kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mozaik kain cantik, penghasil untung ciamik


Rabu, 06 April 2011 / 15:14 WIB
Mozaik kain cantik, penghasil untung ciamik
ILUSTRASI. Suasana pelayan nasabah usai pembukaan kantor cabang pembantu Bank Bukopin di Jakarta, Rabu (26/4). PT Bank Bukopin Tbk (Bank Bukopin) pada kuartal II-2017 ini akan mengalokasikan rasio pencadangan sebesar 21%. Hal ini tidak terlalu berbeda jauh dari posi


Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Tri Adi

Anda menyukai jahit-menjahit? Ada baiknya Anda mulai belajar teknik patchwork dan quilting. Sebab, aneka produk yang dibuat dengan teknik jahitan ini kembali naik daun. Desain dan motif yang unik menjadi magnet orang mengoleksi.

Sebuah bedcover berwarna merah muda dengan aneka motif dan warna beragam terpampang cantik di sebuah dinding toko di Plaza Semanggi, Jakarta. Sepintas pandang, orang yang melihatnya pasti akan tertarik. Warnanya yang kalem dan desain yang unik membuat orang penasaran untuk memegangnya. Tak disangka bedcover itu terbentuk dari mozaik potongan-potongan kain aneka motif yang dijahit dengan teknik seperti menjelujur sehingga ada efek timbul. Inilah yang disebut seni patchwork dan quilting.

Bagi yang belum tahu, patchwork adalah seni menyatukan kain. Seni ini berbeda dengan menyatukan kain perca pada umumnya. Dalam seni patchwork, bukan kain sisa yang digunakan dan tidak asal tempel, seperti seni kain perca. Susunan kainnya terencana sehingga membentuk suatu gambar atau bahkan “bercerita”. Kain yang digunakan dalam teknik patchwork adalah kain utuh yang kemudian dipotong sesuai dengan pola, kemudian dijahit membentuk desain yang diinginkan. Kain yang dijahit itu kemudian dilapisi silikon lembaran dan kain utuh sebagai backing. Setelah ketiga lapisan itu disusun, barulah dijahit dengan teknik quilting. Teknik jahitannya seperti jelujur, jahitannya mengikuti desain sehingga ada efek timbul pada kain.

Asal tahu saja, banderol harga sebuah bedcover dengan teknik ini cukup mahal. Harganya mencapai Rp 4 juta per potong. Kok, mahal? Maklum saja, ini merupakan bagian kerajian tangan dan bahannya juga berkualitas. “Meski mahal, peminatnya cukup banyak. Pembeli suka karena motif dan desainnya yang lucu-lucu,” kata Eka Yunita, pemilik toko Kreasiku Craft Corner di Plaza Semanggi, Jakarta.

Eka mengaku, dalam sebulan bila menjual 2-3 bed cover seharga Rp 4 juta per buah. Belum termasuk produk lain, seperti tas, sarung bantal, tutup galon. Eka melego produk patchwork dan quilting mulai harga Rp 80.000 - Rp 4 juta per item. Margin penjualannya mencapai 50%. Dalam sebulan, dia bisa memperoleh omzet sekitar Rp 10 juta - Rp 15 juta.

Ari Nurul, produsen kerajinan patchwork dan quilting di Cibubur, Jakarta, juga mampu mereguk omzet sekitar Rp 10 juta - Rp 15 juta per bulan. Margin penjualan pun sama, 50%. “Kerajinan ini tak sebatas membuat bedcover atau sarung bantal saja. Tapi juga sajadah, selimut, platemate, dan pernik-pernik lain, seperti bros atau bando,” kata Ari.

Segmen yang dibidik adalah menengah ke atas. Maklum, harganya cukup mahal. “Kalau untuk produk kecil-kecil, seperti tas, bros, atau bando itu, kan, barang pelengkap dan harga bisa dijangkau siapa saja. Beda dengan bed cover,“ kata Ari.


Harus mengikuti kursus

Untuk memulai usaha produk patchwork dan quilting, Anda harus mengikuti kursus. Menurut Ari, meski banyak buku tentang seni menjahit dengan teknik ini, bukan berarti gampang dipelajari secara otodidak. “Menurut saya, harus ikut kursus karena teknik jahit dalam seni ini cukup banyak. Selain itu, kita juga diajari bagaimana memilih dan memadukan kain yang tepat. Minimal harus mengikuti kelas dasar,” ujarnya. Di kelas dasar, biasanya, kita diajari membuat selimut. Dengan mengikuti kelas ini, kita akan dengan mudah mempelajari teknik lanjutan yang lain. Biaya kursus sekitar Rp 900.000 untuk kelas dasar yang ditempuh sekurangnya satu bulan.

Adapun peralatan yang harus Anda beli hanyalah penggaris, gunting, pensil warna, jarum, dan pembidang. Biasanya bahan baku, seperti kain, dakron, dan benang, sudah sepaket dengan biaya kursus. Berdasarkan pengalaman, setelah mengikuti kelas dasar, peserta sudah bisa memproduksi barang sendiri. Soal variasinya, tentu tergantung kreativitas masing-masing.

