kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

UMKM produksi masker scuba akui ada penurunan permintaan


Jumat, 25 September 2020 / 15:39 WIB
UMKM produksi masker scuba akui ada penurunan permintaan
ILUSTRASI. Masker scuba produksi Kawzmu.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu lalu terdapat informasi dari pemerintah bahwa masker berbahan scuba disebut kurang efektif dalam menangkal droplet. Dari berita KONTAN sebelumnya Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyatakan masker scuba dan buff kurang efektif menangkal virus corona. Adapun masker kain yang dianjurkan pemerintah ialah masker kain berbahan katun dengan tiga lapisan.

Namun diketahui sejak awal pemerintah menganjurkan agar masyarakat yang sehat menggunakan masker kain, muncul berbagai produsen atau bahkan penjual masker. Kebanyakan dari mereka menjual masker dengan bahan scuba, hampir dapat dikatakan masker scuba cukup diminati masyarakat karena motifnya yang beragam.

Lalu dengan adanya anjuran pemerintah yang menyebut masker scuba kurang efektif, bagaimana nasib usaha para UMKM yang kini memproduksinya?

Muhammad Dana Aulia Rahman, pemilik usaha Masker Scuba Orginal di Surabaya, Jawa Timur mengakui ada dampak usai adanya informasi tersebut. Penurunan permintaan masker scuba di tempatnya ada sekitar 50% dari sebelumnya.

"Kalau dibilang berpengaruh apa engga, pasti berpengaruh, apalagi minggu-minggu ini saat edukasi masker scuba ini bertebaran di sosial media, Masker Scuba Original ada penurunannya, 50% lebih ada turun order. Karena kan kita ngga bisa pungkiri pasti ada pengaruh buat mindset masyarakat," jelas Rahman kepada KONTAN.

Baca Juga: Inilah bahaya menggunakan masker yang kotor

Rahman sendiri tak hanya memproduksi masker berjenis scuba. Ia juga memproduksi masker berbahan polyuerthane bergramasi 350 atau lebih tebal dari bahan scuba. Untuk produksi Rahman berkolaborasi dengan UMKM konveksi yang ada di Surabaya dan Mojokerto Jawa Timur.

Harga masker buatannya dibandrol Rp 3.500 per buah untuk masker scuba dengan sablon logo, serta Rp 7.000 per buah untuk masker berbahan polyuerthane plus sablon logo. "Omset sebulan puluhan juta rata-rata. Mulai turun 50% pas ada statemen itu, pasti berdampak," imbuhnya.

Sebelumnya masker scuba disebut Rahman hampir mendominasi pemesan di Masker Scuba Original. Sebulan ada lebih dari 20.000 pesanan masker baik jenis scuba dan polyuerthane. "Dulu masker scuba itu 80% pesanan, sisanya 20% polyuerthane. Tapi sekarang turun scuba. Bahan polyuerthane ini impor jadi dia lebih premium lebih tebal," kata Rahman.

Guna atasi penurunan pesanan masker, Rahman minggu ini berencana mengeluarkan masker kain tiga lapis berbahan standar yang dianjurkan pemerintah. "Kami beberapa hari ke depan akan launching produk baru masker kain premium tiga lapis, nah bahannya masih kami kaji, yang pasti kami akan ikuti standar yang ditetapkan pemerintah. Opsi ini bisa dipakai buat instansi, pebisnis pesan di kami," ujarnya.

Selama ini pelanggan Rahman datang dari instansi pemerintah, pabrik, dan pelaku usaha lainnya. Mayoritas pemesan datang dari luar pulau Jawa, seperti Aceh, Sulawesi, Kalimantan, dan NTT. Penjualan produk di Masker Scuba Original disebut Rahman sudah memanfaatkan marketplace, instagram dan WhatsApp.

"Puji tuhan ngga ada yang batal atau ganti yang pesen scuba. Cuma kami selalu edukasi misal masker scuba dilapisi filter tambahan dengan tisu dan lainnya, double gitu pemakaiannya dan kami tawarkan opsi masker produk baru kami dan makser polyuerthane," terangnya.

Pemain lainnya di produksi masker scuba ialah Nia Wardhani dengan label Kawzmu asal Bandung, Jawa Barat. Sama seperti Rahman, Nia baru memulai usaha produksi masker sejak pandemi Covid-19. Nia memproduksi dua jenis masker kain, yaitu berbahan scuba dan hipolytex.

Adanya informasi masker scuba kurang efektif tangkal corona, juga berimbas pada usahanya. Namun penurunan belum dirasakan signifikan oleh Nia. 

