kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aroma bisnis kedai kopi lokal masih saja harum


Jumat, 03 Februari 2012 / 14:43 WIB
Aroma bisnis kedai kopi lokal masih saja harum
ILUSTRASI. Maryanto Sunu - Direktur kelompok kompas gramedia kg dan PT Dyandra Media International Tbk (DYAN)


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi

Nongkrong di kedai kopi atau kafe telah menjadi gaya hidup sebagian kelompok masyarakat, khususnya di kota-kota besar. Suasananya yang santai, hangat, dan nyaman membuat kedai kopi menjadi tempat nongkrong favorit.

Beragam aktivitas juga bisa dilakukan di kedai kopi. Dari sekadar berkumpul bersama teman hingga bercengkrama dengan pekerjaan kantor. Terlebih, hampir semua kedai kopi kini menyediakan fasilitas hotspot yang memungkinkan pengunjung menjelajahi dunia maya.

Munculnya budaya kongko di kafe sambil ngopi tentu membawa berkah bagi pemilik kedai kopi. Tak terkecuali pemilik waralaba kopi yang mengusung brand lokal.

Untuk mengetahui perkembangan terbaru dari waralaba kedai kopi lokal ini, KONTAN akan mengulas kembali beberapa tawaran waralaba yang pernah ditulis sebelumnya. Di antaranya adalah tawaran waralaba dari Coffee Break di Malang, Frosty Blend Coffee di Jakarta, dan Zarric Coffee di Batam.

Dari tiga waralaba kopi itu, mereka mengklaim menikmati pertumbuhan jumlah mitra. Berikut ulasannya:


• Coffee Break

Coffee Break pertama kali berdiri tahun 2007 di Malang, Jawa Timur. Tiga tahun kemudian, kedai kopi ini resmi menawarkan waralaba. Saat KONTAN menulis waralaba ini pada 11 Maret 2011 lalu, Coffee Break telah memiliki 23 mitra yang tersebar di beberapa wilayah, seperti Palangkaraya, Pontianak, Samarinda, Bengkulu, Medan, Makassar, dan Manado.

Hingga saat ini, Cooffee Break berhasil menambah tiga mitra baru. Dengan begitu, total mitranya menjadi 26. Yudi Haryanto, pemilik Coffee Break mengklaim, masih banyak calon investor yang berminat membeli tawaran waralaba Coffee Break. "Tapi saya selektif memilih calon mitra," ujarnya.

Coffee Break juga sudah menaikkan biaya investasi awal untuk para calon mitranya. Contohnya, paket take away yang semula Rp 45 juta kini dipatok Rp 95 juta. Sementara paket dine in dari Rp 85 juta menjadi Rp 125 juta. Adapun paket kafe komplet naik dari Rp 200 juta menjadi Rp 235 juta. Di luar tiga paket itu, Coffee Break kini menawarkan juga paket lounge yang nilai investasinya mencapai Rp 185 juta.

Coffee Break juga sudah menaikkan banderol kopi yang dijualnya. Jika semula harga jual kopi berkisar antara Rp 7.000-Rp 10.000 per gelas, kini naik menjadi Rp 15.000 per gelas. "Harga masih akan naik lagi sekitar 30%-40%," ungkap Yudi.

Tujuan dinaikkannya harga dan paket investasi ini untuk mendongkrak brand Coffee Break, serta menyasar kalangan menengah atas. Dengan harga jual sebesar itu, ia menjanjikan mitra akan memperoleh omzet Rp 1 juta-Rp 3 juta per hari, atau Rp 30 juta-Rp 90 juta per bulan.

Mitra diyakini bisa balik modal dalam 6-12 bulan. "Khusus untuk paket kafe komplet mitra bisa memperoleh omzet Rp 100 juta-Rp 200 juta per bulan," ucap Yudi.

Tahun depan, Coffee Break berencana meluncurkan paket investasi Rp 500 juta. Paket ini akan dilengkapi varian menu restoran. Sementara itu, untuk pengembangan usaha, Yudi fokus membidik wilayah Jakarta, Bali, dan lombok.


