Reporter: Sri Sayekti | Editor: Tri Adi
Di negeri ini, banyak penduduk yang menggantungkan pasokan air bersihnya dengan cara menyimpan di tangki air, atau yang biasa disebut tandon alias toren. Kebiasaan menyimpan air bersih itu muncul karena banyak yang mengandalkan air bersih dari tanah. Ada juga yang sudah terhubung dengan jaringan pipa air minum, namun masih merasa perlu untuk berjaga-jaga.
Nah, toren perlu perawatan berkala untuk memastikan air yang disimpan tetap dalam kondisi bersih. Jika toren jarang dibersihkan biasanya muncul lumut yang akan menyumbat pipa. Kendati membersihkan tangki air terdengar sederhana, bagi banyak orang, itu adalah tugas yang sungguh merepotkan. Maklum, banyak orang yang menempatkan toren di tempat yang sulit terjangkau.
Situasi itu yang membuka celah bagi jasa pembersihan tangki air. Daya tarik usaha ini adalah potensi pasarnya yang terbilang besar, sedangkan pemainnya belum banyak. Maklumlah, usaha jasa pembersihan tangki air baru populer dalam 1–2 tahun terakhir.
Basahnya rezeki pembersihan toren itu dinikmati oleh Suryadi yang mengibarkan bendera CV Surya Tirta sejak Oktober 2013. Saat memulai usaha, dia mengeluarkan modal awal Rp 6 juta. Dana itu terpakai untuk membeli mesin sedot berukuran kecil dan besar, masing-masing seharga Rp 1,5 juta dan Rp 3 juta. Sisanya untuk membeli bahan-bahan pembersih, sikat, dan perlengkapan kebersihan lainnya. Modal itu impas dalam waktu 8 bulan. Suryadi kini mendapatkan rata-rata enam order per bulan.
Bahkan, pembersihan tangki air bisa mengalirkan fulus bagi mereka yang ingin memiliki usaha sampingan. Lihat saja apa yang dilakukan Adi R Saputra dan Fendi. Karena masih berstatus karyawan swasta, baik Adi maupun Fendi hanya menawarkan jasa mereka di akhir pekan. Dengan merek De Toren, Adi menawarkan jasa tersebut sejak Juli 2012. Setelah hampir dua tahun beroperasi, omzet rata-rata De Toren per bulan Rp 6 juta, dengan tingkat margin 60%.
Sedang Fendi, yang melengkapi jasa pembersihan tangki airnya dengan jasa menembak pipa air, tak menyebut berapa nilai omzet ataupun marginnya. “Kadang dalam sehari, ada dua order,” ujar dia. Namun dia mengaku sudah balik modal.
Waktu balik modal Fendi terhitung cepat karena dia baru memulai usaha bersih-bersihnya selama tiga bulan. Saat memulai, Fendi mengeluarkan uang Rp 1,5 juta untuk membeli alat dan bahan pembersih.
Bayar di muka
Tertarik untuk ikut menik-mati basahnya jasa ini? Selain modalnya tak besar, usaha ini juga relatif sederhana bagi kebanyakan orang. Tidak ada teknik atau metode khusus untuk membersihkan toren. Adi cuma memberi tip: jangan menggunakan sikat saat membersihkan toren. Alasan dia, bekas goresan sikat akan membuat permukaan toren menjadi tidak rata. Akibatnya, lumut justru mudah menempel di dinding toren. Ia menyarankan, penggunaan wiper agar permukaan toren tidak tergores dan tetap rata.
Tingkat kesulitan pekerjaan lebih ditentukan oleh letak toren yang akan dibersihkan. Tak heran Suryadi maupun Adi biasanya meminta calon pelanggannya memberitahukan terlebih dahulu letak toren mereka, sebelum menerima pekerjaan. Bahkan, Adi biasanya mewajibkan calon konsumennya mengirim foto yang memperlihatkan posisi toren. “Jika posisi toren riskan, kami akan membawa alat-alat keselamatan pekerja,” tutur Adi.
