kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harus terus belajar dan mengikuti tren (3)


Senin, 21 Juli 2014 / 16:25 WIB
Harus terus belajar dan mengikuti tren (3)
ILUSTRASI. Lima kelompok pengguna diusulkan berhak konsumsi Pertalite. KONTAN/Fransiskus SImbolon


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Havid Vebri

Nuning Nurhayati terbilang sukses di bisnis fashion dan kerajinan tangan dengan omzet ratusan juta per bulan. Sukses yang diraihnya itu tidak didapat dengan mudah.

Menurut Nuning, kunci utama untuk sukses di bisnis kerajinan adalah kerja keras dan kemauan untuk selalu belajar. Ia bilang, industri fashion dan handicraft sangat dinamis. Setiap saat selalu terjadi perubahan tren dan mode.

Makanya, setiap pelaku usaha di sektor ini harus terus belajar untuk mengikuti  perkembangan mode yang sedang menjadi tren. Untuk itu, Nuning mengaku, dia selalu belajar dan mencari informasi dari banyak media, baik cetak maupun elektronik.

Dari media-media itu, kadang ia mendapat sumber inspirasi untuk membuat inovasi baru dalam karya-karyanya. Nuning sendiri mengaku sudah melalui beberapa kali perubahan tren di industri fashion dan handicraft.

Di awal usahanya, ia fokus membuat produk handicraft dari kulit sintesis yang saat itu memang sempat booming. Namun ternyata, tren tersebut perlahan memudar.

"Saya pun harus memutar otak untuk mencari inovasi baru sebelum produk saya ditenggelamkan oleh produk yang mengusung tren-tren baru tersebut," jelasnya.

Untuk mencari model-model terbaru itu, Nuning mengaku banyak membaca majalah maupun menonton media lain yang berhubungan dengan industri kreatif. Setelah memantau perkembangan tren di industri handicraft, ia lalu berusaha mengikutinya.

"Saya memang harus mengikuti tren yang ada, sampai akhirnya saya memfokuskan pada produksi tas batik dan kanvas," katanya. Selain mengikuti tren, seorang pengusaha fashion dan handicraft juga harus punya kemauan untuk selalu belajar.

Nuning sendiri tidak pernah mengenyam pendidikan di bidang fashion atau handicraft. Namun, berkat kemauan untuk selalu belajar, ia  mampu menciptakan karya-karya menarik yang bisa diterima pasar.

Salah satu inovasi Nuning adalah produk tas kanvas. Di saat orang lain tidak terpikir untuk membuat tas dari kanvas, ia justru melihat peluang emas di sana. Ia lantas menyulap kanvas menjadi tas bernilai tinggi.

Dikombinasikan dengan kulit serta dilukis secara manual, ia mampu memproduksi tas-tas cantik yang tampil mewah. Nuning mengaku, kendala utama di bisnis ini adalah sulitnya mendapatkan bahan baku kulit. Selain itu, harganya juga terus naik.

Selama ini ia membeli bahan baku kulit dari Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. "Semakin hari, harga kulit semakin mahal," katanya. Nuning pun terpaksa menaikkan harga jual produknya.

Padahal, kata dia, sebagian besar konsumennya pedagang. "Jadi kalau harga naik akan memberatkan konsumen juga," kata dia. Kendala lain yang dihadapinya terkait minimnya sumber daya manusia yang terlatih.

Ia bilang, tidak mudah mendapatkan karyawan yang langsung mahir dalam membuat produk kerajinan sesuai yang diinginkan. "Butuh waktu lama mengajari mereka," ujarnya.       

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×