kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di tangan Henny, cabai bisa jadi abon (1)


Rabu, 21 September 2011 / 13:57 WIB
Di tangan Henny, cabai bisa jadi abon (1)


Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi

Sudah banyak yang membuktikan bahwa hobi memang sanggup mendatangkan rezeki yang tak sedikit. Henny Widjaja pun membuktikan hal itu. Perempuan berusia 37 tahun asal Jakarta ini mampu meracik omzet hingga sebesar Rp 300 juta setelah dia sukses membisniskan hobinya membuat abon cabai.

Lazimnya abon terbuat dari bahan baku daging sapi, ayam atau ikan. Namun di tangan Henny Widjaja, abon bisa dibuat dengan bahan baku cabai. Karena itu, abon ini pun diberi nama abon cabai.

Dari membuat dan menjual abon cabai ini, perempuan berusia 37 tahun itu mampu mendulang omzet lebih dari Rp 300 juta per bulan. Abon cabai yang ia produksi kini sudah memiliki banyak penggemar. Penggemar abon cabai itu tidak hanya di Jakarta tetapi juga hingga ke berbagai kota di Nusantara.

Henny pertama kali memproduksi abon cabai saat ia belajar membuat bumbu masakan ala Italia. "Bumbu masakan yang saya bikin itu mirip sambal tetapi kering," jelas Henny.

Dari belajar membuat bumbu ala Italia itulah, Henny mempunyai ide untuk membuat masakan kreasi baru. Nah, saat memasak bumbu italia itulah dia secara tidak sengaja menemukan racikan bumbu abon cabai. "Pertama kali saya produksi abon cabai itu pada 2008," kata Henny.

Sebelum membuat abon dengan skala produksi, Henny sempat beberapa kali melakukan uji coba masakan barunya itu hingga benar-benar menemukan rasa yang cocok. Setelah itu, barulah dia memproduksi, meski masih dalam skala kecil-kecilan. Agar produk abon cabai itu mudah dikenal, Henny membubuhkan nama kecilnya Ninoy untuk merek abon itu.

Henny mengungkapkan, abon cabai buatannya itu terbuat dari campuran cabai rawit segar, cabai keriting segar dengan racikan rempah-rempah. Sebelum diolah, rempah dan campuran cabai itu dikeringkan terlebih dahulu.

Sebelum dipasarkan secara luas, Henny menjual abon cabai itu di kantin miliknya yang dekat dengan kompleks kos mahasiswa. Tanpa disangka, ternyata penghuni kos-kosan suka dengan abon cabai buatan Henny. Mereka sering membeli untuk lauk. "Abon cabai ini praktis dan ringkas untuk dibawa ke mana-mana," ujar Henny.

Tentu, pembeli pun semakin banyak seiring makin terkenalnya abon cabai itu. Tak hanya anak kos, ibu-ibu rumah tangga pun juga suka membeli abon cabai. "Karena peminat kian banyak, produksi pun saya tambah dan makin bervariasi," ujar Henny.

Selain abon cabai varian orisinal yang terbuat dari cabai murni, ia memiliki abon cabai varian teri bawang yang terbuat dari campuran cabai dengan bawang dan ikan teri. "Penggemarnya banyak karena orang Indonesia memang suka pedas," terang Henny.

Agar penjualan abon cabai makin besar, Henny juga mendistribusikannya ke pasar. Ia memanfaatkan jaringan pemilik salon kecantikan kenalannya. "Saya dulu make up artis sehingga banyak kenalan pemilik salon," imbuh Henny.

Selain itu, Henny memanfaatkan internet untuk memasarkan abon cabainya. "Iklan di Kaskus itu saya dibantu mahasiswa langganan saya," jelas Henny tertawa.

Setelah gencar promo melalui gerai salon dan dunia maya, Henny malah kelabakan menerima pesanan. Maklum, pesanan tak datang dari sekitar rumahnya, tapi juga datang dari seluruh Jakarta, bahkan pesanan datang dari kota-kota di Jawa, Sumatra, Sulawesi hingga Papua.

Kini, Henny sudah memiliki sekitar 200 agen pemasar. Mereka ini tersebar di Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar hingga Papua.

Yang unik, Henny enggan memasarkan abon cabainya itu ke supermarket atau ritel modern. "Saya ingin orang lain juga memiliki penghasilan tambahan," dalih Henny.

Henny mengaku sengaja membuat distribusi abon cabai itu secara tertutup agar menimbulkan kesan eksklusif. "Pelanggan sering binggung, iklannya banyak di Kaskus, tapi barangnya tidak mudah ditemukan," tambah Henny.

Setelah pasar semakin besar, Henny kini tidak perlu repot untuk mengolah abon cabai itu sendirian. Ia kini sudah mampu mempekerjakan dan menggaji 18 karyawan. Mereka ini bekerja mengolah 5 ton cabai menjadi 1 ton abon cabai setiap bulan. Sekian banyak abon itu dijual dalam kemasan kemasan botol ukuran 100 gram dengan harga antara Rp 30.000 hingga Rp 35.000.


(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×