"Ada efek tapi ngga signifikan, misal biasanya seminggu 300-400 pesenan masker scuba sekarang hanya 250-280 pesenan masker scuba. Kan mungkin orang ikuti anjuran pemerintah, tapi masih ada aja sih pesenan masker scuba. Kalau mau yang save kita ada masker 2 lapis, penurunan ada tapi dikit. Banyak sekarang yang pesen duckbill bahan hipolytex," jelas Nia.

Baca Juga: Apa itu masker scuba yang dianggap tidak efektif cegah virus corona?

Nia mengakui kini pihaknya memilih tidak menyetok banyak masker scuba, meski diklaim bahwa bahan scuba yang digunakannya lebih tebal dari yang dijual diluar sana. Ia masih akan melihat ke depan bagaimana tren dari demand masker scuba. Kini Ia lebih memilih menyetok masker kain berbahan hipolytex berbentuk duckbill.

Persentase pesanan sekarang disebut Nia lebih banyak di masker duckbill yaitu 60% dan sisanya masker scuba. Awal-awal Nia menyebut, masker scuba mendominasi 80% pesenan. "Scuba kayaknya stoknya ngabisin ajalah, lihat dulu sebulan ini, akan seperti apa menurunnya permintaan. Mungkin akan 30-50% aja porsi scuba. Pelanggan itu reseller ada di Tangerang, Bekasi, Jakarta," imbuhnya.

Kawzmu mematok masker kain buatannya seharga Rp 25.000 untuk masker scuba plus desain sablon motif, serta Rp 35.000 untuk masker kain duckbill berbahan hipolytex dua lapis.

"Permintaan selama empat bulan ini, pertama buka pre order itu 5.000 pieces sebulan, tapi kesininya menurun karena orang sudah pada punya masker, sekarang perbulan 2.500 sampai 3.000 pesenan perbulan. Kami kan buatnya pre order dan tiap minggu," jelasnya.

Adapun untuk bahan scuba yang masih tersedia dan belum dibuat masker, Nia menyebut masih bisa digunakannya untuk produksi produk lain seperti selimut. Sedangkan untuk stok masker scuba yang saat ini masih tersedia 300 buah, kedepan rencananya akan dipasarkan dengan sistem diskon. Sebelum memproduksi masker kain, Nia memfokuskan Kawzmu untuk produksi kaos bersablon.

"Omset kami sebulan sekarang ya dihitung saja rata-rata Rp 25.000 x 2.500 sampai 3.000 pesenan, dengan persentase 60% duck bill dan 40% scuba," jelasnya.

Terakhir pemain di produksi masker scuba ialah The Larc Official milik Clarissa Aurelia asal Jakarta. Ia juga baru memulai usaha masker pada awal pandemi lalu. Clarissa memproduksi dua jenis masker, yaitu berbahan scuba dan masker kain dua dan tiga lapis. Untuk masker kain berlapis Ia bekerja sama dengan penjahit sekitar, sedangkan masker scuba dan penutup kepala diproduksinya sendiri.

"Awal pandemi masker scuba, demand banyak, sekarang masker scuba juga masih jalan ada yang beli cuma sejak ada statemen pemerintah scuba selapis kurang efektif, nah penurunan ada tapi masih tetep ada yang beli. Sekarang pada cari yang masker kain 2-3 lapis," jelasnya.

Sebelumnya masker scuba mendominasi pesanan di The Larc mulai dari 80%-90%, sisanya pesanan masker kain berlapis. Kini sejak ada informasi tersebut, Clarissa mengungkapkan pesanan kedua jenis masker tersebut imbang.

"Omzet turun engga soalnya masker kain kan mulai naik, walaupun scuba nurun masker kain berlapis ningkat. Bicara omzet masker scuba itu pesenan 300-500 buah perbulan, masker kain ya 50-100 buah perbulan. Tapi sekarang banyak yang beli masker kain imbanglah persentasenya," jelas Clarissa.

Clarissa membandrol masker produksinya untuk masker anak Rp 7.500 - Rp 11.000, masker dewasa Rp 8.500 - Rp 13.500. Ia menyebut banyak masyarakat tertarik dengan masker scuba lantaran motif yang beragam. Di The Larc sendiri motif batik masker scuba cukup digemari. Ia memanfaatkan instagram dan marketplace untuk wadah promosi dan pemasaran.

Selanjutnya: Apakah masker kain efektif menangkal infeksi Virus Corona?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×