kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Waduh, kemitraan cireng isi mati suri


Rabu, 08 Juni 2011 / 16:01 WIB
Waduh, kemitraan cireng isi mati suri
ILUSTRASI. Promo Hypermart periode 1-3 September 2020 masih berlaku. Aktivitas di gerai ritel modern Hypermart, Jakarta, Senin (01/06). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Dharmesta, Handoyo | Editor: Tri Adi

Cireng alias aci digoreng sedang naik kelas. Semula, makanan ringan ini boleh dibilang menjadi camilan orang kampung. Kini, gerai cireng mewabah hingga ke kota-kota besar, mulai dari kelas kaki lima di pinggir jalan, hingga kelas restoran.

Pada mulanya cireng hanya diisi dengan oncom ataupun kacang yang ditumbuk. Namun, seiring perkembangan waktu, banyak produsen memodifikasi cireng dengan berbagai varian rasa dan bentuk.
Makanan asli Jawa Barat yang nikmat dikudap ketika hangat ini pun melaju dengan sistem kemitraan. Pada mulanya, kemitraan cireng banyak peminatnya.

Namun, belakangan ini, pertumbuhan kemitraan cireng melambat. Bahkan tidak semua mitra aktif menjajakan kudapan aci digoreng ini.

Kali ini KONTAN akan mengulas perkembangan tiga kemitraan cireng yang pernah ditulis sebelumnya yaitu L3 Cireng Isi, Cireng Rampat, dan Cireng Keraton.


• L3 Cireng Isi

Berdiri tahun 2005, L3 Cireng Isi baru menawarkan kemitraan awal 2009. Ketika KONTAN mengulas L3 Cireng Isi pada November 2010, ada 100 mitra yang bergabung dengan gerai ini. Namun, saat ini terdapat pengurangan jumlah mitra hingga 30%.

Menurut Joseph AS, pemilik L3 Cireng Isi, pengurangan jumlah mitra tersebut karena adanya peraturan baru. "Ketika Alfa diambil-alih oleh Carrefour, ada regulasi baru yang menyatakan tidak boleh ada lebih dari tiga pedagang dalam satu pusat perbelanjaan," jelasnya.

Itulah sebabnya banyak mitra L3 Cireng Isi yang kemudian tidak melanjutkan kerja samanya lagi. Kebanyakan mitra L3 Cireng Isi memang memilih lokasi booth di depan gerai toko modern.

Walaupun mitranya berkurang, penyebaran lokasi mitra ini makin berkembang. Pada 2010, kemitraan L3 Cireng Isi hanya fokus di kota-kota besar di Jawa dan Sumatra. Kini L3 Cireng Isi melebarkan ekspansi bisnisnya ke Kalimantan, misalnya di Kota Baru dan Pontianak.

Joseph mengklaim cireng bikinannya memiliki keunggulan baik dari segi kandungan gizi dan varian rasa. "Ada 14 rasa yang saat ini kami pasarkan," katanya.

L3 Cireng Isi tidak hanya menyasar pasar kelas bawah, tapi juga kelas atas. Karena itu, Joseph menyiapkan produk yang berbeda di setiap segmen pasar tersebut.

Tidak mengherankan jika harga tiap cireng bervariasi, mulai dari Rp 3.000 sampai Rp 6.000 per porsi. "Dari beberapa varian, cireng dengan rasa ayam dan sapi yang paling digemari," tutur Joseph. Selain digoreng, cireng isi buatan Joseph juga ada yang dipanggang dengan oven.

Joseph menawarkan empat paket kemitraan, mulai investasi dengan nilai Rp 3 juta, Rp 8 juta, sampai Rp 35 juta. Paket investasi senilai Rp 3 juta dibagi menjadi dua, yakni tanpa booth dan dengan booth aluminium.

Investasi dengan nilai Rp 8 juta khusus di dalam ruangan akan mendapat booth kayu yang lebih eksklusif. Adapun di paket Rp 35 juta, mitra akan mendapatkan booth plus sepeda satu motor roda tiga. Dari setiap paket, mitra akan mendapat peralatan usaha lengkap, barang-barang promosi, dan pelatihan pegawai.

Gerai L3 Cireng Isi bisa menjual antara 90 sampai 120 cireng isi per hari. Mitra bisa meraih omzet sekitar Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per bulan. "Balik modal sekitar tiga sampai lima bulan," begitu klaim Joseph.


