kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Irma menyulap limbah kain menjadi lukisan gombal nan mahal


Senin, 07 Februari 2011 / 14:53 WIB
Irma menyulap limbah kain menjadi lukisan gombal nan mahal
ILUSTRASI. KM SANTIKA JAYA TERBAKAR


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Limbah kain sisa konveksi biasanya tergeletak begitu saja di tempat sampah. Tapi, di tangan Irma Haryadi, sampah itu menjadi lukisan gombal. Walau hanya dari limbah kain, lukisan gombal tampak serupa lukisan cat minyak. Sudahlah bahan bakunya murah dan mengurangi sampah, harga lukisan gombal pun bisa mencapai jutaan rupiah.

Tak pernah terbayang sebelumnya di benak Irma Haryadi ada lukisan kain perca atau gombal, sampai ia melihat pengumuman tawaran belajar membuat lukisan gombal di Museum Tekstil pada 2006. "Di sana, saya belajar membuat lukisan gombal selama dua jam dibimbing oleh Pak Didit Sutanto," katanya.

Dua jam itu membawa banyak perubahan dalam diri Irma. Ia tergugah dengan lukisan gombal lantaran bahan bakunya limbah kain. Potongan kain tak terpakai ini menjadi pewarna di atas kanvas. "Saya bisa dapat potongan kain dari banyak penjahit, berkarung-karung dan gratis," ujar perempuan 44 tahun asal Purwodadi ini. Selain kain, dia cuma butuh kanvas dan lem perekat untuk membuat lukisan.

Bagi Irma, teknik melukis gombal sama dengan teknik melukis cat minyak. "Saya mengadaptasi teknik melukis cat minyak ke lukisan gombal," katanya. Bahkan, banyak orang mengira lukisan gombalnya adalah lukisan cat minyak.

Ketika banyak orang mengunjungi toko lukisannya di Pasaraya Blok M, biasanya mereka cuek. "Tapi, akan berbeda ketika saya sedang membuat lukisan, banyak orang mengerubungi saya dan beberapa langsung membeli," ujar Irma.

Irma memang sudah suka corat-coret sejak kecil. Sebelum mulai melukis gombal, Irma membuat garis pembatas di atas kanvas sebagai tekstur gambar. Lantas, ia menggunting kecil sisa-sisa kain. "Cari warna yang pantas, kemudian tempel," kata lulusan Fakultas Sastra Universitas Diponegoro ini.

Menurutnya, melukis gombal lebih kaya warna dibandingkan melukis dengan cat minyak. Sebab, sisa-sisa kain mengandung warna lebih bervariasi. Apalagi sisa kain batik.

Irma tak bekerja sendiri. Sewaktu ia mengerjakan pesanan lukisan ukuran besar dari Korea Selatan, banyak warga di sekitar rumahnya yang membantu untuk menggunting dan menempel kain. Pembeli dari luar negeri lebih suka memesan tema sosial. Adapun pembeli lokal lebih suka tema etnik.

Irma bisa membuat satu hingga tiga lukisan gombal sebulan. Karya-karyanya terpajang di Pasaraya dan satu galeri milik kawannya di Bogor. Irma menjual satu lukisan gombal di atas kanvas 60 x 90 cm dengan harga Rp 3 juta hingga Rp 5 juta. Lukisannya paling mahal Rp 8 juta dibawa pulang mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.

Perempuan yang tinggal di Ragunan, Jakarta ini lebih menekankan sisi seni dan sosial lukisan gombal. Saat ini, ia tengah giat mengajari teknik lukisan gombal ke banyak orang. Irma yang membuka kelas di Jakarta dan Bogor ini berharap akan ada lebih banyak orang yang terampil membuat lukisan gombal. "Makin banyak orang yang belajar, makin banyak limbah kain yang bisa dimanfaatkan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×