga di Kampung Betawi Setu Babakan.

Sekadar informasi, rumah bergaya betawi dan aktivitas budaya yang ada disana merupakan usaha reka cipta. Indra mengakui tidak mudah untuk merealisasikann usaha tersebut hingga  seperti sekarang.

Pasalnya, terdapat beberapa warga yang tidak mau untuk membangun rumah dengan gaya betawi dengan alasan biaya perawatan cukup mahal. Atau, mengganti jenis tanaman mereka dari pohon jamblang, bintaro, cimpedak dengan pohon lainnya seperti alpukat atau lainnya.

Dia mengatakan, pendekatan secara personal lebih  banyak dilakukan untuk mengajak warga bersama-sama mendukung proyek pemerintah. Minimal, para warga tetap menjaga perilaku yakni saling menyapa, ramah kepada siapapun, serta tidak membeda-bedakan.

Laki-laki asal Setu Babakan ini menjelaskan, proyek ini merupakan program jangka panjang dengan target pembangunan sekitar 20 tahun. Saat ini, progres pembangunannya proyek tersebut baru separonya atau sampai 50%.

Nantinya, di Setu Babakan juga bakal ada ruang yang dijadikan pusat edukasi dengan membuat replika properti serta aneka ragam tanaman khas ibu kota. Selain itu, dia berharap kedepan banyak pihak swasta seperti perhotelan yang menjalin kerjasama atau melakukan aksi corporate social responsibility di lokasi ini. Tujuannya, agar warga mendapatkan ilmu tentang membuat home stay dan tata cara pengelolaan tamu saat bertandang.  

Hal ini dibutuhkan karena sampai sekarang belum ada warga yang mampu membuat penginapan di kawasan wisata tersebut.  Padahal, tidak sedikit wisatawan dalam dan luar negeri yang ingin tinggal di sana untuk menikmati kawasan itu.  Agar asyik, mereka ingin tinggal di rumah penduduk.    

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×