kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba bisnis burger masih bisa bugar


Kamis, 24 November 2011 / 13:24 WIB
Laba bisnis burger masih bisa bugar
ILUSTRASI. Libur panjang tahun baru menjadi waktu yang ditunggu untuk mudik dan ke luar kota.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Siapa yang tidak kenal dengan makanan burger. Kudapan orang bule yang terdiri dari dua roti bulat yang mengempit daging pipih itu memang sudah populer di Tanah Air. Kini, pedagang burger berkulit sawo matang sudah ada di mana-mana.

Burger memang cepat beradaptasi dengan lidah orang Indonesia. Selain itu, penyajiannya juga praktis dan tak memakan waktu. Namun begitu, kudapan itu punya sisi negatif. Tingginya kandungan karbohidrat dan lemak membuat makanan ini dianggap sebagai junk food alias makanan tak sehat.

Nah, agar sisi negatif itu berkurang, muncul ide membuat burger yang diklaim lebih sehat. Seperti yang dilakukan PT Wadha Artha Abadi di Bintaro, Tangerang Selatan, pengelola Aussy Burger.

Melby Sakina Baradja, Manajer Operasional Aussy Burger, bilang bahwa sejak 2005 lalu mereka membuat burger dari daging yang dibakar pada suhu tertentu. Ia mengklaim, hasil pembakaran daging itu lebih sehat karena daging yang terbakar mengandung kadar lemak rendah.

Terdapat banyak pilihan menu di Aussy Burger. Mulai dari crispy cheese burger, cheese burger, double beef burger, hingga double beef and cheese burger. "Harga jual berkisar Rp 12.000 sampai Rp 18.000 per porsi," ujarnya. Hingga saat ini Aussy Burger memiliki lima unit cabang yang tersebar di Bintaro, Gandaria, Tebet, Cilandak, dan di Jalan Sudirman.

Melihat animo pembeli yang demikian besar, pada Oktober lalu, Aussy mulai menawarkan kemitraan dan kini telah mendapatkan satu mitra yang beroperasi di kawasan Jakarta Selatan.

Ada dua paket yang ditawarkan Aussy. Pertama, paket mini booth dengan investasi Rp 50 juta; kedua, paket kafe atau resto dengan investasi Rp 150 juta. Kedua paket ini memiliki jangka waktu kerja sama selama lima tahun.

Dengan biaya paket sebesar itu, Aussy memberikan perlengkapan operasional berupa meja, kursi, peralatan masak hingga seragam karyawan kepada mitra. Aussy juga membantu promosi, training karyawan, penyediaan tim quality control serta sistem operasional.

Sebagaimana laiknya usaha kemitraan, menurut Melby, Aussy juga tidak memungut franchise fee maupun royalty fee kepada mitra.

Dalam hitungan Melby, untuk paket resto, mitra bisa mendapat omzet Rp 57 juta per bulan atau Rp 1,9 juta per hari. Dengan hitungan itu, mitra akan balik modal dalam jangka waktu 16 bulan.

Agar cepat balik modal, Aussy juga membantu mencari lokasi jualan yang strategis. "Yang jelas lokasi tentu harus dekat dengan pusat keramaian," terang Melby.

Khoerussalim Ikhsan, Konsultan Wirausaha dan Praktisi Bisnis bilang, makanan riungan berbahan roti termasuk burger memiliki banyak peminat di Indonesia. "Selama roti masih digemari, maka burger masih punya pasar," kata Khoerussalim.

Soal investasi bisnis burger itu, Khoerussalim menilai kerja sama kemitraan Aussy terlalu mahal, khususnya paket investasi booth senilai Rp 50 juta. Karena tawaran investasi terlalu tinggi, ia meramalkan bahwa Aussy akan sulit mencari mitra.

Khoerussalim menambahkan, investasi ideal untuk paket booth hanya Rp 20 juta. Karena dasar investasi ini tergantung dari harga booth yang tidak terlalu mahal.


Aussy Burger
Jl. H Abdul Gani No. 92,
Gintung, Ciputat,
Tangerang Selatan
021-96657603,
021-7404814

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×