• Cireng Rampat

Gerai cireng ini mengklaim sebagai pelopor usaha cireng isi di Indonesia. Wajar saja, karena Cireng Rampat berdiri sejak 1992 dan menawarkan kemitraan tahun 1998. Cireng Rampat yang berpusat di Bandung mengaku saat ini tidak ada perkembangan yang berarti dalam bisnisnya.

Jumlah mitranya saat ini masih sama dengan ketika KONTAN mengulas pada November 2010. "Kalau untuk jumlah mitra yang terdaftar sebanyak 1.500, namun yang aktif saat ini hanya 125," kata Andri Ratno Aryawan, Kepala Pengembangan Jaringan Cireng Rampat.

Dari 125 mitra yang bergabung, 100 mitra berada di Bandung, sisanya di Jabodetabek. Menurut Andri, tidak berkembangnya kemitraan cireng ini juga akibat pemiliknya, Ani Rochaeni, sedang sibuk mengelola produk baru, yakni soto Bandung.

Cireng Rampat kini mengharuskan mitra yang berada di wilayah Jabodetabek untuk mengambil bahan bakunya di kantor pusat karena pemindahan rumah produksi dari Kalimalang Jakarta Timur ke Bandung.

Cireng Rampat menyediakan dua paket kemitraan senilai Rp 1,5 juta dan Rp 6,5 juta. Di paket pertama, mitra akan mendapatkan bahan baku awal untuk pembuatan 100 cireng. Paket ini tidak termasuk gerobak, tapi mitra akan memperoleh spanduk. Sedangkan paket kedua, mitra akan mendapatkan bahan baku awal untuk pembuatan 100 cireng, spanduk, dan gerobak.

Mitra juga wajib membayar uang deposit Rp 500.000 untuk membayar bahan baku cireng yang akan dibeli. "Mitra juga harus mentransfer lagi ketika uang deposit sudah habis," jelasnya.

Saat ini Cireng Rampat menyediakan 13 varian rasa. Cireng Rampat menawarkan cireng dengan harga mulai dari Rp 800 sampai Rp 1.300. "Harga untuk wilayah Jakarta berkisar antara Rp 2.500 sampai Rp 4.000," kata Andri.

Dalam sehari gerai cireng Rampat bisa menjual 70 hingga 120 cireng isi, dengan omzet Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per bulan. Andri memperkirakan mitra bisa balik modal empat hingga lima bulan. Cireng Rampat juga memberikan kebebasan bagi mitra untuk mengembangkan varian rasa.


• Cireng Keraton

Nasib serupa dengan Cireng Rampat pun terjadi pada Cireng Keraton. Saat ini belum ada penambahan jumlah mitra Cireng Keraton sejak KONTAN mengulasnya Maret 2011 lalu.

Jumlah mitra Cireng Keraton saat ini masih 15 gerai yang tersebar di Karawang, Bogor, Jakarta, dan Surabaya. Pemilik Cireng Keraton Nurhayati mengatakan ia selektif memilih calon mitra. Cireng Keraton yang berdiri tahun 2006 baru menawarkan kemitraan setahun kemudian.

Nurhayati masih mematok biaya kemitraan yang sama, Rp 30 juta untuk waktu kerjasama dua tahun. Nilai investasi awal ini bisa dinegosiasi kan, tergantung kelengkapan yang diminta calon mitra.

Investasi kemitraan Cireng Keraton memang mahal dibanding kemitraan lain, karena selain booth dan peralatan masak, mitra akan mendapatkan satu kulkas mini. Selain rasa Nurhayati mengaku kesegaran adalah keunggulan lain yang dimiliki oleh Cireng Keraton.

Nurhayati pun sampai saat ini masih menolak calon mitra yang berlokasi di luar Pulau Jawa. Sebab, bahan bakunya harus dikirim lewat pesawat sehingga ongkos kirimnya bakal menjadi mahal.

Cireng Keraton sendiri menawarkan 10 varian rasa. Mitra juga wajib membeli cireng setengah jadi dari Nurhayati dengan harga Rp 2.300 agar rasa dan kualitas cireng Keraton bisa seragam. Sedangkan harga jual ke konsumen
Rp 4.000 per porsi.

Nurhayati bilang mitra akan balik modal tiga bulan hingga satu tahun. Satu gerai Cireng Keraton bisa menjual 400 cireng per hari. Namun ada juga mitra yang hanya bisa menjual 100 cireng per hari. Idealnya mitra harus menjual 150 cireng per hari agar meraih omzet Rp 18 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×