kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,25   -3,11   -0.33%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lewat kamera, Otto menyingkap eksotisme laut


Senin, 11 November 2013 / 13:29 WIB
Lewat kamera, Otto menyingkap eksotisme laut
ILUSTRASI. Petugas gabungan Puskeswan Sleman dan FKH UGM memeriksa kesehatan sapi di kandang sapi terpadu, Krebet, Bimomartani, Ngemplak, Sleman, Rabu (22/6/2022).


Reporter: Marantina | Editor: Dupla Kartini

Memotret dalam air sedang menjadi tren di kalangan fotografer. Konon, kegiatan ini diminati seiring meningkatnya hobi menyelam di masyarakat. Bagi para fotografer, seperti Otto Ferdinand, objek fotografi terlihat lebih menarik jika dibidik dari dalam air.

Pemilik Studio Fotto di Jakarta ini mengenal aktivitas memotret dalam air, karena profesinya sebagai jurnalis video. Oleh karena tugas, ia berkenalan dengan dunia menyelam dan berkesempatan menggunakan kamera pocket di bawah air pada 2010. “Sejak itu, saya langsung jatuh cinta dengan fotografi dalam air,” kisah lulusan Broadcast FISIP Universitas Indonesia ini.

Dua tahun kemudian,  Otto mulai memproduksi foto dan video bawah air. Salah satunya untuk Yayasan WWF Indonesia. Bahkan, ia aktif ikut menyelam bersama Dive Trip Indonesia. Ia pun banyak membuat foto dan video bawah air.

Dari situlah, namanya masuk dalam daftar ‘Youth Women Netizen 50 Creative Tourism Ambassadors’ dari majalah Marketeers. Permintaan memotret bawah air pun semakin banyak. Akhirnya, pada 2013, ia mendirikan Studio Fotto agar lebih fokus menggarap ide-ide foto bawah air.

“Karena profesi utama saya sebagai wartawan, jadi Studio Fotto baru bisa benar-benar serius digarap tahun depan,” tutur pria kelahiran Jakarta, 30 tahun silam ini.

Menjadi fotografer bawah laut membawanya menjelajahi banyak tempat eksotis di tanah air. Mulai dari Kepulau Seribu, Raja Ampat, Nabire, Alor, Pulau Komodo, hingga Belitung Timur.

Objek fotonya, yaitu pemandangan bawah laut, seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan. Sementara, untuk foto pre-wedding dalam air, biasanya dilakukan di kolam renang untuk menjamin keselamatan.  

Sejauh ini, Otto sering mendapat order dari production house, calon pengantin, serta organisasi non-profit. Dalam setahun, ia bisa menggarap belasan proyek. Meski tidak mematok tarif, biasanya Otto mengantongi Rp 20 juta per proyek. Ia bisa meraup laba bersih 25%.

Otto mengaku tidak pernah mencicipi pendidikan atau kursus fotografi. Ia belajar dunia fotografi dari temannya semasa kuliah. “Selain itu, saya mengumpulkan banyak ilmu dari internet dan mengolahnya sebagai modal untuk memotret di bawah air,” ungkapnya.

Otto bilang, syarat utama menjadi underwater photographer ialah keterampilan menyelam. Menurutnya, fotografi bawah air semakin berkembang sejalan perkembangan kegiatan menyelam di Indonesia. Objek yang paling mudah difoto kalangan pemula  ialah surga bawah laut, mulai dari terumbu karang warna-warni dan berbagai jenis-jenis ikan, termasuk hiu.

"Pada dasarnya, semua aspek fotografi di darat bisa diterapkan di dalam air. Hanya saja, tantangannya yang berbeda," kata Otto. Tantangan yang harus dihadapi untuk memotret di dalam air adalah pembiasan cahaya dalam air, visibility air, kedalaman dan arus.

Selain itu, karena di dalam air sulit berkomunikasi, semua persiapan harus tuntas sebelum turun ke dalam air. Antara lain, survei lokasi, menentukan rancangan hasil akhir foto, menyiapkan peralatan foto dan pendukung tata cahaya, serta istirahat yang cukup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×