kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jualan makanan di dunia maya, penghasilan tetap nyata


Jumat, 17 Juni 2011 / 16:14 WIB
Jualan makanan di dunia maya, penghasilan tetap nyata
ILUSTRASI. Anime Black Clover


Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Tri Adi

Media online tak hanya cocok untuk bisnis busana atau elektronik. Usaha makanan basah, seperti siomay dan pempek pun bisa menuai sukses dipasarkan lewat dunia maya. Bahkan, hasilnya bisa lebih menggiurkan daripada gerai sungguhan.

Bisnis secara online memang terlihat mudah. Tinggal duduk manis di depan komputer atau memantau telepon genggam yang terkoneksi internet, bisnis pun bisa berjalan.

Meski begitu, tak sedikit yang gagal. Mungkin saja, itu karena barang yang dijual kurang menarik atau memang sang pedagang online tidak fokus menjalankan bisnisnya. Tapi, tak sedikit pula yang berhasil. Misalnya, Akung Krisna, si pemilik Siomay Onlen, dan Anton Huang, juragan Pempeklenjer.com.

Peluang bisnis online sangatlah terbuka lebar. Masyarakat semakin teredukasi dengan kemajuan teknologi dan mulai melek internet. Pemilik telepon seluler yang mampu terkoneksi dengan internet pun tambah banyak karena harga ponsel dan ongkos internet yang semakin terjangkau. “Dengan media online, jangkauan konsumen lebih luas. Yang dari Bekasi atau Bintaro tetap bisa terjangkau meski saya di Kebayoran Lama,” tutur Akung.

Berkat keseriusan dalam menjalankan usaha ala online ini, omzet yang didapat juga cukup besar. Anton, yang mulai menawarkan pempeknya secara online pada 2008, bisa menuai omzet Rp 15 juta per bulan. Awal berbisnis, omzet yang didapat hanya Rp 4 juta–Rp 5 juta per bulan. “Sekarang per hari minimal dapat Rp 500.000,” ungkap Anton. Pempek Anton dijual Rp 60.000 per kilogram.

Sementara itu, Akung, yang baru memulai berjualan siomay secara online setahun lalu, mampu meraih omzet Rp 14 juta per bulan. Akung beruntung karena dalam dua minggu pertama berjualan ia sudah bisa mendapat order 1.500 porsi siomay. Akung menjual siomaynya Rp 7.000 per porsi. Seperti usaha makanan lainnya, margin keuntungan yang didapat dari usaha siomay dan pempek ini lebih dari 50%.


Modal minim

Apakah Anda termasuk orang yang ingin punya usaha tapi modal minim? Jika ya, usaha online seperti Akung dan Anton bisa jadi solusi. Cukup memiliki komputer yang terkoneksi internet, alat transportasi, dan alat telekomunikasi, Anda sudah bisa menjalankan usaha ini. Untuk membeli barang-barang tersebut, paling-paling, Anda hanya menghabiskan sekitar Rp 20 juta. “Tapi biasanya, barang-barang itu kan sudah ada di rumah,” kata Akung.

Selain itu, modal awal untuk pembelian bahan baku yang harus disiapkan hanya sekitar Rp 2,5 juta–Rp 5 juta. Oh, iya, bila yang dijual adalah makanan basah, seperti siomay atau pempek, Anda harus memiliki freezer yang bisa dibeli dengan harga sekitar Rp 3 juta.

Anton menilai, usaha ini sangat cocok buat calon pengusaha yang bermodal kecil dan takut risiko. Modal bisa kecil karena ada banyak biaya yang dipangkas. Misalnya, Anda tak perlu susah-susah menyewa lokasi atau menanggung biaya merenovasi tempat usaha. “Kalau usaha via website cukup siapkan Rp 350.000 saja untuk sewa hosting (sewa ruang penyimpanan data) per tahun,” katanya. Itu bisa saja sudah termasuk uang sewa nama situs (nama domain) setahun. Sementara itu, kini, biaya pembuatan situs juga sangat murah, bisa hanya sekitar Rp 1 juta sampai Rp 2 juta.

