Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Tri Adi
Cangkang kerang tidak lagi dianggap sebagai limbah. Para perajin kini banyak yang memanfaatkan cangkang kerang untuk dibuat kancing baju dan tas. Karena dianggap lebih ramah lingkungan banyak pembeli dari luar negeri, terutama Eropa tertarik produk kancing dari cangkang kerang itu. Permintaannya pun terus bertambah.
Umumnya kancing baju terbuat dari bahan baku plastik. Namun, sekarang mulai banyak produk kancing baju dengan bahan baku non plastik yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya, kancing baju dari cangkang kerang.
Di tangan-tangan nan terampil, cangkang kerang yang biasanya dibuang percuma dan menjadi limbah, bisa disulap menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi.
Bahkan produk kancing dari cangkang kerang kini sudah melanglang buana sebagai produk ekspor ke berbagai negara. Karena dianggap ramah lingkungan, produk kancing cangkang kerang tersebut ternyata cukup diminati pasar.
Salah satu pembuatnya adalah I Putu Darmaya. Ia berbisnis kancing berbahan cangkang kerang dengan bendera PT Caspla Bali. Sejak 2001, ia menekuni bisnis ini.
Menurut Darmaya, ada lima jenis cangkang kerang yang bisa diolah menjadi produk kancing. Yakni, cangkang kerang mutiara, lola, wadung, mabe, dan trukus. Dari berbagai jenis cangkang kerang tersebut, kancing dengan kualitas terbaik biasanya terbuat dari bahan baku kerang mutiara.
Bahan baku cangkang kerang, ia beli dari para penangkar kerang. Darmaya biasanya membeli cangkang kerang itu dari penangkar kerang di daerah Bali dan Lombok dengan harga Rp 15.000 per kilogram (kg) untuk mutu cangkang paling rendah. "Setelah kami olah menjadi kancing, harganya dari Rp 100 satu biji sampai Rp 1.000 per biji," ujar Darmaya.
Saban hari, Darmaya bisa memproduksi 300 kg hingga 400 kg kancing. Permintaan banyak datang dari pabrik garmen dan industri aksesori skala rumahan di Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang.
Selain itu, Darmaya juga sudah mengekspor produk kancing miliknya ke berbagai negara, seperti China, Italia, Jerman dan negara Eropa lain. "Omzet saya Rp 50 juta per bulan," imbuhnya.
Pembeli dari Eropa paling banyak lantaran mereka sangat peduli dengan produk-produk yang ramah lingkungan. Mereka juga menilai kancing dari kulit kerang menjadi sangat artistik bila dipadukan dengan busana. Maka itu, Darmaya bilang, permintaan kancing dari cangkang kerang ini dari para pembeli di Eropa terus meningkat.
Berkah memanfaatkan limbah cangkang kerang juga dinikmati Ahmadun, perajin skala industri rumahan di Situbondo, Jawa Timur. Sama seperti Darmaya, ia juga menyulap limbah cangkang kerang menjadi produk kancing baju dan tas, sejak tahun 2001 silam.
Bedanya, produk kancing baju Ahmadun belum sampai ke negeri orang. Ia hanya menyasar industri garmen dan aksesori skala rumahan sebagai target pasarnya.
Bahan baku cangkang kerang ia peroleh dari sekitar tempat tinggalnya. Dengan memakai peralatan yang sederhana, Ahmadun bisa menghasilkan 200 biji sampai 300 biji kancing baju dari cangkang kerang, dalam sehari.
Omzet yang ia raup memang belum sebesar Darmaya. "Omzet saya hanya sekitar Rp 10 juta per bulan," imbuhnya. Toh, ia memiliki kepuasan tersendiri berbisnis kancing cangkang kerang ini. Bukan cuma mendapat penghasilan, melainkan setidaknya ia juga bisa membantu mengurangi limbah lingkungan.
Agar pendapatan semakin mengkilap, Ahmadun maupun Darmaya, kini tak hanya menjual produk kancing baju dan tas saja. Tetapi juga berbagai macam pernak-pernik dan hiasan dinding. Tentu saja bahan bakunya tetap cangkang kerang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News