• Frosty Blend Coffee

Frosty Blend Coffee berdiri pada 2009 di bawah bendera usaha bernama PT Tatacipta Mega Pelangi. Gerai kopi yang berpusat di Jakarta ini menawarkan kemitraan setahun berikutnya. Pada 16 Februari 2011 lalu, gerai kopi ini baru memiliki 10 mitra yang tersebar di Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya,

Saat ini, jumlah mitranya sudah bertambah menjadi 16 yang tersebar di tiga daerah, yakni Serpong, Bontang, dan Solo. Kedai kopi milik Henny ini menawarkan tiga paket investasi. Yakni, paket counter, booth, dan bar yang masing-masing bernilai Rp 28 juta, Rp 38 juta, dan Rp 58 juta.

Hingga saat ini, tawaran paket investasi tersebut belum berubah. Hanya, estimasi perolehan omzet mitra yang mengalami revisi. Semula, omzet mitra diperkirakan berkisar antara Rp 7 juta, Rp 13 juta, dan Rp 24 juta per bulan. Dengan omzet sebesar itu, mitra bisa balik modal dalam kurun waktu 6 sampai 10 bulan.

Nah, saat ini diperkirakan, mitra bisa mendulang omzet Rp 20 juta-Rp 50 juta saban bulannya, dengan balik modal maksimal lima bulan. "Ini adalah bukti perkembangan bisnis kami," ujar Henny.

Untuk harga kopi dan aneka makanan yang dijual, ia mengklaim tidak mengalami perubahan. Yakni masih di kisaran Rp 10.000-Rp 25.000. "Hal yang membedakan, kini kami menjual kopi dengan citarasa tradisional dan ini mendapat respons positif," ujarnya.

Tahun ini, Henny menargetkan, jumlah mitranya bertambah sekitar 10 sampai 15 mitra lagi. Ia optimistis, target itu tercapai karena prospek bisnis kedai kopi masih cerah. "Kami bakal merambah Sulawesi dan Sumatera bagian selatan, karena karakteristik pasarnya cukup menarik," tandasnya.

Guna memuluskan ambisinya itu, ia mengaku sedang menyusun paket investasi baru yang nilainya lebih kecil dari paket counter. Ia berharap, dengan tawaran baru tersebut, gerai kopinya bisa eksis dan bahkan lebih maju lagi.


• Zarric Coffee

Saat KONTAN menulis tawaran waralaba Zarric Coffee pada April 2009, waktu itu, usaha yang dirintis Ashari Hasibuan ini baru memiliki tujuh gerai. Dari tujuh gerai itu, tiga milik mitra dan empat milik sendiri.

Sekarang, jumlah mitranya hanya bertambah satu dan gerai milik sendiri bertambah tiga. Sehingga, total gerai Zarric Coffee kini berjumlah 11. Gerai-gerai tersebut tersebar di Batam, Semarang, Jakarta, dan Bandung.

Ashari mengaku, belakangan memang fokus pada penambahan gerai milik sendiri ketimbang menambah mitra. Alasannya, dengan milik sendiri, ia merasa lebih leluasa mengendalikan bisnis kedai kopinya.

Kendati demikian, ia tetap menerima jika ada calon mitra yang berminat bergabung. Untuk tawaran paket investasi kepada mitra juga belum berubah. Investasi tipe Kaya Toas masih dibanderol Rp 190 juta dan tipe Espresso dihargai Rp 300 juta.

Untuk tipe Kaya Toas, mitra akan mendapatkan pasokan 15 varian kopi bubuk bercita rasa oriental Singapura. Sementara yang mengambil tipe Espresso mendapat pasokan 60 varian kopi bercita rasa internasional (western).

Selain pasokan kopi, mitra juga mendapatkan berbagai peralatan yang terdiri dari mesin pembuat kopi espresso, penanak telur, pemanas air, dan kulkas satu pintu. Mitra juga akan memperoleh seragam karyawan, alat promosi, dan pelatihan karyawan. "Termasuk paket produk perdana 1.000 cangkir," ujar Ashari.

Ia menargetkan, omzet mitra minimal Rp 100 juta hingga Rp 200 juta per bulan. Dengan asumsi, rata-rata penghasilan dalam sehari mencapai Rp 3 juta. Syarat menjadi mitra Zarric Coffe wajib memiliki ruko sendiri.

Pada tahun 2012 ini, Ashari menargetkan akan membuka minimal 10 cabang lagi di Jakarta dan Bandung. Ke-10 cabang tersebut adalah milik sendiri. "Sebab yang utama sekarang adalah memperbanyak gerai milik sendiri dan pertambahan mitra nomor dua," ujarnya.

Menurutnya, jika gerai semakin banyak dan sukses, otomatis makin banyak yang berminat menjadi mitra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×