kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,41   -13,08   -1.42%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ramai diserbu karyawan dan pelajar (2)


Senin, 26 Januari 2015 / 15:49 WIB
Ramai diserbu karyawan dan pelajar (2)
ILUSTRASI. Reksadana saham. KONTAN/Baihaki/07/03/2017


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Suasana di Kampung Batik yang berlokasi di Jalan Batik, Semarang Timur, Jawa Tengah terlihat sepi. Ketika KONTAN menyambangi sentra penjualan batik ini, tidak terlihat pembeli yang sedang bertransaksi ataupun melihat-lihat batik yang dijajakan para penjual. Bahkan, beberapa gerai terlihat sedang dalam kondisi tutup.

Endang, salah satu penjual batik di sentra ini, menyatakan, kampung batik yang dia tempati saat ini ini memang tidak terlihat seperti selayaknya kampung batik. Sebab para pembatik tidak melakukan aktivitas membatik di sini. Begitu pula tidak ada fasilitas belajar membatik untuk para pengunjung sebagai salah satu daya tarik wisata batik di sini.

Padahal, ini penting untuk membuat sentra penjualan batik ini lebih menarik bagi para pengunjung, baik lokal maupun turis internasional. Asal tahu saja, dari sekitar 10 penjual batik di sentra ini hanya ada tiga orang yang bisa membatik.

Sebenarnya dulu yang lulus pelatihan membatik yang diselenggarakan pemerintahan kota setempat cukup banyak. Namun, sebagian besar dari mereka tidak berjualan di tempat ini.

Endang berharap, untuk menggairahkan kampung batik ini, ke depannya akan ada lebih banyak pembatik yang berjualan di sini. Selain itu, dia juga berharap ada pembatik yang melakukan proses produksi di sana. Untuk meningkatkan omzet, Endang menerima pesanan batik cap dan tulis sesuai dengan motif yang diinginkan pelanggan.

Oktavia Ningrum, penjual batik lainnya, ingin juga mengikuti pelatihan membatik agar bisa menambah koleksi batik tulis yang bisa dia jual di gerainya. Selama ini, Okta, panggilan akrabnya, hanya mendapat memasok batik ke beberapa daerah, seperti Pekalongan dan Jepara. Maklum saja, selama ini, dia lebih banyak memasok batik cetak (print) ketimbang jenis batik lainnya.

Okta beralasan, batik cetak kini sedang populer di kalangan konsumen, karena motif kainnya lebih beragam dan harganya lebih terjangkau. "Oleh sebab itu, hampir 80% produk yang saya jual adalah batik print," ujarnya.

Harga batik print memang murah. Rata-rata harga jual pakaian batik print sekitar Rp 50.000 per lembar. Jika konsumen membeli dalam jumlah besar, dia akan memberikan potongan harga menjadi Rp 45.000 per lembar.

Umumnya pelanggan yang mencari batik print adalah para karyawan swasta, instansi pemerintah dan pelajar. Maklum, di sana setiap Jumat karyawan dan pelajar menggunakan busana batik.

Bila memasuki tahun ajaran baru, Okta mengaku bisa kehabisan persediaan batik print karena lonjakan permintaan dari para pelajar. Selain itu, sentra ini juga biasanya akan ramai dikunjungi pembeli menjelang perayaan Idul Fitri. Pada saat itu penjualan bisa meningkat dua kali hingga tiga kali lipat.

Juga menjelang akhir tahun, Okta mengaku kerap kebanjiran konsumen. Umumnya saat itu konsumennya adalah para wisatawan lokal dan internasional. "Pada momen tersebut, bisa sampai satu bis yang datang," katanya.                n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×