kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meraih laba stationery di toko buku


Jumat, 01 Maret 2013 / 16:25 WIB
Meraih laba stationery di toko buku
ILUSTRASI. Pisang


Reporter: Hendra Gunawan, Tri Sulistiowati | Editor: Tri Adi

Toko Buku Gramedia menggenjot pemasukan dari penjualan stationery untuk menopang penjualan buku yang stagnan. Selain mendapat pasokan barang dari supplier, Gramedia juga memproduksinya sendiri. Apalagi transformasi bisnisnya?

Jika Anda adalah pengunjung setia Toko Buku Gramedia (TB Gramedia), Anda mungkin mengamati perubahan seragam para karyawan penjaga toko buku itu. Kalau sebelumnya menggunakan seragam atasan krem dan bawahan cokelat, sejak akhir tahun lalu warna seragamnya berubah menjadi merah terang.

Ini hanyalah salah satu tampilan luar dari transformasi bisnis yang tengah dilakukan manajemen TB Gramedia. Toko buku yang berdiri sejak tahun 1970 dan awalnya hanya fokus pada penjualan buku, mulai membesarkan bisnis nonbuku.

Maklum, bisnis penjualan buku mengalami perlambatan dalam beberapa tahun terakhir. Pangkal soalnya adalah perkembangan teknologi informasi, sehingga orang semakin mudah membaca buku melalui alat digital. Selain itu, bermunculannya toko buku baru turut memperketat persaingan dalam bisnis tersebut.

Yosef Adityo, Strategy Management TB Gramedia, menjelaskan bahwa bisnis penjualan buku dalam beberapa tahun terakhir memang mengalami perlambatan pertumbuhan. Jika sebelumnya pertumbuhan penjualan buku mencapai double digit per tahun, sejak 2009 pertumbuhannya hanya satu digit. “Terakhir pertumbuhan penjualan buku tertinggi itu tahun 2008, sekitar 30%,” katanya.

Dia mengenang, pada saat itu ada beberapa buku menjadi best seller seperti Twilight, Harry Potter, dan Laskar Pelangi. Namun setelah masa itu, pertumbuhan penjualan buku mulai melambat.

Berangkat dari kondisi tersebut, TB Gramedia berupaya meningkatkan penjualan dari nonbuku untuk menjaga pertumbuhan pendapatannya. “Kami sadar, kami ini termasuk perusahaan ritel, sehingga setiap meter persegi menjadi sangat penting,” kata Adityo.

Bisnis nonbuku itu berupa barang-barang perlengkapan alias stationery, seperti audio video dan game, musik dan olahraga, alat tulis, serta barang-barang elektronik. Sebenarnya, sudah lama TB Gramedia punya gerai stationery tapi selama ini mereka hanya hadir sebagai pelengkap dari keberadaan toko buku itu. Kini, stationary itu lebih banyak item-nya dan komplet.

Sejak digenjot tahun 2011, penjualan nonbuku lambat-laun mulai meningkat. Jika awalnya penjualan buku memberikan kontribusi terbesar, kini justru sebaliknya. “Tahun lalu kontribusi penjualan nonbuku sudah sekitar 52% dari pendapatan kami,” kata Adityo.

Berkat peningkatan kontribusi tersebut, pertumbuhan penjualan TB Gramedia bisa kembali tumbuh hingga double digit. Tahun lalu misalnya, penjualan TB Gramedia tumbuh 126% atau lebih tinggi  dari yang ditargetkan sebesar 100%.

Tahun ini, manajemen TB Gramedia akan terus berupaya meningkatkan kontribusi penjualan nonbuku. Salah satunya dengan memperbanyak jumlah stationery. Terutama, mereka memilih produk stationery yang perputarannya cepat sesuai permintaan pasar. Adityo menyebut, konsumen membutuhkan produk yang bersifat gaya hidup seperti mainan dan fancy (alat kelengkapan berkarakter). “Meski produk lifestyle merupakan impuls buying atau produk yang pembeliannya tidak direncanakan, tetapi penjualannya cukup tinggi dan marginnya juga besar,” katanya.

Tahun lalu, penjualan stationery yang masuk kategori gaya hidup bisa tumbuh 150%. Maklum, jumlah item-nya masih sedikit sehingga potensi pertumbuhannya sangat tinggi.

Untuk memperbanyak stationery itu, TB Gramedia kini tengah mencari para pemasok yang bisa memberikan berbagai barang kebutuhannya.  “Supplier yang dulu tidak kami perhatikan, kini mulai kami kontak-kontak lagi,” katanya.

Meski begitu, dalam memperbanyak produk stationery, TB Gramedia tidak hanya mengandalkan pasokan dari pihak ketiga. Mereka juga turut memproduksi sendiri beberapa produk. Sebut saja beberapa produk alat tulis, keperluan kantor, hingga boneka.

Adityo bilang, TB Gramedia sudah mempunyai merek sendiri yaitu merek Vos. Namun, karena produksinya masih terbatas, jumlah produk private label itu cuma sekitar 7% dari total produk nonbuku. Ke depan, produksi stationery buatan sendiri tersebut akan diperbanyak. Bahkan, setelah bisa memenuhi kebutuhan internal toko buku, TB Gramedia berencana memasarkan produknya tersebut di gerai-gerai ritel pihak lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×