kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membungkus laba dari bola-bola Jepang


Senin, 13 Juni 2011 / 12:59 WIB
Membungkus laba dari bola-bola Jepang
ILUSTRASI. Kementerian Agama (Kemenag) telah menetapkan Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS PWU).


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Selain beragam masakan Jepang, camilan khas Negeri Sakura juga mulai populer di Indonesia. Salah satu camilan yang mulai digemari oleh masyarakat kita adalah takoyaki yang berupa bola-bola tepung dengan isi irisan gurita.

Saat ini, sudah ada dua pengusaha takoyaki yang menawarkan kemitraan. Mereka adalah Takoyaku dan Takoo!. Keduanya berasal dari Bogor.

Mulai menawarkan kemitraan tiga bulan lalu, Takoyaki sudah menggandeng tujuh mitra. Adapun Takoo baru memiliki tiga mitra. Inilah ulasannya:


• Takoo!

Meski baru berusia 18 tahun, Wahyu Putra sudah berani membuka usaha takoyaki di Bogor, November 2010 silam. Maraknya makanan luar negeri yang masuk ke Indonesia membuatnya tertarik masuk ke bisnis kuliner.

Pilihannya jatuh pada takoyaki lantaran makanan ini paling digandrungi di Jepang. Lantas, ia pun belajar memasak takoyaki. "Saya cari referensi dari internet," ucap mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor itu. Ia juga kerap mendatangi pameran makanan Jepang di Indonesia.

Pada Februari 2011, Wahyu pun mulai menawarkan kemitraan Takoo!. Ia mematok biaya investasi sebesar Rp 9 juta yang berlaku hingga tiga tahun. Sebagai gantinya, mitra akan mendapatkan booth, alat masak, serta bahan baku untuk 200 porsi takoyaki.

Wahyu mematok harga satu porsi takoyaki berisi empat bola-bola Rp 6.000. Ia menyajikan enam pilihan rasa, yakni gurita, gurita pedas, sapi, keju, udang dan telur. "Saya prediksi mitra bisa jual 70 porsi per hari," kata dia.

Dengan rata-rata omzet Rp 10 juta per bulan dengan harga pokok penjualan maksimal 50% dari omzet, Wahyu menghitung, mitra bisa meraup untung Rp 4 juta sebulan. Balik modal pun dapat tercapai dalam tiga bulan. "Kalau di bulan pertama dan kedua masih tahap pengenalan, balik modal bisa bisa 5 bulan," kata Wahyu yakin.

Ia mengutip royalty fee 5% dari omzet. Tahun ini, Wahyu memasang target menjaring 20 mitra baru di Pulau Jawa. Rencananya, "Tahun 2012, saya akan mencari mitra di luar Pulau Jawa," ujarnya.


• Takoyaku

Juga dari Bogor, Syafril Angga Saputra mendirikan Takoyaku pada Desember 2010 silam. Dua bulan berselang, Angga mulai menawarkan kemitraan dengan nilai investasi Rp 5,5 juta.

Ia tak mengutip royalty fee. Tapi, jika mitra ingin memperpanjang masa kemitraan, Angga, begitu ia kerap disapa memungut biaya sebesar
Rp 750.000 tiap tahun.

Angga mematok harga produk Rp 7.000 hingga Rp 8.000 untuk empat takoyaki. Ia menawarkan empat varian rasa takoyaki, yakni original, spicy, double cheese, dan mix. Asumsi Angga, jika mitra bisa menjual 35 porsi per bulan atau mencapai omzet Rp 7,65 juta, dalam tiga bulan modal mitra bisa kembali.

Ia menargetkan tahun ini bisa merangkul 50 mitra baru di Pulau Jawa. Kelak, Angga ingin membuat mini restoran berkonsep Jepang, tak lagi booth seperti sekarang.

Sebagai masukan untuk dua kemitraan takoyaki ini, konsultan bisnis, Peni Rahayu menyarankan agar Takooo! dan Takoyaki mematok royalty fee yang tepat supaya bentuk promosi bagi mitra jelas. Dengan begitu, kelangsungan hidup mitra-mitra terjamin. "Kalau tidak, reputasi usaha bisa jatuh," terangnya.

Soal nilai investasi yang murah, menurut Peni, bisa jadi cara Takoo! dan Takoyaki memang bisa menjaring banyak mitra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×