Reporter: Merlina M. Barbara, Silvana Maya Pratiwi | Editor: Tri Adi
Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya hasil laut. Wajar, jika masyarakat di wilayah pesisir Indonesia menggantungkan hidupnya dari sumberdaya alam laut. Contohnya di Pulau Pasaran, Bandar Lampung. Sebagian besar penduduk di pulau ini berprofesi sebagai perajin ikan teri. Dalam sebulan, omzet perajin Rp 10 juta per bulan.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya akan hasil lautnya. Sebut saja, misalnya, ikan, terumbu karang, dan rumput laut. Wajar, jika masyarakat di sejumlah wilayah pesisir Indonesia menggantungkan hidupnya dari sumberdaya alam laut.
Contohnya masyarakat di Pulau Pasaran, kota Bandar Lampung. Sebagian besar penduduk di sini berprofesi sebagai perajin ikan teri. Tak salah, jika Pulau Pasaran sangat kesohor sebagai sentra kerajinan ikan teri nomor satu di Lampung.
Pulau Pasaran adalah sebuah pulau kecil di Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung. Pulau ini hanya memiliki luas wilayah sekitar 12,5 hektare dan dihuni oleh lebih dari 260 orang kepala keluarga.
Penduduk yang menghuni Pulau Pasaran mayoritas masyarakat transmigran dari Jawa, seperti Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat, serta suku Bugis, Sulawesi Selatan.
Untuk mencapai Pulau Pasaran, jarak tempuhnya hanya 1 kilometer atau sekitar 15 menit dari pusat kota Bandar Lampung. Untuk menyeberang ke pulau ini, Anda akan dihubungkan jembatan sepanjang 100 meter. Jembatan ini hanya bisa dilewati sepeda motor.
Tapi, para pengunjung juga bisa memanfaatkan sarana transportasi air menuju Pulau Pasaran. Cukup membayar biaya Rp 5.000 per orang, pengunjung bisa menyeberang ke Pulau Pasaran menggunakan perahu kecil.
Setibanya di dermaga Teluk Betung, Anda sudah bisa melihat jejeran rumah dan perahu motor milik penduduk setempat. Melangkah lebih jauh ke permukiman warga, Anda langsung disuguhkan pemandangan aktivitas para perajin yang sedang mengolah ikan teri.
Salah satu perajin ikan teri di Pulau Pasaran adalah Justan Slamet, perantauan asal Cirebon, Jawa Barat. Menurut pria berusia 42 tahun itu, di Pulau Pasaran ada sekitar 300 penduduk yang bermata pencaharian nelayan dan perajin ikan teri.
Justan mengaku sudah 14 tahun atau sejak 2001 menetap di Pulau Pasaran. Ia diajak merantau oleh saudaranya yang sudah lebih dahulu tinggal di pulau ini.
Pada awal merantau, kata Justan, ia mencoba mengadu nasib sebagai nelayan bagan. Namun, seiring berjalannya waktu, ia memilih menjadi perajin ikan teri. Kini, Justan termasuk salah satu dari 59 perajin ikan teri yang punya tempat pengolahan sendiri.
Perajin ikan teri lainnya di Pulau Pasaran adalah Hassan Sobri. Sama dengan Justan, Hassan merupakan perantauan dari Semarang, Jawa Tengah. Pria berusia 52 tahun ini sudah menetap di Pulau Pasaran sejak tahun 1990-an. "Ikan teri yang umum disukai masyarakat adalah jenis teri geladah (Stolephorus indicus) dan teri nasi (Stolephorus tri)," katanya
Nah, dalam sehari, Justan dan Hassan mampu memproduksi 50 kilogram (kg)-100 kg ikan teri dan asin. Harga ikan teri rata-rata dibanderol Rp 37.000-Rp 60.000 per kg. Dari bisnis ikan teri, Hassan dan Justan mengaku bisa meraup omzet Rp 10 juta per bulan.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News