Reporter: Arie Christy Meliala | Editor: Tri Adi
Minat akan modifikasi mobil dengan motif batik ikut menyemarakkan bisnis rumah modifikasi. Selain tampil berbeda, nilai mobil yang telah dibatik, biasanya, juga ikut melonjak. Alhasil, prospek bisnisnya juga cukup cerah.
Batik memang sudah menjadi tren baru bagi industri pakaian. Perkembangan desain motif ini begitu pesat. Dari objek yang berkaitan dengan pakaian atau kain, kini, batik telah merambah ke media lain. Salah satunya mobil.
Tengok saja langkah PT Mercedes-Benz Indonesia yang baru-baru ini meluncurkan mobil Smart edisi terbatas dengan bodi berbalut motif batik. Microcar yang diproduksi Daimler AG ini menawarkan desain badan mobil dengan motif urban batik dan archipelago camouflage yang mampu menyedot minat orang.
Beberapa rumah modifikasi menikmati pesanan untuk “membatik” mobil dan media lain. Pay Sholahuddien, pemilik Pay Air Gafix di Jakarta Timur, misalnya, pernah mendapat pesanan membatik tiga mobil taksi milik Blue Bird. Ia membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk melukis motif batik pada bodi tiga mobil itu.
Tommy Dwi Djatmiko, pemilik Mastomcustom Graphic Airbrush System, Jakarta Selatan, juga tengah menggarap proyek modifikasi otomotif dengan corak batik. Tahun lalu, bekerja sama dengan desainer Carmanita, ia sukses “membatik” Mercy C 250 CGI atas permintaan PT Mercedes-Benz Indonesia. “Saya optimistis, bisnis ini akan meningkat,” ujarnya.
Decky Irawan, pemilik Beta Motorsport di Surakarta, juga melihat tren “membatik” mobil terus meningkat. Ia pernah mengecat batik sebuah mobil dengan tema ”Modis buat Manten Jawa”. Karyanya ini memenangi tiga piala sekaligus dalam sebuah kontes modifikasi di Surabaya, awal Mei lalu. ”Mobil modifikasi batik mulai menjadi tren. Dulu cuma tempelan animasi, sekarang mulai beralih ke motif batik,” katanya.
Berbeda dengan modifikasi biasanya, membatik mobil atau objek lain memang butuh suasana berbeda. Menurut Pay, semua harus berawal dari kecintaan pada batik. “Motif batik pada benda apa pun itu tidak akan ditelan oleh zaman, pasti selalu bernilai tinggi dan elegan. Apalagi sentuhannya itu sangat meng-Indonesia,” katanya.
Bisnis menjanjikan
Berbekal kecintaan ini, selain “membatik” mobil, Pay juga mengembangkan motif batik ke beberapa media, seperti casing handphone, laptop, kulkas, motor, bahkan ekskavator. “Mungkin, satu-satunya ekskavator di dunia dengan motif batik adalah yang pernah kami buat atas permintaan PT Kobexindo,” ujar Pay. Ekskavator itu ia garap selama 10 hari.
Meski menyatakan masih tahap merintis bisnis pembatikan mobil, Pay bilang, tarif modifikasi motif batik tidak murah. Ia mematok biaya Rp 8 juta untuk “membatik” sebuah mobil, Rp 18 juta untuk “membatik” satu unit ekskavator, dan Rp 2,5 juta untuk “membatik” sebuah motor. “Modal dalam membatik otomotif ini sekitar 30% dari total biaya yang saya kenakan,” jelasnya pada KONTAN.
Tarif modifikasi sebesar itu sebanding dengan manfaatnya. Dengan mengandalkan desain yang unik, Tommy melihat, nilai mobil batik lebih tinggi ketimbang modifikasi biasa. Sekadar informasi, harga mobil Mercy C 250 CGI yang pernah digarap Tommy sekitar Rp 670 juta. Tapi, setelah bodinya “dibatik”, dengan proses lelang, mobil itu dinilai seharga Rp 1 miliar.
Menurut Tommy, bagi pecinta seni, bisa jadi, mobil seharga miliaran masih lebih murah jika dibandingkan dengan penghargaan pada hasil seni. Meski begitu, “Orang yang tidak suka batik dan seni mungkin akan berpendapat beda,” katanya.
Namun, Ratno Halim, instalatur Some Sound Car Audio di Jakarta yang pernah “membatik” mobil Toyota Alphard Vellfire milik VJ Daniel Mananta, mengingatkan, lantaran berkaitan dengan motif budaya atau etnik, kelangsungan bisnis modifikasi motif batik ini sangat bergantung pada pelanggan.
Tapi, kalau dari sisi ekonomi ternyata menguntungkan, bukan tidak mungkin modifikasi mobil dengan desain batik bisa menjadi ladang investasi cantik. “Baik dari sisi estetika dan kepopuleran, mobil semakin bernilai. Sebab, dengan adanya karakter batik pada sebuah mobil, orang akan lebih mudah mengingat siapa empunya,” katanya.
Decky memberi gambaran, dari pengalaman selama ini, keuntungan dari penjualan mobil yang sudah dimodifikasi batik antara 15% hingga 20% dari harga jual mobil. Margin ini bisa semakin tebal jika tepat memilih desain. Misalnya, ”Saya memakai motif batik parang karena dulu motif ini hanya dipakai oleh kaum bangsawan. Jadi, dengan desain itu, mobil tampak sangat anggun,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News