kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,19   -7,17   -0.77%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berkat internet, Rendang Datuk pun populer (2)


Rabu, 10 Juli 2013 / 14:46 WIB
Berkat internet, Rendang Datuk pun populer (2)
ILUSTRASI. Ilustrasi penyebab warna lidah kuning.


Reporter: Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini

Sebagai orang Padang asli, latar belakang keluarga Firsty Indah dan suaminya sangat lekat dengan bisnis kuliner khas Minang. Ibu mertuanya yang asli Payakumbuh memiliki usaha katering di Padang.

Dari ibu mertuanya yang bernama Nanny Syam itulah, Firsty banyak belajar seputar masakan Padang. "Saya belajar semuanya dari beliau," kata wanita yang akrab disapa Tetty ini.

Tetty mengaku belajar memasak dari ibu mertuanya sejak awal menikah tahun 1995. Tetty sendiri keturunan asli Padang tapi kelahiran Kuningan, Jawa Barat.

Sebagai orang Padang asli, ia mengaku tidak kesulitan belajar masakan khas daerah asalnya itu. Setelah menguasai masakan Padang, sekitar tahun 2003 ia dan suaminya, Hengki Rivando mencoba membuka usaha rumah makan padang di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Timur.

Sang suami bahkan sengaja keluar dari pekerjaan untuk membangun usaha. Rumah makan itu dinamai Puti Minang. "Tapi hanya bertahan setahun," ujarnya. Gagal merintis usaha rumah makan, suaminya memutuskan untuk kembali bekerja di sebuah bank. Namun, Tetty belum mau menyerah.

Ia kemudian fokus menggeluti usaha pembuatan rendang yang merupakan ciri khas masakan Padang. Berbekal sisa tabungan sebesar Rp 2 juta, ia kemudian mulai melakukan uji coba. Selama beberapa bulan bereksperimen, ia pun menemukan formula yang tepat untuk membuat rendang kering yang tahan hingga tiga bulan.

Setelah sukses membuat rendang kering, barulah Tetty berani memasarkannya secara online. Merek rendangnya diberi nama Rendang Datuk.

Kehadiran Rendang Datuk mendapat respon positif. Bahkan, Majalah Saji juga pernah mewawancarainya. "Setelah masuk Majalah Saji jadi banyak pesanan, orang-orang mulai tahu," ujarnya bersemangat.

Mendapat banyak pesanan, Tetty semakin semangat mengembangkan usahanya. Setiap ada event pameran, ia selalu ikut tampil memajang produk rendang kemasannya. Pameran skala besdar, seperti Inacraft juga pernah diikutinya. Saat pameran Inacraft itu, ia  menyewa booth kecil dan diapit pengrajin aksesoris.

Namun, dengan kekuatan cita rasa rendangnya, dagangan Tetty yang nyelip itu pun laris manis bahkan menjadi incaran pengunjung. Setelah itu, semakin banyak media yang meliput Rendang Datuk miliknya. Menyadari pamornya semakin naik, Tetty pun membuat website penjualan Rendang Datuk pada tahun 2008. Pesanan online pun semakin banyak.

Selain di dalam negeri, beberapa konsumennya juga datang dari luar negeri, seperti Jepang, Prancis, dan Belanda. Satu saja kendala memenuhi pesanan dari luar negeri ini, "Ongkos kirimnya mahal," kata Tetty.

Ia berkelakar, jika tak terkendala biaya pengiriman, mungkin Rendang Datuk sudah menjadi kuliner favorit warga mancanegara.

Selain kendala biaya kirim, harga bahan baku yang tidak stabil juga mempengaruhi kelancaran usahanya. "Pasca naik BBM ini harga masih naik turun," keluh Tetty.

Ia memperkirakan harga jual Rendang Datuk tetap naik menjelang Lebaran, sekitar 10% - 20%. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×