Reporter: Ragil Nugroho, Hafid Fuad | Editor: Tri Adi
Kopi merupakan minuman yang akrab bagi lidah sebagian masyarakat kita. Tak heran, varian minuman ini terus berkembang, salah satunya adalah varian kopi durian. Sajian kopi khas Lampung ini sudah diterima dan terdistribusikan ke banyak kota di Indonesia.
Masyarakat Indonesia memang sudah terbiasa minum kopi. Produk minuman ini pun terus berkembang dengan banyak varian. Salah satunya adalah kopi durian. Minuman ini campuran dari kopi dengan buah durian asli. Alhasil, rasa kopi menjadi unik dan berbeda dengan kopi lainnya.
Muhammad Husein Janiardi, produsen kopi durian bilang, kopi durian sebenarnya sajian khas dari Provinsi Lampung. Namun sudah berkembang ke berbagai daerah.
Minuman ini mulanya berkembang di Lampung karena daerah itu memang kaya kopi dan durian. "Ketika musim durian, warga langsung mencelupkan buah durian ke dalam secangkir kopi," ujarnya.
Namun kebiasaan ini tak bisa dinikmati semua orang lantaran kadar nikotin kopi dan alkohol pada durian bisa menyebabkan rasa mual. "Bahkan bisa bikin mabuk," terang Husein.
Menyadari kelemahan oplosan kopi dan durian itu, tahun lalu Husein menciptakan kopi durian dalam bentuk bubuk. Ia mengurangi komposisi durian agar tidak terlalu menyebabkan rasa mual. "Kalau biasanya satu banding satu, sekarang satu kopi banding dua durian," tegasnya.
Melalui CV Asnafala miliknya, Husein menjual hingga 200 kg kopi durian bubuk per bulan. Harga kopi ini mencapai Rp 100.000 per kilogram (kg).
Tak hanya laris di Lampung, kopi durian serbuk itu juga laris di kota besar di Indonesia. "Permintaan ada dari Papua, namun yang terbanyak berasal dari Pulau Jawa," ujarnya.
Sebelum dikemas dalam kotak, Husein melapisi kopi dengan aluminium foil agar mampu menahan bau menyengat durian. Ia mengklaim, produknya ini bisa tahan hingga satu tahun.
Menurut Husein, prospek bisnis cukup menjanjikan. Pasalnya, belum banyak pengusaha kopi yang meramu sajian ini. Padahal, permintaan cukup banyak.
Namun, keterbatasan durian menjadi tantangan bagi Husein untuk meningkatkan kapasitas produksinya. "Saya hanya bisa memproduksi 200 kg, karena durian di Lampung hanya panen dua kali setahun," ujarnya.
Produsen kopi durian lainnya lainnya adalah Sandi. Ia mengaku penjualan kopi durian miliknya meningkat dalam setahun terakhir. Bahkan, kenaikan penjualan mencapai 100%. Bahkan peminatnya di Lampung juga terus bertambah. "Penyerapan di Lampung bisa 30%-40% dari total penjualan, dari yang semula hanya 10%," tutur Sandi.
Maklum, di wilayah ini, kopi durian sudah menjadi tradisi warga, yang dimulai petani kopi. Para petani biasanya minum kopi dan makan durian, sembari menunggu ladang mereka.
Selain di Lampung, Sandi memasok kopinya ke banyak kota di Indonesia. Seperti kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sandi menjual kopi durian itu lewat jaringan supermarket, kafe, restoran dan toko oleh-oleh. Penjualan paling banyak, biasanya terlihat pada bulan Juni hingga Juli.
Sama seperti Husein, Sandi menjual kopi durian seharga Rp100 ribu per kg. Selain menjual kiloan, Sandi juga mengemas produknya dalam bentuk saset. Kemasan saset ini biasanya diperuntukkan untuk pedagang minuman yang berjualan minuman menggunakan booth, dengan harga Rp 2000 hingga Rp 2.500 per bungkus.
Saban bulan, penjualan Sandi berkisar antara 200 kg hingga 300kg kopi durian. "Omzet bulanan saya bisa mencapai Rp 30 juta," ujarnya..
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News