Jika sudah mantap, selain peralatan yang Anda beli saat kursus, Anda juga harus memiliki mesin jahit. Total investasinya sekitar Rp 3 juta. Saat baru memulai usaha ini, sebaiknya Anda memproduksi sendiri jenis barang yang teknik pembuatannya sederhana, banyak dicari, dan harga jual terjangkau. Misalnya, sarung bantal, sajadah, platemate.

Soal bahan baku kain, dakron, dan benang, Anda bisa mencarinya di pasar Tanahabang, Cipadu, Mayestik, atau Jatinegara. Kain bisa dibeli secara meteran ataupun kiloan. Kain yang disarankan adalah jenis katun halus yang kerap disebut katun Jepang. “Selain motif dan warnanya bagus, teksturnya juga lebih lembut,” ujar Ari. Sebagai catatan, benang untuk quilting mungkin agak susah dicari karena tidak diproduksi di Indonesia. Tapi, Anda bisa menanyakan ke tempat kursus awal Anda. Di luar itu, Anda juga harus menyiapkan perlengkapan, seperti rak displai untuk memajang produk Anda.


Variasi produk

Untuk mencapai target produksi, Anda harus merekrut karyawan, minimal dua orang. Karyawan bisa Anda cari di tempat kursus patchwork dan quilting. Gaji di pasaran saat ini sekitar Rp 1 juta - Rp 1,5 juta per orang.

Soal lokasi usaha, cukup fleksibel. Anda bisa menyewa gerai di pusat perbelanjaan atau melakukannya di rumah sehingga tak perlu biaya sewa lokasi. “Kalau saya, kebetulan memiliki toko ukuran 6 meter persegi sebagai ruang pamer,” kata Eka. Eka memilih lokasi di sebuah mal di Jakarta Pusat karena tempat ini ramai pengunjung dan konsumen bisa langsung melihat barang. Konsekuensinya, ia harus merogoh uang sewa Rp 15 juta setahun.

Konsekuensi lain bila sudah menyewa kios, Anda harus menambah jenis barang yang dijual. Tujuannya untuk memperbesar omzet. “Misalnya, jual pernak-pernik patchwork lain yang murah, seperti aksesori cewek, tas, atau dompet. “Barang seperti itu, kan, orang tanpa pikir bisa langsung beli karena harganya tidak sampai jutaan,” jelas Eka. Barang-barang seperti itu akan cepat terjual. Biasanya sebagai pemula, omzetnya bisa mencapai Rp 8 jutaan sebulan.

Eka bercerita, untuk belanja Rp 3,5 juta per bulan sudah bisa memproduksi aneka produk asal perhitungannya benar. “Pengeluaran per bulan tidak banyak, selain untuk belanja, ada biaya karyawan, dan sewa lokasi saja,” jelasnya.

Soal pemasaran, Anda bisa berpromosi di internet dan menyebar brosur. Bisa juga dengan menggaet konsumen di lingkungan pergaulan atau masuk ke komunitas-komunitas dan yayasan-yayasan perempuan. Alternatif lain adalah rajin mengikuti bazaar.

Supaya usaha semakin sukses, Anda juga harus kreatif dan mengikuti tren desain terkini. Untuk urusan ini Anda bisa mencari ide-ide segar lewat internet atau majalah dan buku-buku. Tak cuma itu, bila ingin memperbesar omzet, Anda bisa menciptakan atau memadukan teknik patchwork dengan kerajinan lain. Dengan demikian, penjualan di gerai Anda tidak akan monoton dan lebih atraktif di mata konsumen. Jika usaha lancar, tak sampai setahun, Anda sudah akan mendapatkan kembali investasi awal Anda.


Variasi usaha

Bila Anda serius menjalankan usaha ini dan mau terus belajar, boleh jadi Anda akan semakin menguasai seni patcwork dan quilting ini. Jadi, Anda bisa meningkatkan penghasilan dengan membuka kursus ketrampilan patchwork dan quilting. “Peminatnya mulai banyak sekarang ini, bahkan di luar daerah ada yang menginginkan kursus ini,” ujar Ari, yang juga membuka usaha kursus patcwork dan quilting. Menurut Ari, paling tidak Anda harus memiliki pengalaman selama dua tahun untuk bisa mengajarkan teknik ini ke orang lain.

Hasil dari mengajar ini cukup lumayan. Eka mengaku bisa menghasilkan pendapatan Rp 8 juta per bulan dari kelas kursusnya. “Sekarang bukan hanya buka di toko saja kursusnya, tapi juga di tempat lain,” jelasnya. Pelaku kursus dalam bidang ini memang masih terbilang sedikit.

Dari kursus ini, Anda bisa mendapatkan penghasilan tambahan lain, yaitu dari penjualan benang dan alat pembidang. Benang dan alat pembidang yang bagus memang masih harus didatangkan dari luar negeri. Bila Anda sudah memiliki jaringan pemasok kedua barang ini, Anda bisa menjualnya ke anak didik. Sayang, Eka dan Ari enggan menyebutkan pemasok barang mereka. Yang jelas, keduanya mengaku mendapatkan barang-barang itu dari teman di Australia dan Prancis.

Anda juga tertarik?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×