kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mahir menyulap kaca pyrex menjadi kerajinan cantik


Senin, 06 Mei 2013 / 14:09 WIB
Mahir menyulap kaca pyrex menjadi kerajinan cantik
ILUSTRASI. Lionel Messi pilih fokus ke PSG ketimbang pulang ke Barcelona. REUTERS/Gonzalo Fuentes


Reporter: Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini

Kaca pyrex menggoreskan  pengalaman berharga bagi hidup Andi Rifiansyah. Bahkan, dari usaha menyulap kaca pyrex menjadi kerajinan pulalah ia menghidupi keluarganya.

Perkenalan, pria kelahiran Sidoarjo ini dengan kaca pyrex berawal ketika ia ditugaskan oleh perusahaan Kaca Kraft mengikuti pendidikan seni kaca pyrex di  Malaysia Institute of Art pada 1999. Selama tiga tahun ia menimba ilmu di sana.

"Saya diajar guru yang memang ahli di bidangnya. Berawal dari membuat model paling mendasar, yakni kotak, hingga teknik sambung kaca," cerita Andi. Ia bilang, dari sebuah karya kerajinan ternyata bisa juga menggambarkan karakter si pembuat.

Sayang, ketika masa pendidikannya berakhir dan pulang ke Indonesia pada 2011, perusahaan tempat ia bekerja justru tutup. Selama tiga tahun, Andi kerja serabutan. Hingga akhirnya, pada 2004, ia memberanikan diri mempraktekkan ilmunya, dengan merintis usaha kerajinan seni pyrex bernama Netha Art & Craft.

Di tangan pria 34 tahun ini, sebuah kaca pyrex padat disulap menjadi, cenderamata, pernak-pernik hiasan rumah, piala, replika, miniatur, serta patung.

Ternyata, karyanya mendapat sambutan bagus di pasar. Hasil karyanya tak hanya diminati di dalam negeri, tetapi juga konsumen dari mancanegara.   Karyanya dibanderol mulai Rp 15.000 untuk pernik kecil, hingga Rp 300.000 untuk miniatur.

Usahanya tak selalu mulus. Bahkan, ia mengalami keterpurukan, ketika lumpur Sidoarjo menenggelamkan rumah sekaligus bengkel kerjanya. Ia kehilangan banyak nomor kontak para pelanggan.

Untunglah, Andi mendapat dukungan dari sang istri, Puji Astuti, untuk kembali memulai usaha dari nol. Ia rajin mengikuti pameran di berbagai daerah. Alhasil, perlahan, pembeli kembali berdatangan. Bahkan, banyak ekspatriat yang memesan untuk dijual lagi ke negara mereka, seperti Belanda, Jerman, dan Australia.

Sekarang, usahanya semakin berjalan mantap. Tiap bulan, Andi bisa mengantongi omzet Rp 65 juta.

Hampir segala bentuk dapat diwujudkannya. Bahkan, bentuk yang hanya ada di benaknya tanpa ada contoh bendanya, dia dapat membuatnya menjadi riil.

Hanya, ia mengaku, ada  bentuk yang tidak bisa dibuat dengan presisi. "Bentuk presisi tinggi, seperti permata, hampir tidak bisa dibuat, karena bahan kaca pyrex tidak bisa disesuaikan dengan bentuk seperti itu," tuturnya.

Lantaran pesanan terus bertambah, Andi pun mulai merasa tidak bisa kerja sendiri lagi. Sayangnya, seni kaca pyrex sangat rumit, dan tidak bisa dipelajari hanya dalam 6 bulan.

Makanya, perlahan, ia mulai menurunkan ilmunya kepada tiga murid yang kerap membantu di bengkel. "Kerajinan kaca pyrex ini buatan tangan, tidak pakai cetakan sama sekali. Maka, beda pembuat, akan beda pula karyanya," beber Andi.

Ia berharap, di masa depan, ketiga orang itu bisa membantunya mempercepat pengerjaan pesanan. Bahkan, jangka panjang, Andi ingin menggembleng lebih banyak orang lagi, supaya bisa melestarikan kerajinan kaca pyrex ini.

Selain itu, ia bertekad membuat bentuk-bentuk yang lebih kreatif lagi. Maklum, ia ingin lebih memperluas pasar, terutama ke mancanegara.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×