kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yuk, menelisik kampung batik di Tangerang (1)


Sabtu, 06 Oktober 2018 / 06:45 WIB
Yuk, menelisik kampung batik di Tangerang (1)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Sembilan tahun lalu, UNESCO resmi mengakui batik menjadi salah satu warisan dunia. Sejak saat itu, pamor batik mulai naik dan diminati oleh berbagai kalangan.

Produksi batik pun tak hanya dimonopoli sejumlah kota yang memang sudah tenar karya batiknya. Setiap daerah lantas mengembangkan batik lokal dengan corak yang khas.  

Seperti Kota Tangerang yang mengembangkan Kampung Batik Kembang Mayang di Larangan. Motif kembang mayang menjadi ciri khas produksi batik kampung tersebut.

Saat KONTAN menyambangi lokasi akhir pekan lalu, aktivitas membatik dilakukan terpusat di sanggar batik yang menempati gedung serbaguna atau yang lebih dikenal Posyandu Cempaka. Kompor listrik berukuran mini dipasang untuk memanaskan malam yang akan digunakan para perajin. Aneka pewarna kimia ramah lingkungan ditata rapi dalam botol yang disiapkan untuk mewarnai setiap motif kain batik.

Produk berbahan kain batik, seperti tempat tisu dan totebag pun tertata rapi di atas meja. Sedangkan kain-kain batik tampak dibentangkan di tempat yang sudah disediakan.

Lokasi Kampung Batik Kembang Mayang ini berada di Komplek Kembang Larangan, Larangan Selatan, Larangan, Kota Tangerang, Banten. Sayang, tak ada kendaraan umum yang menjangkau lokasi itu. Anda pun harus berangkat dengan kendaraan pribadi.

Sebagai patokannya adalah gapura besar bertuliskan 'Selamat Datang Ke Kampung Batik Larangan.' Yang perlu diingat, sanggar tersebut hanya buka pada hari Selasa dan Jumat.  

Zulifni Adnan, Board of Director Kampung Batik Kembang Mayang bercerita, aktivitas membatik sudah dilakukan oleh sebagian warga mulai dari tahun 2017 lalu. Gerakan ini berawal dari program PHBS (pola hidup bersih dan sehat) yang digagas oleh pemerintah Tangerang. "Awalnya kampung ini hanya dibuat warna-warni dengan dinding yang dihiasi mural," jelasnya.

Namun, Zul merasa, kampungnya terlihat sama dengan lainnya. Dia pun mulai berkoordinasi dengan pengurus lainnya dan akhirnya disepakati untuk menghias dinding dengan lukisan bernuansa batik nusantara.

Tak disangka, dinding-dinding bermotif batik tersebut viral dan menjadi latarbelakang untuk berswa foto. Lantas, para pengurus sepakat untuk membangun tempat pelatihan membatik. Edukasi dan pengenalan pun dilakukan melalui acara pertemanan warga.

Alhasil, sampai sekarang sudah ada sekitar 40 perajin batik. Produknya pun bermacam-macam mulai dari kain, sarung tisu, tas, sarung bantal, sampai taplak meja.

Muriani Oktavianti, salah satu perajin mengaku, seluruh produk buatannya dan perajin lainnya dijual melalui sanggar batik.

Harganya pun bervariasi, mulai dari puluhan sampai jutaan rupiah tergantung jenis dan kerumitan desain batik tulis. "Konsumennya adalah orang-orang yang berkunjung ke kampung batik ini. Bisa dari lembaga pemerintahan sampai wisatawan," kata Muriani. Sayang, dia enggan menyebutkan total penjualan rata-rata yang didapatkan.          

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×