kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Siapa sangka, dari minyak jelantah bisa tercipta sabun yang wangi


Sabtu, 19 September 2020 / 09:45 WIB
Siapa sangka, dari minyak jelantah bisa tercipta sabun yang wangi


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inovasi tiada henti terus dilakukan oleh para pelaku usaha kecil dan menengah dalam menggerakan perekonomian Indonesia. Apalagi,  di tengah pandemi Covid-19. Perlu produk khusus yang spesial supaya bisa menarik perhatian pasar. Misalnya, dari sisi bahan baku.

Hal inilah yang dilakoni oleh Yomi Windi Asni, pemilik usaha sabun cuci pakaian merek Langis asal Yogyakarta. Nah, yang tidak biasa dari usaha ini adalah bahan baku untuk membuat sabun Langis. Yomi menggunakan bahan dasar dari minyak jelantah. 

Kebetulan, tidak begitu sulit untuk mendapatkan minyak jelantah. Saban bulan, dia bisa mengumpulkan minyak jelantah dari kegiatan bank sampah hingga mencapai 40 liter.

Setelah mendapatkan bahan dasar tersebut, mulailah Yomi memproduksi sabun Langis. Tanpa memerinci, olahan minyak jelantah tersebut ia proses sedemikian rupa. Sehingga, menghasilkan sabun yang dia klaim ramah lingkungan.

Baca Juga: Laba mengalir dari usaha wastafel portabel di tengah pandemi Covid-19

Yomi juga mengklaim, sabun buatannya sudah teruji dan bisa cepat membersihkan noda yang membandel. Sabun Langis tidak memakai bahan kimia dalam proses pembuatannya. "Tidak panas kalau kena tangan, jadi memang diproduksi untuk penggunaan sehari-hari," katanya kepada KONTAN, Jumat (18/9). 

Menurut Yomi, ada dua jenis sabun yang ia produksi. Pertama, sabun cair untuk mencuci pakaian terutama batik agar tidak menghilangkan warna dasar atau tidak luntur. Kedua, sabun batang yang efektif untuk membunuh noda membandel. 

Produk sabun Langis asal Yogyakarta ini hanya berbanderol harga Rp 15.000 untuk sabun batang dan Rp 25.000 buat sabun cair.

Sayangnya, akibat ada pandemi Covid-19, Yomi mengungkapkan, penjualannya merosot hingga 60%. Laiknya pebisnis UMKM lainnya, ia pun langsung memanfaatkan sarana penjualan online untuk bisa meningkatkan permintaannya. Hasilnya, tergolong lumayan, saban bulan dia kini bisa menjual produknya hingga 150 buah. "Strategi kami sekarang hanya mengandalkan penjualan lewat online seperti marketplace supaya tetap bisa produktif," ujarnya. 

Pengamat usaha dan waralaba Djoko Kurniawan menilai, usaha sabun cair dan batangan masih punya kesempatan untuk berkembang. Sebab, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar tetap menjanjikan untuk jenis usaha ini.

Sehingga, pelaku UMKM yang membuat produk ini perlu memperhatikan berbagai inovasi lainnya, biar ada perbedaan yang ditonjolkan sehingga mampu menarik konsumen. "Standar pembuatan sabun yang baik juga harus diedukasikan ke masyarakat agar mereka percaya untuk menggunakan produk ini," sarannya. 

Selain itu, pelaku usaha juga harus terus melakukan inovasi untuk bisa menghasilkan produk lainnya yang belum ada di pasaran.

Selanjutnya: Mencicipi Sedapnya Laba Usaha Bumbu Siap Pakai di Masa Pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×