kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Yuk, ke sentra produksi cengkih di Sulawesi (1)


Kamis, 17 Desember 2015 / 13:15 WIB
Yuk, ke sentra produksi cengkih di Sulawesi (1)


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Dari sejumlah komoditas perkebunan unggulan Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, cengkih menjadi primadona masyarakat setempat. Tak salah, di kabupaten ini banyak sentra perkebunan cengkih. Salah satunya di Desa Bulo Lohe, Bulukumba. Seorang petani bisa meraup omzet Rp 100 juta sekali panen.

KABUPATEN Bulukumba di Sulawesi Selatan tidak hanya terkenal dengan pesona pantainya yang eksotis seperti Pantai Tanjung Bira, Pantai Samboang, atau Pantai Apparalang. Kabupaten ini juga terkenal sebagai penghasil komoditas perkebunan seperti kakao, kelapa, karet, pala, lada dan cengkih.

Dari sejumlah komoditas unggulan itu, perkebunan cengkih yang terbilang besar kapasitas produksinya. Jadi, wajar, mayoritas masyarakat sekitar bermata pencaharian sebagai petani cengkih, selain peternak dan nelayan.

Salah satu sentra perkebunan cengkeh terbesar di Kabupaten Bulukumba terdapat di Desa Bulo Lohe, Kecamatan Rilau Ale. Jika sedang berwisata ke Sulawesi Selatan, luangkan waktu Anda untuk singgah ke sentra cengkih Bulo Lohe.

Dari pusat kota Makassar, Anda butuh waktu 4 jam menggunakan bus menuju sentra cengkih Bulo Lohe. Setibanya di desa ini, Anda akan melihat hamparan luas perkebunan lahan cengkih.

Posisi lahan perkebunan cengkih di Desa Bulo Lohe letaknya agak jauh dari pemukiman warga. Jaraknya sekitar 300 meter. Jadi, untuk mencapai perkebunan cengkih, pengunjung harus berjalan kaki terlebih dahulu.

Sebagian besar perkebunan cengkih di Desa Bulo Lohe adalah milik warga, bukan korporasi. Salah satu petani cengkih di desa ini adalah Siraju Dinain. Ia menanam cengkih sejak tahun 1980.

Menurut Dinain, sentra cengkih di Desa Bulo Lohe mulai pesat sejak tahun 1986. Saat itu, pemerintah sedang gencar-gencarnya menggenjot produksi cengkih dan mengimbau rakyat membudidayakan cengkih. "Di tahun 1986 ada penanaman besar-besaran di desa ini," kata dia.

Di lahannya seluas 4 hektare (ha), Dinain menanam cengkih dengan rata-rata 100 pohon per 1 ha. Menurut Dinain, banyaknya masyarakat di Kabupaten Bulukumba yang menanam cengkih lantaran tanaman ini perawatannya cukup mudah.

Harga jual cengkih juga tinggi dibandingkan tanaman perkebunan lainnya. "Panennya setahun sekali. Tapi, sekali panen menghasilkan uang Rp 100 juta dengan rata-rata harga cengkih Rp 120 ribu per kilogram," katanya.

Petani cengkih lainnya di Desa Bulo Lohe adalah Jamaluddin. Pada tahun 1970, ia adalah petani jambu mete. Namun, melihat prospek budidaya cengkih lebih bagus, dia mulai banting setir menjadi petani cengkih sejak tahun 1982. Kini, di atas lahan 1 ha, Jamaluddin memiliki sekitar 80 pohon cengkih.

Jamaluddin menuturkan, bagi para petani di Bulukumba, hampir setiap kepala keluarga, kata dia, paling tidak memiliki 1 ha lahan perkebunan cengkih.

Kini, dari hasil membudidayakan cengkih, Jamaluddin sudah berhasil menyekolahkan keempat anaknya menjadi sarjana. "Rata-rata petani di sini sudah jadi orang kaya. Ukurannya bukan punya rumah mewah atau banyak kendaraan, tapi mereka sudah menunaikan ibadah haji berkat menanam cengkih," katanya.   

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×