kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis burger keteter bahan baku


Selasa, 25 Agustus 2015 / 16:15 WIB
Bisnis burger keteter bahan baku


Reporter: Izzatul Mazidah, Jane Aprilyani, Merlina M. Barbara, Rani Nossar | Editor: Dikky Setiawan

Di negara yang padat penduduk, bisnis makanan memang cukup menjanjikan. Di Indonesia, misalnya, peluang bisnis burger tak pernah surut. Dari konsep kaki lima hingga restoran, bisnis burger masih menjamur.

Kendati bukan kudapan asli Indonesia, bisnis roti berbentuk bulat khas negeri barat ini masih diminati para pelaku usaha. Demi melebarkan usaha, banyak merek burger menawarkan paket kemitraan untuk membiakkan gerainya.

Untuk melihat perkembangan terkini usaha burger di tanah air, KONTAN akan kembali mengulas sejumlah brand yang masih tetap bertahan seperti Umiku Burger, Burger Setan, dan Bazz Burger.

Pertumbuhan sebagian dari brand usaha burger itu cenderung melambat. Ketatnya persaingan dan pencarian lokasi strategis menjadi kendala utama bisnis ini.

Nah, bagaimana para pebisnis burger mengatasi kendala agar usahanya tetap bertahan, simak strategi bisnis mereka dalam menghadapi berbagai kendala dan tantangan.

Umiku Burger

Usaha makanan asal Amerika Serikat ini didirikan oleh Namruddin pada tahun 2006. Pada awal membuka kemitraan di tahun 2008, pertumbuhan usaha burger yang berada di bawah naungan CV Cinta Umiku ini terbilang pesat. Di tahun pertamanya, brand ini memiliki sekitar 27 gerai yang tersebar di Jabodetabek.

Bahkan, ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini pada Januari 2013, Umiku Burger telah memiliki 178 gerai. Eloknya, gerai ini tak hanya tersebar di Jabodetabek, tapi sudah merambah ke luar Jawa, seperti Riau dan Samarinda, Kalimantan Timur.

Sayang, dalam dua tahun terakhir, kepak sayap usaha Umiku Burger melambat. Ahmad Saugi, Manajer CV Cinta Umiku bilang, dari 178 gerai pada 2013, kini hanya bertambah empat gerai menjadi 182 gerai. "Dalam dua tahun terakhir, jumlah mitra cuma bertambah sedikit," kata Saugi, tanpa merinci jumlah mitra Umiku Burger saat ini. Yang jelas, katanya, banyaknya pebisnis burger membuat persaingan usaha ini makin ketat.

Konsep gerai Umiku burger menggunakan booth. Ada tiga menu utama yang ditawarkan:burger, crepes, dan ayam goreng atau fried chicken.

Namun, harga jual produk Umiku Burger telah berubah. Contohnya, harga burger yang pada 2013 dibanderol Rp 9.000 per porsi, kini Rp 13.000 per porsi. Paling mahal Rp 15.000 untuk ukuran jumbo.

Kenaikan harga jual burger, kata Saugi, dipicu naiknya harga bahan baku. Karena itu, untuk mengantipasi lonjakan harga, Umiku Burger membuat varian isi burger, seperti burger daging sapi dan daging ayam. "Harga bahan baku sering naik turun," kata dia.

Bukan cuma harga jual burger, nilai investasi yang ditawarkan Umiku Burger juga berubah seiring meroketnya harga bahan baku dan peralatan berjualan. Tapi, kata Saugi, hanya dua paket dari tiga paket yang berubah, yakni paket standar yang awalnya senilai Rp 7 juta menjadi Rp 7,5 juta dan paket mobile dari Rp 6,5 juta menjadi Rp 8 juta. Paket eksklusif senilai Rp 15 juta tidak berubah sama sekali.

Saugi bilang, mitra di luar kota akan mendapatkan bahan baku dari master kemitraan di sana. Tentunya, mitra utama itu telah mendapat pelatihan memproduksi bahan baku dari kantor pusat. "Kami memberi izin mereka untuk menjualnya ke mitra yang ada di wilayahnya," paparnya.

Umiku tidak menerapkan sistem royalti ke mitra. Saugi mengklaim, mitra bisa meraup omzet Rp 500.000-Rp 1,5 juta per hari. Dengan laba bersih sekitar 20%, estimasi mitra bisa balik modal kurang dari setahun.

Burger Setan

Burger Setan didirikan oleh Syaiful Muslimin pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, Syaiful mulai menawarkan paket kemitraan untuk mengembangkan usahanya. Konsep usaha Burger Setan menggunakan booth alias gerobak.

