kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berjibaku menembus pasar lewat pameran (2)


Rabu, 19 Juni 2013 / 15:47 WIB
Berjibaku menembus pasar lewat pameran (2)
ILUSTRASI. Pertamina melakukan penyesuaian harga elpiji nonsubsidi ukuran 5,5 kilogram dan 12 kilogram dengan kenaikan antara Rp1.600 hingga Rp2.600 per kilogram sejak 25 Desember 2021. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.


Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini

Shintamie Suryaputri sukses terjun ke bisnis fesyen sejak tahun 2007. Sukses tersebut tidak diraih dengan mudah. Ia mengaku, sejak awal merintis usaha, banyak tantangan dan  hambatan yang harus dihadapi.

Menurut Shintamie, tantangan terberat ada di pemasaran. "Saya harus berjuang untuk menembus pasar," kata wanita yang akrab disapa Shinta ini.

Bagi Shinta, tidak mudah mencari pelanggan yang bisa percaya begitu saja dengan kualitas sebuah produk. Apalagi, pada awal merintis usaha, ia sama sekali buta mengenai pangsa pasar yang cocok dengan produknya.

Untungnya ia tak cepat putus asa. Dengan sabar, ia pun menempuh berbagai cara. Shintamie yang merintis bisnis bersama kakaknya ini rajin mengikuti pameran demi mengenalkan As Java Leather, juga menggaet pelanggan retail yang potensial.

Selain pameran, ia juga gencar memasarkan produknya lewat internet. "Saat itu saya  membuat website yang bisa menjangkau pembeli dari dunia maya," ujarnya.

Ia juga terus memperluas relasi ke banyak kalangan, dengan menyebarkan emailnya ke sejumlah desainer maupun kepada para pemilik brand yang sudah cukup dikenal.  "Tidak harus desainer atau brand besar, yang terpenting adalah memperkenalkan produk kita ke banyak jaringan baru," jelas Shinta.

Dalam email yang dikirimnya, Shinta akan menjelaskan produk-produk yang dijual As Java Leather serta kualitasnya. Setelah itu, ia akan menawarkan kerja sama bisnis.

Hingga kini, As Java Leather telah bekerja sama dengan sejumlah desainer dan brand, baik lokal dan nasional, bahkan luar negeri.

Dalam kerjasama itu, Shinta menerima pesanan desainer atau brand tertentu untuk memproduksi tas, dompet, ikat pinggang atau produk kulit lainnya sesuai dengan konsep desain yang mereka minta.

Nantinya, mereka akan mengirimkan desain dan spesifikasi yang diinginkan. Merek yang dicantumkan pun adalah merek desainer atau brand tersebut, tanpa mencantumkan nama As Java Leather. "Secara jumlah memang tidak terlalu banyak sih, namun hal itu salah satu cara kami untuk memasuki pasar," jelas Shinta.

Ia juga menerima sistem reseller atau penjual kembali. Namun, untuk sistem ini, Shinta menjaga ketat prosesnya.

Berbeda dengan reseller, saat ini yang kebanyakan hanya menjual melalui foto, Shinta ingin para reseller-nya memiliki produk As Java Leather terlebih dahulu. "Kami maunya para reseller itu sudah memegang, memiliki, bukan sekadar memajang foto produk kami," terang Shinta. Dengan begitu, reseller bisa tahu persis produk yang dijualnya dan bisa menunjukkan kepada calon pembeli.

Selain memperkuat pemasaran, Shinta juga sangat memperhatikan kualitas produk. Menurutnya, kualitas produk penting diperhatikan agar konsumen tidak kecewa.

Bila sebuah produk sudah berkualitas baik, tentu semakin mudah diterima pasar, baik di dalam maupun di luar negeri.   "Maka itu, saya terus berusaha memperbaiki kualitas produk," ujarnya. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×