kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Obin belajar dari pengalaman lewati tantangan (2)


Jumat, 28 Agustus 2015 / 15:23 WIB
Obin belajar dari pengalaman lewati tantangan (2)


Reporter: Merlina M. Barbara | Editor: Tri Adi

Kesuksesan Josephine Werratie Komara alias Obin membesarkan Bin House diwarnai berbagai tantangan. Obin pernah gagal memproduksi kain batik hingga harus mengulang produksinya dari awal. Toh, meski mengorbankan waktu dan energi, Obin sukses memasarkan kain batik hingga ke pasar ekspor.

Di balik ketenarannya sebagai perancang kain batik, Josephine Werratie Komara alias Obin ternyata memiliki masa lalu yang kurang menyenangkan. Pada masa sekolah, Obin yang terlahir dengan nama tionghoa Ang Siok Bin ini, kerap membuat pusing guru-gurunya.

Contohnya, ketika usianya baru menginjak 12 tahun, Obin sudah berani berdebat dengan para gurunya soal materi pelajaran. Saking seringnya ia berdebat dengan guru, Obin dicap sebagai siswa nakal dan susah diatur.

Toh, sikap Obin yang dianggap kelemahan di mata guru dan teman-temannya, kini jadi kelebihannya. Ini terlihat dari imajinasinya mempola batik di atas kain.

Kini, karya adibusananya bukan hanya termasyhur di tanah air. Batik yang diberi label merek Bin House ini, telah menembus pasar ekspor, seperti Jepang, Singapura, Amerika Serikat, Eropa, hingga Timur Tengah.

Kesuksesan Obin membesut usaha batik, bukan tanpa dasar. Ia lahir dari keluarga berkecukupan dan besar di Hong Kong. Tinggal di negeri yang terkenal sebagai pusat mode Asia itu, membuat Obin akrab dengan dunia fesyen.

Kecintaannya terhadap fesyen semakin menggebu ketika balik ke Indonesia. Didorong oleh imajinasi bisa menghasilkan karya busana yang original, Obin rajin berpetualang ke berbagai daerah di Indonesia menimba ilmu dari para perajin kain.

Dimulai pada pertengahan tahun 1970, ia mengumpulkan potongan-potongan kain dari para perajin. Hingga  akhirnya pada 1986, dengan segala keterbatasannya, Obin mendirikan butik pertamanya dengan nama Bin House di Menteng, Jakarta Pusat.

Pada tahap awal, Obin memproduksi kain menggunakan tangan tanpa bantuan mesin. Pada 1989, Obin membuat terobosan dengan membatik di atas kain tenun. Lazimnya, banyak perajin membatik di atas kain katun.

Seiring waktu, kini Obin telah berhasil mengkreasikan pengolahan kain tradisional dengan teknik membatik di atas kain tenun. “Kreatif itu bawaan alami setiap orang, tinggal bagaimana caranya agar bergairah menghasilkan karya original,” ujar Obin.

Namun, kesuksesan Bin House sebagai brand kain internasional, juga diwarnai berbagai tantangan. Ia pernah mengalami kegagalan dalam memproduksi kain, hingga memaksanya mengulang produksi dari awal.

Menurut Obin, menghasilkan kain yang berkualitas adalah impiannya. Namun, untuk mewujudkan impian itu, ia mengorbankan banyak waktu dan energi. Butuh perjuangan panjang bagi seorang Obin untuk membesarkan nama Bin House.

Nama Bin House mulai dikenal dunia ketika Obin ikut pameran desain tekstil international di Tokyo, Jepang pada 1987. Pada saat itu, Obin berhasil menyabet gelar juara berkat kreasinya pada selembar tenun ikat.  

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×