Saat diulas KONTAN pada 2012, Burger Setan baru punya 26 gerai di Jakarta, Surabaya, dan Sidoarjo, Jawa Timur dengan lima gerai milik pusat. Kini, pada 2015, Burger Setan telah memiliki 94 gerai di seluruh Indonesia, kecuali Papua. Dari 94 gerai tersebut, 17 di antaranya milik kantor pusat. "Saat ini, mitra Burger Setan paling banyak tersebar di Jawa Timur," kata Syaiful.

Selain burger, Syaiful menyediakan produk baru, yakni ayam tanpa tulang yang digoreng crispy, cumi goreng crispy, dan jamur goreng crispy. Ketiga menu itu diberi merek Ayam Knalpot karena disajikan dengan bumbu pedas. "Banyak konsumen ingin menu daging ayam," kata dia.

Khusus menu burger, Syaiful mengubah harga seiring naiknya harga bahan baku,  dari seharga Rp 7.500-Rp 15.000, kini dibanderol Rp 10.000-Rp 18.000 per porsi. Sementara nilai paket investasi kemitraan tetap sama, yakni Rp 15 juta. Dengan modal segitu, mitra akan mendapatkan booth, peralatan, pelatihan karyawan, dan bahan baku awal sebanyak 50 porsi.

Menurut Syaiful, tantangan bisnis burger adalah melakukan inovasi varian produknya. Ini penting untuk menyesuaikan selera konsumen. Sebab, kata dia, jika produk yang dijual sudah cocok dengan lidah konsumen, maka akan tercipta pangsa pasar. Pelayanan ke konsumen juga ditingkatkan. Misalnya, menyediakan sistem delivery. Tempat penjualan juga ditambah ke kantin-kantin sekolah dan menyediakan jasa katering.

Syaiful menargetkan, pada akhir tahun ini bisa menjaring 150 mitra baru. Ke depannya, Syaiful ingin mengembangkan konsep mini resto yang menyediakan menu Burger Setan dan Ayam Knalpot. Rencananya, brand mini resto ini diberi nama Kampung Setan.

Bazz Burger

Usaha ini didirikan Basri Adhi pada 2007 di bawah naungan bendera Mr. Black Coffe. Saat diulas KONTAN pada Juni 2008, Bazz Burger hanya punya 5 gerai di Jakarta, Cilegon Banten, Bekasi, dan Subang, Jawa Barat.

Kini, Bazz Burger telah memiliki 208 mitra yang tersebar di Jakarta, Bekasi, Bogor, Sukabumi, Subang, Pamanukan, Semarang, dan Surabaya. Dari 208 mitra, kantor pusat punya 5 gerai di Jakarta dan Bogor.

Harga jual Bazz Burger juga berubah. Pada 2008, harganya dibanderol Rp 5.000-Rp 11.000 per porsi, kini jadi Rp 8.500-Rp 12.500. Basri juga menambah produk. Sebelumnya hanya burger ayam dan sapi, kini ada menu kebab.

Tawaran paket investasi Bazz Burger juga tidak lagi sama. Sebelumnya, ada dua bentuk sistem kemitraan, yakni kerjasama jual putus dan sewa pakai. Pada sistem jual putus, mitra hanya dibebankan biaya investasi Rp 5 juta.

Dengan dana segitu, mitra bisa memakai brand Bazz Burger dengan tampilan (display), promosi, seragam, dan pelatihan karyawan. Namun, mitra akan dikenakan biaya tambahan Rp 1,5 juta untuk bahan baku atau starter pack selama seminggu. Bahan baku berupa roti berukuran kecil dan besar, lengkap dengan daging ayam buat isi burger.

Sementara itu, pada sistem sewa pakai, Basri meminjamkan semua peralatan dan gerai sehingga mitra tinggal berjualan burger. "Tapi kami menetapkan deposit Rp 3 juta sebagai jaminan," kata Basri.

Tapi, jika mitra ingin memutuskan kerja sama atau ingin beralih ke sistem beli putus, Basri akan mengembalikan uang deposit. Cuma, mitra terikat kewajiban setor investasi dari awal. Pada sistem sewa pakai, Basri juga mengutip management fee 10% dari omzet mitra setiap bulannya.

Kini, Basri telah mengubah paket investasi. Ada tiga paket investasi yang ditawarkan, yakni Rp 9,5 juta dengan luas gerai tiga meter persegi (m²), paket Rp 17,5 juta (9 m²), dan Rp 50 juta (25 m²).

Perbedaan paket terletak pada luas gerai. Untuk peralatan, alat promosi dan bahan baku tetap sama. Setiap mitra akan dapat bahan baku senilai Rp 3 juta. "Ke depan, saya ingin fokus mengembangkan Mr. Black Coffe. Lebih mudah dapat bahan baku kopi dibandingkan daging," kata Basri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×