Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Batu agate, mungkin terdengar asing di sebagian telinga masyarakat Indonesia. Padahal, batu bergambar ini setelah melalui proses pengolahan, harganya bisa mencapai jutaan rupiah.
Samsianata, pengusaha asal Yogyakarta, berhasil memanfaatkan batu asli Indonesia tersebut menjadi sebuah seni yang bernilai tinggi. Ia bisa mendapatkan batu agate dengan gambar ayam jago, naga api, merak, matahari, bunga tulip hingga gambar bunga kantong semar.
Batu agate punya keunggulan berupa keindahan seni ketimbang batu mulia yang lainnya, seperti opal, giok, rubi, safir, amatis, dan berlian. Dari mengolah batu-batu tersebut menjadi mata liontin, cincin, bros, dan gelang, Sam, panggilan Samsianata, bisa menghasilkan omzet hingga Rp 145 juta per bulan.
Menurut Sam, batu agate memiliki lukisan alami bernilai seni tinggi dengan corak warna yang indah dan eksotis. Keindahannya pun mudah dilihat kasat mata tanpa alat bantu yang rumit.
Sam sendiri merintis usaha batu agate sejak 10 tahun lalu. Waktu itu, seorang teman mengajaknya melihat batu bergambar di Pacitan, Jawa Timur. Melihat peluang, akhirnya Sam memutuskan untuk menekuni bisnis ini dan membuka galeri dengan nama Apillos. Konsumennya tidak hanya datang dari dalam negeri, melainkan juga sudah merambah ke mancanegara.
Dua jenis batu
Ronald Kayana, pemilik Kayana Jewelry, mengatakan bisnis batu agate memang cukup menjanjikan. Soalnya, batu ini unik dan hanya ada di Indonesia. "Batu ini tergolong batu akik, namun yang membuatnya spesial adalah adanya corak yang menyerupai suatu bentuk," ujarnya yang memperoleh batu agate di Pacitan dan beberapa lokasi di daerah Jawa Barat.
Ada dua jenis batu agate. Pertama, batu agate grade A yang memiliki gambar di dalam batu. Batu jenis ini mempunyai gambar yang tidak tergores, tidak retak, dan tidak buram. Bias kristal di batu ini sangat langka.
Tak heran, harganya mahal. Harga batu agate grade A mulai dari Rp 10 juta sampai tak terhingga. "Bahkan, batu bergambar bunga kantong semar bisa mencapai Rp 5 miliar saat lelang di pasar internasional, seperti Christie's dan Sotheby's," ungkap Sam.
Kedua, batu agate grade B yang memiliki gambar di permukaan batu. Harga batu jenis ini di pasaran berkisar antara Rp 1 juta sampai Rp 25 juta. Harganya lebih murah karena gambar di luar lebih mudah rusak dan diubah.
Harga batu agate mahal lantaran memerlukan proses secara geologis selama jutaan tahun. Berbeda dengan lukisan manusia yang proses pembuatannya hanya hitungan hari atau bulan saja. Selain itu, lukisan alami yang tergores di tiap batu agate juga tidak ada duanya dan tidak dapat digandakan. Bisa dibilang, batu ini sebuah benda seni alami nan eksklusif.
Selama ini, Ronald menjual batu agate mulai dari harga Rp 700.000 sampai yang paling mahal Rp 10 juta. Ia bisa melego antara 20 hingga 30 batu agate per bulan. Sayang, ia enggan mengungkap omzet pastinya sebulan.
Ronald menjelaskan, harga batu agate akan semakin mahal ketika gambarnya sangat kontras dan mudah dikenali hanya dengan sekali lihat. "Biasanya, tanya saja ke anak SD, kalau dia bisa menebak gambar dengan mudah, berarti gambarnya cukup kontras," ujarnya. Semakin kontras gambarnya, harganya pun semakin melangit.
Sam mengatakan, batu agate kebanyakan didapat lewat proses penambangan di daerah Pacitan dan Sangiran (Jawa Timur), Garut (Jawa Barat), Nusakambangan (Jawa Tengah), dan Nusa Tenggara Timur.
Kemudian, bongkahan batu diiris menjadi beberapa potongan. Perajin harus menerawang irisan batu dengan menggunakan lampu besar untuk mencari gambarnya. Lalu, batu diiris lagi agar bentuknya lebih proporsional. Terakhir proses penggerindaan dan pemolesan.
Untuk mendapatkan gambar yang unik dan langka, Sam bilang, diperlukan citarasa seni yang tinggi dan teknik yang kreatif. Seringkali, sebuah bongkahan batu hasil penambangan yang sudah melalui proses pengirisan dan pengasahan hingga beberapa kali, tidak juga menampakkan motif. Bahkan, dalam kasus tertentu, gambar yang telah tampak bisa menghilang pada proses selanjutnya.
Sam menuturkan, butuh waktu sepekan untuk memproses bongkahan batu menjadi batu agate. Tapi, "Itu tergantung mood kita juga, kalau tidak serius prosesnya bisa sebulan," tegas Sam.
Bisnis batu agate, Sam menambahkan, akan lebih cerah ke depannya kalau pemerintah mau ikut aktif mempromosikan batu bergambar asli Indonesia itu. Maklum, "Selama ini, pemerintah hanya fokus pada minyak bumi dan batubara saja," ujarnya.
Apalagi, Sam yakin, tempat-tempat yang mengandung batu agate di negara kita masih banyak. Tak hanya di lokasi yang sejauh ini menjadi tempat penambangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News