kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melirik peluang bisnis takoyaki yang masih kenyal


Sabtu, 21 April 2018 / 08:05 WIB
Melirik peluang bisnis takoyaki yang masih kenyal


Reporter: Annisa Heriyanti, Jane Aprilyani, Maizal Walfajri, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Camilan acap menjadi makanan wajib yang tersedia untuk ragam keperluan. Tak heran bila berbagai jenis camilan banyak bermunculan, baik itu yang bercita rasa lokal maupun asing.

Salah satunya takoyaki. Camilan ala Jepang ini terbuat dari tepung terigu bertabur gurita dan lelehan mayoinase.

Lantaran unik, camilan ini sempat populer dan membuat banyak orang, terutama kaum muda gemar melahapnya. Ini membuat tidak sedikit pelaku bisnis yang berupaya berbisnis takoyaki. Malah banyak yang mengembangkan skala bisnis lewat cara kemitraan.

KONTAN sendiri pernah mengulas kemitraan takoyaki ini lebih dari satu tahun yang lalu. Untuk mengetahui kondisi terkini bisnis kemitraan takoyaki tersebut, berikut ulasan dari tiga pemain takoyaki yang pernah KONTAN tulis.  

Lucky Takoyaki

Usaha kuliner yang dibangun pasangan suami istri Agnes Ismal dan Akbar Nugraha ini rupanya tidak menampakkan perkembangan yang agresif. Pasalnya, dalam waktu satu tahun jumlah mitra baru yang bergabung kurang dari 15 mitra.

Agnes mengaku, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kejenuhan pasar di kota besar. Namun, dia menilai potensi usaha makanan khas negeri Sakura ini masih bagus terutama untuk kota kecil.

Makanya, seluruh mitra baru yang bergabung berasal dari kota-kota kecil, seperti Majalengka, Soreang, dan Ciwidey. Sedangkan, gerai pribadinya kini berjumlah 23 unit yang tersebar di Bandung, Garut, Tasik, dan Purwokerto.

Sebelumnya, KONTAN sempat mengulas usaha ini tepat setahun lalu. Saat itu, ada 90 gerai mitra dan sembilan gerai pribadi.

Lucky Takoyaki memilih masih menahan harga jual produknya Rp 5.000 sampai Rp 16.000 per porsi. Alasannya, agar dapat bersaing dengan harga jual produk lainnya serta dapat dijangkau oleh semua kalangan konsumen. Untuk varian taburannya masih tetap sama yaitu sosis ayam, gurita, keju, kepiting, dan daging sapi.

Agnes mengaku perubahan hanya terjadi pada nilai investasi paket kemitraan. Untuk paket tanpa booth dari Rp 3,5 juta menjadi Rp 4,5 juta, paket gerobak dari Rp 8,5 juta dikerek menjadi Rp 9 juta dan paket sepeda dari Rp 9,5 menjadi Rp 10 juta. Perubahan ini sudah dilakukan sejak dua tahun  yang lalu.

Lainnya, kendala yang dihadapinya adalah sulitnya mencari karyawan. Tidak sedikit mitra yang malas mencari karyawan baru, sehingga usahanya dibiarkan tutup. " Gerai yang tidak aktif sekitar 10% dari total gerai yang ada sekarang," katanya pada KONTAN.

Sepanjang tahun ini, dia menargetkan dapat membuka gerai milik mitra di wilayah Jawa Tengah.

Takoyaki Mu & Mu

Pelaku usaha takoyaki lain adalah Fikri Ramadhan Siregar yang mengusung usaha dengan nama Takoyaki Mu & Mu. Mendirikan usaha sejak tahun 2014, Fikri mengembangkan usahanya dengan menawarkan kemitraan pada tahun 2015.

Saat diulas KONTAN pada Oktober 2015, ada tujuh gerai yang dimiliki Takoyaki Mu & Mu. Enam gerai milik mitra dari Malang, Banjarmasin, Jakarta dan Medan dan satu gerai lagi di Malang.

Berbeda dengan Lucy, perkembangan kemitraan Mu & Mu makin maju. Buktinya, sudah ada 12 gerai yang berdiri. Tiga gerai milik sendiri dan sisanya milik mitra.

Tidak hanya jumlah mitra yang bertambah, paket investasi pun naik. Kalau sebelumnya, Fikri mematok nilai investasi Rp 3,5 juta dimana mitra akan mendapat peralatan usaha, bahan baku tepung takoyaki 1 kilo untuk 30 porsi, pelatihan karyawan, serta perlengkapan promosi usaha. Saat ini, paket yang ditawarkan menjadi Rp 6 juta. Namun mitra sudah mendapat booth ukuran 80x40 cm dan peralatan usaha, bahan baku dan pelatihan karyawan.

Bicara soal kerjasama berlangsung selama lima tahun itu masih tetap berlaku. Setelah itu, mitra cukup membeli bahan baku ke pusat. Tidak ada biaya royalti atau biaya lainnya.

Agar mitra tetap untung dalam bisnis dan bisa maju,  Fikri menyajikan menu takoyaki yang makin beragam. Sebelumnya menu takoyaki yang dijajakan mitra yaitu bolognese, rendang ayam, dan rendang daging. Sekarang mitra bisa memasok menu jamur dan sosis.

Harga jual takoyaki yang dibanderol pun naik. Dari yang Rp 3.500 sampai Rp 4.000 per porsi, kini satu porsi takoyaki isi lima buah menjadi Rp 6.000.