Bandingkan seandainya harus menyewa tempat usaha. Harga sewa satu lokasi ukuran 35 meter persegi (m²) di daerah Slipi, Jakarta, saja bisa mencapai Rp 35 juta setahun. Ini belum termasuk biaya renovasi, dan gerobak. “Gerobak siomay kita, ya, komputer dan telepon genggam saja,” jelas Akung.

Biaya lain yang bisa dipangkas adalah biaya pembelian peralatan dan perlengkapan gerai. Andaikan ada warung nyata, Anda harus membeli peralatan, seperti piring, gelas, dan sendok, untuk penyajian makanan. Plus, harus ada meja kursi untuk konsumen. Setidaknya, untuk biaya peralatan dan perlengkapan ini, Anda bisa irit Rp 7 juta-Rp 10 juta. “Tapi, omzet yang dihasilkan bisa lebih besar dibandingkan dengan warung offline. Balik modalnya juga lebih cepat bisnis online,” ujar Akung.


Persiapan usaha

Untuk memulai bisnis online tentu Anda harus tahu bagaimana mengoperasikan komputer dan ponsel. Tapi, itu gampang. “Tak ada keahlian khusus yang harus dipelajari soal komputer. Kalau mau jual via jejaring sosial, ya, paling tidak harus tahu bagaimana menggunakannya,” papar Akung.

Konsultan bisnis online dari Success Professional Learning Center Andhika Wijaya Kurniawan mengingatkan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan calon pengusaha online. Pertama, soal produk yang akan dijual. “Jangan menjual makanan yang cepat basi. Kalaupun makanan basah dan ada risiko basi harus dibatasi wilayah pengirimannya,” ujar Andhika. Selain itu, berikan juga petunjuk kepada konsumen tentang bagaimana menyajikan makanan setelah sampai tujuan bila melalui proses pengiriman yang memakan waktu lebih dari satu hari.

Kedua, tentukan media yang akan digunakan, apakah menggunakan jejaring sosial Facebook, Twitter, atau menggunakan website. “Kalau perlu, ketiganya dipakai semua, jadi bisa maksimal. Dengan Facebook, kita bisa menjaring komunitas lebih banyak yang kemudian diarahkan ke website untuk melihat profil dan informasi yang lebih banyak tentang produk yang ditawarkan,” jelasnya. Menurut Andhika, tampilan foto produk yang menarik di website akan sangat membantu meyakinkan calon konsumen.

Namun, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Bila kapasitas produksi belum memadai, jangan memanfaatkan semua media tersebut. Pilih salah satu saja supaya pesanan tidak overload dan bisa mengakibatkan konsumen kecewa. “Saya sendiri hanya pakai satu media, yaitu Facebook. Selain produksi masih terbatas, tenaga kerjanya juga masih terbatas,” kata Akung, yang hanya mempunyai dua karyawan. Dengan fokus pada satu media, pemantauan bisnis lebih mudah. Jangan lupa berikan data lengkap toko online Anda, seperti nomor telepon dan alamat.

Untuk memperkenalkan usaha yang dilakoni, Anda bisa menggaet kolega terlebih dari dulu. Dengan cara itu, satu per satu, calon konsumen akan terkumpul. Tidak menutup kemungkinan, kolega itu akan jadi sumber informasi dari mulut ke mulut sehingga usaha online Anda akan semakin dikenal.
Ketiga, bangun kredibilitas. Ini penting demi kepuasan dan demi untuk mempertahankan pelanggan. “Pengiriman barang harus tepat waktu dan jaga kemasan tidak rusak,” kata Andhika. Andhika bilang, bila jangkauan pengiriman barang sudah intens ke luar kota, ada baiknya, Anda bekerjasama dengan jasa ekspedisi pengiriman barang. Tujuannya, dengan menjadi pelanggan pengiriman, tenaga ekspedisi akan datang ke rumah.

Keempat, bangun komunikasi dengan pelanggan. Misalnya hubungi mereka dan pastikan barang sudah sampai. Selain itu, bila sudah mendapatkan konsumen jangan dilepas begitu saja. Bangun silaturahmi.

