kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tren mode terus berganti, hijab kian berkibar


Selasa, 19 Februari 2013 / 13:25 WIB
Tren mode terus berganti, hijab kian berkibar
ILUSTRASI. Madu dengan kayu manis


Reporter: Meylisa Badriyani | Editor: Tri Adi

Tren pemakaian hijab berhasil mendongkrak bisnis para pemainnya. Omzet mereka pun turut bermekaran, bahkan penjualan mendominasi pemasukan dari bisnis pakaian muslim. Potensi bisnis ini masih besar, karena makin banyak perempuan berhijab.

Seperti pakaian, tren kerudung atau hijab juga terus berkembang. Menjadi bagian dari fashion, kreasi model kain penutup kepala pun kian beragam. Tak heran, banyaknya perempuan yang ingin cantik dengan berhijab pun membuat bisnis hijab makin menawan.

Tengok saja, gerai yang khusus menjual busana yang juga sering disebut jilbab ini kian gampang ditemui. Tak hanya di pusat-pusat belanja, beberapa pemain bisnis ini juga membuka gerai hijab di kompleks pertokoan pinggir jalan besar hingga gerai online.

Jelas, makin banyaknya pemain baru ini menandakan tingginya permintaan kain yang sering disebut jilbab ini. Yunki Syailendra, Marketing Manager PT Rabbani Asysa, pun mengamininya. Ia melihat penjualan hijab di Rabbani justru lebih dominan ketimbang produk lain. “Sekitar 60% disumbang dari penjualan hijab,” tuturnya.

Asal tahu saja, Rabbani yang memiliki tujuh gerai – yang disebut bunker – mampu membukukan penjualan Rp 750 juta hingga Rp 1 miliar setiap bulan. Selain bunker, Rabbani masih memiliki 144 agen yang mampu meraup pendapatan Rp 150 juta per bulan tiap agen. Nah, dengan kontribusi 60%, artinya pemasukan dari hijab lebih dari Rp 1,75 miliar per bulan.

Segendang sepenarian, Dian Pelangi, salah satu butik mode muslim yang banyak mengadopsi gaya Timur Tengah, juga mendulang omzet besar dari penjualan hijab. Dian Wahyu Utami, desainer sekaligus putri pemilik butik ini mengatakan, produk hijab menyumbang 50% total omzet Dian Pelangi sebesar Rp 3 miliar tiap bulan.

Penjualan hijab juga marak di pasar-pasar grosir seperti Tanah Abang dan Thamrin City. Chandra, pemilik Family Collection & Scraft Group, toko khusus hijab di Thamrin City, bilang, omzet penjualan hijab mencapai 10 kodi atau senilai Rp 50 juta per minggu. Bahkan, bila bisnis sedang ramai, penjualan bisa berlipat hingga 100 kodi. “Menjelang hari-hari besar umat Islam banyak pembeli yang berasal dari daerah, seperti Banjarmasin,” jelas Chandra.

Zidni Ilma, pemilik Family Collection yang khusus melayani pembeli ritel pun mendapat berkah dari tren hijab ini. Ia yang baru membuka tokonya empat bulan lalu, sudah bisa mencetak omzet hingga Rp 40 juta sebulan. “Penjualan ritel lebih untung. Beda profitnya bisa sampai 50%,” katanya.

Para penjual hijab online pun ikut kecipratan rezeki maraknya gaya berhijab. Ratih Wulandari, pemilik Alifa Store, juga bisa mendulang pendapatan hingga Rp 200 juta per bulan. Mengawali usaha sejak awal tahun lalu, omzet Alifa terus menanjak. “Per bulan, omzet naik 25% hingga 30%,” katanya.

Di gerai online miliknya, Ratih menyediakan koleksi hijab cukup lengkap. Ia menjual hijab dari beberapa produsen, seperti Faira, Zoya, Keiia, Nuhijab, Saqina, Hessa, Delima, dan Idmonia. Dari penjualan hijab ini, Ratih mengantongi profit sekitar 30% hingga 40% dari omzet.

Lantaran mengandalkan internet, pemasaran Alifa pun lebih mudah dan luas. Hingga kini, konsumen Alifa telah merata di seluruh Indonesia, terutama di daerah-daerah yang tidak memiliki toko hijab off-line di sekitarnya.


Permintaan stabil

Sama halnya dengan Ratih, Agustina Udayasari, pemilik Rumah Muslimah Group, juga mengamini licinnya keuntungan bisnis hijab. Diawali dengan bisnis kecil-kecilan di kantor, Agustina merambah toko online dengan mengusung beberapa merek hijab, seperti Permata, Zoya, Rabbani, Shasmira, Zea Zenura, dan Azka.

Ia memperoleh margin keuntungan 30% serta reward yang diberikan oleh produsen. Dari penjualan ritel dengan kisaran harga Rp 70.000 sampai Rp 100.000 per potong, Rumah Muslimah memperoleh omzet Rp 10 juta–Rp 20 juta setiap bulan. Sementara, dari penjualan grosir, Agustina dapat meraup pendapatan minimal Rp 10 juta per bulan, dengan harga jual Rp 10.000 sampai Rp 20.000 per potong.

Permintaan hijab memang terus menumpuk dalam beberapa tahun terakhir. Selain kalangan pemakai kerudung yang makin besar, banyak pula wanita muslim yang ingin tampil berhijab pada saat tertentu.

Ini yang mendorong penjualan hijab ini relatif stabil sepanjang tahun. Baik produsen maupun distributor mengaku, gejala ini terjadi karena kebutuhan wanita muslim terhadap hijab telah menyamai bahkan lebih tinggi dari kebutuhan mereka terhadap pakaian. Akibatnya, tak lagi harus menunggu momen khusus, hijab pasti selalu dibutuhkan. “Coba perhatikan, buat hijabers, satu baju saja bisa dipadu tiga jilbab berbeda secara bergantian. Jadi, hijab lebih banyak dicari ketimbang baju, memang,” ujar Ratih.

Apalagi, sejak banyaknya pengembangan model dan kreasi pemakaian hijab. Hijab seolah menjadi produk yang tak lagi terlihat kaku dan bertransformasi menjadi produk fashion yang selalu diburu, baik yang model langsungan (bergo), segi empat, maupun pasmina.

Bukan hanya model, bahan yang digunakan pun juga semakin kaya. Ada yang berasal dari kain tenun, bordir, dan sulam. Itulah yang menurut Ratih menjadi keunggulan hijab buatan Indonesia dibanding dengan negara-negara lain.

Satu hal yang menarik dari bisnis hijab ini, kini, konsumen nonmuslim juga ikut ketagihan bergaya dengan hijab, terutama yang berbentuk selendang atau pasmina. Agustina pun sering mendapat banyak pesanan dari konsumen nonmuslim ini.

Biasanya, mereka ini akan memadukan hijab sebagai syal, scarf, atau bandana. Ada pula yang membeli untuk persiapan apabila harus berkunjung ke kerabat mereka yang beragama Islam di hari raya atau acara-acara keagamaan lainnya.

Namun, lanjut Agustina, belanja hijab sebetulnya dipengaruhi oleh kombinasi faktor life style, brand, dan daya beli masyarakat yang semakin tinggi. Karena itu, mayoritas produsen dan distributor yakin bahwa hingga lima tahun ke depan potensi penjualan hijab masih terus ramai. Rabbani bahkan optimistis bakal mampu mencatatkan peningkatan penjualan 300% tahun depan.

Alhamdulillah.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×