Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Harris Hadinata
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya akan sumber daya alam, termasuk produksi buah-buahan tropis yang melimpah. Potensi alam ini membuat sebagian masyarakat di tanah air menyambung hidup lewat kegiatan budidaya buah.
Seperti yang dilakukan oleh warga di Desa Cengal, Kecamatan Japara, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Hampir setiap rumah di desa ini memiliki pohon mangga di depan pekarangan rumahnya. Saat KONTAN ke sana, tampak deretan pohon mangga di depan halaman rumah warga.
Sentra budidaya mangga di Cengal ini cukup sulit didatangi, lantaran melewati hutan dan jalanan sempit. Kira-kira butuh waktu sekitar dua jam dari arah Kelurahan Cijoho menggunakan kendaraan roda empat.
Di sentra ini Anda akan menemukan sekitar 100 rumah yang pemiliknya membudidayakan sekaligus menjual mangga hasil panen mereka. Salah satunya Wasim. Dia membudidayakan dan menjual mangga karena melanjutkan usaha orangtua sejak tahun 1990. Hasil penjualan dari panen mangga digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, disamping bertani padi.
Saat ini sudah banyak pengepul yang langsung mendatangi Desa Cengal untuk mengambil hasil panen warga. Wasim menjelaskan, mangga dari Desa Cengal memiliki rasa yang manis. Kualitas mangga bisa terjamin karena ditanam secara alami tanpa menggunakan perangsang atau bahan kimia. “Iklim di sini memang cocok untuk pembudidayaan tanaman mangga,” ujar Wasim.
Buah mangga panen setahun sekali. Wasim memiliki 50 pohon mangga, Apabila cuaca mendukung, satu pohon bisa menghasilkan 15 kg mangga. Hasil panen dikirim menggunakan truk setiap hari. Beberapa pengepul mangga yang langsung datang berasal dari Majalengka, Cirebon, Pontianak, Batang, Medan, Jakarta dan Bandung.
Wasim menjual hasil panennya ke pengepul dengan ukuran satu pohon senilai Rp 200.000. Dia juga menjual bibit tanaman mangga sekitar Rp 35.000 hingga Rp 40.000 per bibit. Wasim mengaku bisa meraup omzet hingga Rp 15 juta tiap panen.
Dia membudidayakan beberapa jenis mangga seperti gedong gincu, arumanis, dan indramayu. “Yang banyak diminati adalah pohon mangga gedong gincu karena buahnya warna merah dan lebih manis,” imbuh Wasim.
Pembudidaya lainnya adalah Nurdin RK. Membudidayakan dan menjual mangga sejak tahun 1985, Nurdin yang memiliki 30 pohon ini juga seringkali mengambil mangga dari pembudidaya lain untuk dijual ke beberapa pengepul langganannya. “Karena pohon yang saya punya jarang berbuah, jadi beli juga mangga ke pembudidaya lain,” ucap Nurdin.
Nurdin menjual mangga indramayu seharga Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per kg. Sedangkan mangga gedong gincu sekitar Rp 5.000 per kg dan mangga gincu asli sekitar Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per kg. Ketika musim panen Nurdin bisa menjual 50 ton mangga sehari. Namun, jika cuaca sering hujan dan belum panen, Nurdin paling hanya bisa menjual satu ton mangga per hari.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News