kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yuk, borong camilan tradisional di Tangsel (1)


Selasa, 02 Februari 2016 / 17:11 WIB
Yuk, borong camilan tradisional di Tangsel (1)


Reporter: Teodosius Domina | Editor: S.S. Kurniawan

Indonesia memiliki banyak jenis camilan tradisional yang sudah akrab di lidah masyarakat. Meski kuliner asing terus menggempur pasar dalam negeri, peminat jajanan tradisional tidak pernah surut.

Ini menjadi potensi bisnis serta daya tarik wisata daerah yang harus terus dikembangkan. Itu menjadi salah satu alasan pemerintah kota Tangerang Selatan (Tangsel) mencanangkan Desa Keranggan di Kecamatan Setu sebagai kampung wisata home industry sejak tahun 2013. 

Desa ini terletak tak jauh dari pintu keluar tol Serpong, Tangerang. Dari pintu tol Anda bisa menuju arah Pamulang.

Untuk menuju Desa Keranggan, di perempatan Viktor, kemudian belok ke kanan ke arah Kecamatan Setu. Sekitar 5 km dari situ, Anda sudah berada di pusat produksi makanan ringan ini.

Untuk bisa mengakses desa ini, ruas jalan yang dilalui sudah dilapisi beton, aspal dan ada pula yang memakai paving block

Hampir semua warga di desa ini memproduksi beragam camilan tradisional, seperti keripik pisang, keripik singkong, opak kembang goyang, dan stik pedas. Di sini juga sudah terbentuk Koperasi Cipta Boga sejak 2013 bagi para warga yang membutuhkan pinjaman modal usaha. 

Alwani, ketua Koperasi Cipta Boga mengatakan, ada sekitar 150 warga yang sudah bergabung sebagai anggota koperasi. "Sekitar 100 anggota merupakan produsen makanan ringan, dan sisanya pelaku industri kecil lainnya seperti warung sembako,” terangnya.

Supiah, salah seorang pelaku industri rumahan di desa ini mengaku sudah sekitar 20 tahun memproduksi makanan ringan, seperti keripik pisang, stik asin atau pedas, kue kembang goyang, dan kripik singkong. "Pokoknya ketika di pasar sedang ada bahan apa, ya saya bikin itu,” tutur Supiah.

Ia bercerita sekarang usahanya semakin berkembang. Kalau dulu seminggu dua kali jualan ke Jakarta dengan berkeliling ke rumah-rumah, titip ke warung-warung, stasiun dan terminal. Namun sekarang semenjak adanya koperasi dan bantuan dari pemerintah, Supiah tidak tidak perlu berkeliling menjajakan dagangannya. Sebab, ada pedagang besar yang datang untuk memborong.

Munawaroh, produsen camilan lainnya, menuturkan, saat ini penjualannya makin mudah. Dia menjual keripik pisang, keripik singkong, opak dan lainnya. Harga jual satu bungkus plastik jenis makanan apapun dijual seharga Rp 4.000. Dalam sehari, ia rata-rata bisa menjual 100 bungkus.

Selain menjual dalam bungkus kecil, produsen makanan ringan di desa ini juga membuat dalam kemasan 1 kg. “Kalau yang kiloan harga masing-masing makanan bisa berbeda,” tutur Supiah.

Keripik pisang dijual seharga Rp 40.000 per kg, kue kembang goyang dan stik harganya Rp 45.000 per kg, sedangkan harga keripik singkong Rp 35.000 per kg.

Dalam seminggu Supiah rata-rata bisa menjual 20 kg camilan aneka jenis kepada tengkulak. Tengkulak yang datang ke tempatnya biasanya dari Pamulang. Kadang ada pula dari Tigaraksa, Serpong, Tangerang, Cimone, Tebet, hingga Bandung.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×