Fikri mengaku, meski usaha dan kemitraan berkembang, masih terdapat kendala usaha yaitu penjualan takoyaki yang agak berkurang apabila mitra tidak menjaga mutu yang telah ditentukan sesuai dengan SOP pusat. Oleh karena itu, pusat selalu memantau mitra.

Tahun ini, Fikri menargetkan setiap kota besar terdapat mitra yang bergabung di Takoyaki Mu & Mu. Juga dia menawarkan untuk calon master franchise Takoyaki Mu & Mu.

Murashi Takosuk

Pelaku usaha lainnya adalah Aulia yang membesut usaha kemitraan Takoyaki dengan label Murashi Takosuk. Ketika KONTAN ulas pada 2016 lalu, Murashi Takosuki sudah memiliki sembilan mitra yang bergabung.

Kini Aulia mampu menggandeng 11 mitra dengan total 20 gerai. Rinciannya sembilan gerai di  Jabodetabek dan sisanya di Sumatra dan Kalimantan.

Nampaknya ramalan Aulia terhadap bisnis ini kedepan semakin pesat jadi kenyataan.  Sejatinya sejak 2016, sembilan mitra yang bergabung masih aktif hingga saat ini dan malah meningkat. Tahun ini Aulia  menargetkan bisa menggaet 50% tambahan gerai dari yang sudah ada, atau jadi 30 gerai.

Efeknya, Aulia mengerek harga tiga paket kemitraan Murashi Takosuki sebesar 20% dari harga paket sebelumnya. Rinciannya, paket mini trial Rp. 800.000, paket mini booth Rp. 2,2 juta dan paket booth kayu Rp. 5,7 juta. Balik modal para mitra sekitar satu sampai dua  bulan "Kalau tempatnya ramai malah satu bulan sudah bisa balik modal", terangnya kepada KONTAN.

Supaya bisa bersaing dengan pemain sejenis dan yang lain, Murashi Takosuki mulai tahun ini akan menambah varian menu yang disesuaikan dengan tren makanan 2018. Tujuan lainnya adalah supaya konsumen tidak cepat merasa bosan.

Selain memberi peluang pada para mitra yang ingin bergabung, Aulia kerap menjadi pemasok para reseller. Maklum, kendala yang dihadapi saat ini adalah bahan baku yang tidak stabil, sehingga saat dipasok ke reseller Aulia tidak menaikkan harga karena akan berpengaruh terhadap daya beli.

Hasilnya, rata-rata gerai takoyaki ini bisa menjual minimal 30 porsi per hari. Dengan modal Rp 7.000 per porsi, ia menjual takoyaki antara Rp 10.000 - Rp 16.000 tergantung dari lokasi. Dihitung, satu gerai sanggup mengantongi laba Rp 2 juta per bulan.  

Saat ini Aulia belum tertarik bermitra dengan ojek online. Ia masih gencar memasarkan produk melalui media sosial  seperti Instagram, Facebook, dan situs sendiri.

Untuk bisa bertahan di tengah gempuran banyak pemain, ia mengklaim selalu menjaga kualitas takoyaki racikannya. Tapi dengan harga yang sebisa mungkin terjangkau. Langkah lainnya adalah memberi fasilitas ke para mitra, seperti gratis biaya pengiriman bahan baku.

Selain menjual bahan baku kepada mitra, Aulia juga menjual bahan baku kepada reseller atau individu yang ingin belajar memasak dan mulai usaha kecil - kecilan. Nah,  harga yang diberikan kepada non mitra lebih mahal ketimbang harga mitra.        

Jaga hubungan dengan mitra

Konsultan waralaba Djoko Kurniawan mengatakan,  kudapan takoyaki masih memiliki pangsa pasar yang positif di pasar domestik. Lantaran makanan khas asli Jepang tersebut rupanya masih memiliki daya tarik tersendiri bagi para penggemar.

Kelebihan lainnya, camilan ini juga bisa dikonsumsi oleh semua kalangan. Walaupun yang gandrung makanan ini tidak lain adalah para generasi milineal.

Makanya, ia menanyakan ada pebisnis takoyaki yang sudah menawarkan program kemitraan ternyata kurang bisa berkembang. "Jika pebisnis Tokayaki tidak berkembang dengan baik,  salah satu sebabnya karena tawaran kemitraan yang tidak menarik atau kurangnya variasi makanan yang ditawarkan," ujar Djoko kepada KONTAN pada Jumat (6/4).

Untuk itu, ia menilai peran penting dari sistem kontrol usaha kemitraan tersebut. Pasalnya bila  pengawasan kurang optimal, maka bisa membuat kualitas makanan menjadi menurun. Begitupun dengan penggunaan bahan yang terkadang tidak punya standar yang jelas sehingga rasa yang dihasilkan bisa berubah-ubah.

Ini bisa terjadi terhadap para pebisnis takoyaki yang cuma menjual label sebagai makanan ala Jepang semata tanpa membuat sistem operasional yang benar. Selain ini program pemasaran yang diterapkan acap kali tidak tepat sasaran. "Ini yang menyebabkan sejumlah merek tokayaki tidak bisa berkembang," jelas Djoko.

Salah satu upaya penting adalah dengan menjaga hubungan baik antara pebisnis dan mitra supaya bisa tumbuh bersama-sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×