kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan minuman saset jahe dari Mang Jae semakin hangat di masa pandemi


Sabtu, 17 Oktober 2020 / 11:15 WIB
Penjualan minuman saset jahe dari Mang Jae semakin hangat di masa pandemi


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tidak sedikit pengusaha yang justru mendapat berkah dari adanya pandemi virus korona yang tengah terjadi saat ini. Misalnya saja yang dialami oleh Arief Basyaruddin bersama sang adik, Hery Farhanuddin 

Selama ini kedua kakak beradik tersebut menjalani bisnis sebagai pengusaha minuman berbasis bahan baku jahe dengan label Mang Jae di Banjarnegara, Jawa Tengah sejak 2016. Bentuknya berupa bubuk minuman sasetan. 

Ada beragam jenis minuman berbasis jahe yang diproduksi oleh Mang Jae. Mulai dari gula jawa jahe, wadang rempah, kembang gula jahe. Nah, semenjak pandemi melanda, Arief memberanikan diri untuk membuat produk anyar lagi, yakni kopi jahe sejak Agustus lalu. Supaya menarik, ia memberi embel-embel label menjadi Kopi Jahe Perlente. 

"Jadi ide membuat kopi jahe itu justru berasal dari pandemi korona, dan semua orang harus menjaga kesehatan dan imunnya, dan salah satunya dengan jahe," tuturnya kepada KONTAN.

Baca Juga: Bisnis jamu semakin jos selama pandemi corona berlangsung

Boleh dibilang, keberadaan pandemi ini langsung membuat label Mang Jae menjadi semakin dikenal luas. Apalagi semua minuman bubuknya berbahan baku jahe. Dan kebetulan juga, sebelum pandemi melanda, Arief sudah mempunyai sebanyak reseller yang mencapai 100 reseller yang tersebar di sejumlah daerah.

Para reseller inilah yang menjadi ujung tombak Aries untuk memasarkan beragam produk Mang Jae termasuk yang terbaru Kopi Jahe Perlente. Mereka menggunakan marketplace untuk memasarkan  produk itu.

Khusus untuk kopi jahe, Arief membanderol di level reseller sebesar Rp 25.000 per bungkus. Sedangkan di tingkat konsumen harganya menjadi Rp 30.000 sampai Rp 35.000 per bungkus. 

Adapun jenis kopi yang dipakai di kopi jahe Perlente adalah kombinasi java arabika, java robusta dan lampung robusta. Arief mengklaim, bahan baku yang dipakai tanpa pengawet dan pemanis buatan. 

Meski baru berjalan, Arief klaim penjualan kopi jahe perlente tergolong menjanjikan. Dalam sebulan, kopi jahe bisa terjual antara 300 bungkus sampai 500 bungkus. Dengan omzet khusus kopi jahe saja antara Rp 7 jut sampai Rp 10 juta per bulannya. 

Jika digabung dengan penjualan dari produk lainnya, maka total penjualan Mang Jae bisa mencapai 3.500 bungkus sampai 5.000 bungkus per bulan, dengan rata-rata omzet sekitar Rp 70 juta.

Rupanya, produk minuman jahe lainnya, selain kopi jahe, selama pandemi Arief klaim juga melonjak hingga 30% dari biasanya. Dengan hasil tersebut, Arief pun berencana akan memperluas varian produk, yakni susu jahe serta coklat jahe, serta penjajakan pasar hingga ke luar negeri.

Konsultan usaha, Djoko Kurniawan memberi saran agar Mang Jae juga memperluas pasar ke segmen millenial lewat produk yang disukai segmen ini.

Selanjutnya: Peach gum, camilan imunitas dari China yang lagi hits selama pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×