Harap dicatat, usaha makanan basah lewat online berbeda dengan bisnis baju atau elektronik secara online. Makanan basah bisa basi, sedang baju atau elektronik tidak. Untuk itu, Anda perlu mempertimbangkan jangkauan pemasaran makanan yang dijual. “Pesanan pempek saya ada dari Jayapura dan Aceh, tapi karena waktu pengiriman yang panjang, yang memungkinkan pempek basi pas di tempat tujuan, pesanan itu saya tolak,” ujar Anton.

Patut Anda perhitungkan apakah makanan yang Anda siapkan itu selalu ada atau Anda hanya berproduksi ketika ada pesanan. Ini penting supaya konsumen bisa memaklumi bila pesanannya itu tidak bisa datang pada hari itu juga. “Kami produksi kalau ada order saja. Pesan hari ini, akan kami antar sesuai pesanan tapi tidak bisa hari itu juga,” kata Akung.

Akung bilang, bila ada pesanan di luar rute yang dilalui, ia akan mengenakan ongkos kirim. Misalnya, hari ini, rute yang dilalui daerah Bekasi, Cibitung, dan Cikarang, maka pesanan di Bintaro akan dikenai ongkos kirim. “Ongkir (ongkos kirim) ini harus didiskusikan dengan konsumen. Seandainya cocok baru diorder,” ujarnya. Akung mengaku, dengan media online ini, jangkauan konsumen menjadi lebih luas. Bahkan, ada pesanan dari Jepang dan Qatar. Tapi pesanannya tidak untuk dikirim ke negara tersebut, melainkan dikirim ke sanak saudara di Jakarta dan sekitarnya.


Risiko dan tantangan

Kini, penggiat usaha makanan online memang kian banyak. Namun, asal bisa memberikan kepuasan pelanggan, Anda tetap akan jadi pilihan utama pelanggan. Akung selalu memperhatikan betul kepercayaan pelanggan dan citarasa siomaynya. Akung sendiri terbilang cukup berani untuk tidak mematok uang muka dalam pembelian siomaynya. Padahal, bisnis online sarat dengan penipuan.

Akung hanya meminta alamat jelas dari di pemesan siomay. “Biasanya memang dibayar waktu ada transaksi karena kebetulan jangkauan kita masih di dalam kota, jadi bisa diantar karyawan,” ujarnya. Nyatanya, dengan sistem itu, Akung belum pernah mengalami pengalaman buruk seperti penipuan.

Sementara, karena paling banyak mengirim keluar kota, Anton menerapkan sistem bayar di muka, baru barang dikirim. “Kadang usaha online sendiri banyak penipuan. Untuk menyakinkan konsumen bahwa kami benar-benar ada, kami minta pelanggan menyampaikan testimoninya di website kami,” ujarnya.

Tak lupa pula, pertahankan citarasa. Akung menyadari makanan itu soal selera, jadi dia sendiri tidak pernah bilang kepada konsumennya bahwa siomaynya paling enak. Yang harus diperhatikan adalah konsistensi takaran bahan ikan dan tepung saja sehingga tidak mengubah citarasa. “Soal rasa serahkan pada konsumen. Toh, mereka akan komentar sendiri di dinding FB (Facebook),” ujarnya.

Persaingan bisnis ini cukup sengit. Gerai riil siomay atau pempek cukup banyak. Jadi, harus ada kelebihan produk Anda yang Anda tonjolkan. “Kami mencoba tampil beda dengan pempek lain. Isi pempek kapal selam kami dari telur bebek sehingga lebih gurih, tapi harga terjangkau,” ujar Anton.

Anton yakin, karena jenis makanan yang dijualnya merupakan makanan khas, potensi pasarnya masih besar. Sasarannya, kan, memang di luar kota Palembang,” katanya. Pemesan pempek Anton dari Jakarta cukup banyak. Sementara, kebanyakan pelanggan Akung adalah para pegawai kantoran di Jakarta dan sekitarnya.

Tentu saja, Anda harus perhatikan harga untuk mengantisipasi persaingan. Bisa jadi, harga siomay Akung lebih mahal dibandingkan siomay gerobak dorong. Tapi dengan harga Rp 7.000 itu, sudah bebas ongkos kirim. Si konsumen juga tidak perlu meninggalkan pekerjaannya untuk makan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×