Sedang Suryadi mengaku pilih menolak order, jika posisi toren terlalu sukar dijangkau. Maklum, untuk order dari rumah tangga, Suryadi kerap turun tangan langsung. Tapi untuk order dari pemilik gedung, Suryadi akan mengajak 4 orang rekannya sebagai pembantu.
Layaknya usaha jasa, pembersihan toren sangat bergantung pada sumber daya manusia (SDM). Namun karena pekerjaannya yang tak terlalu rumit, pengelolaan SDM di jasa pembersihan toren juga simpel. Itu sebabnya, Suryadi, Adi maupun Fendi berani mempekerjakan karyawan lepas.
Jika Suryadi mengajak rekannya, Adi meminta bantuan dari office boy di kantor tempatnya bekerja. Suryadi membayar rekannya berdasar waktu pekerjaan, yaitu Rp 150.000 orang per hari. “Untuk membersihkan toren di gedung, biasanya membutuhkan waktu sekitar tiga hari, bergantung pada kapasitas torennya,” ujar Suryadi. Adapun Adi membagi 40% dari nilai pekerjaan ke para pekerjanya.
Untuk menjaring order, baik cara konvensional seperti membagi-bagi brosur maupun jalur online bisa ditempuh. Hal itu juga dilakukan Suryadi. Ia tak cuma membagi-bagikan brosur ke berbagai kompleks perumahan, tapi juga membuka situs www.jasacucitangkiair.com. Untuk pemasaran online, Suryadi menggunakan jasa marketing online, dengan biaya relatif terjangkau, yaitu Rp 500.000 per tahun.
Dengan memanfaatkan dua jalur pemasaran sekaligus, jasa yang ditawarkan Suryadi lumayan bergaung. Itu terlihat dari pelanggan jasanya yang tersebar di berbagai kawasan Jakarta, hingga Bekasi dan Serpong. Lokasi usaha Suryadi berada di Kebun Nanas, Cipinang Cempedak, Jakarta Timur.
Promosi online juga dilakukan Adi dan Fendi. “Ada juga order yang datang berkat rekomendasi dari pelanggan lama,” tutur Fendi, yang lokasi usahanya berada di Kebun Jeruk, Jakarta Barat.
Cara pemasaran Adi juga layak dipertimbangkan. Sejak memulai usahanya, ia menawarkan sistem keanggotaan alias membership. De Toren menawarkan tiga paket, yakni pembersihan selama 1 bulan sekali, 3 bulan sekali, dan 6 bulan sekali. Tarif yang dipatok De Toren adalah Rp 80.000 untuk paket 1 bulan, Rp 100.000 untuk paket 3 bulan dan Rp 130.000 untuk paket 6 bulan. Tentu, toren setiap anggota De Toren akan dibersihkan secara rutin sesuai paket yang dipilih, namun anggota tersebut harus membayar lunas biayanya di muka selama 1 tahun.
Jadi, anggota De Toren yang memilih paket 1 bulan harus membayar Rp 960.000 di muka, paket 3 bulan Rp 400.000, dan paket 6 bulan Rp 260.000. “Kebanyakan pelanggan memilih paket 6 bulan,” ujar Adi yang sudah mengantongi 70 pelanggan member. Sistem keanggotaan ini menjadikan pendapatan De Toren lebih pasti.
Dia juga masih menerima order dari pelanggan non member. Namun pelanggan lepasan dikenai biaya lebih tinggi lagi, yakni sebesar Rp 150.000 per sekali pembersihan.
Suryadi mengenakan tarif Rp 130.000 untuk membersihkan 1 toren dengan kapasitas 1.000 liter. Adapun Fendi menarik biaya membersihkan Rp 125.000 per toren.
Siapa mau bersih-bersih?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News